Selasa, 22 Desember 2015

PERAYAAN EKARISTI NATAL 2015

JADWAL PERAYAAN EKARISTI NATAL 2015 & PESTA KELUARGA KUDUS PAROKI ST PETRUS KANISIUS WONOSARI

NO
HARI
JAM
TEMPAT
PASTOR
BAHASA
1
KAMIS, 24/12/2015
17.00
Gereja ST Petrus Kanisius Wonosari
Rm  Heryatno Wonowulung SJ
Indonesia


20.00
Gereja ST Petrus Kanisius Wonosari
Rm R  Sapto Nugroho Pr
Jawa


17.00
Kapel Jati
Rm  SP Bambang Ponco SJ
Indonesia


18.00
Kapel  Ngeposari
Rm Al  Hantoro Pr
Jawa


18.00
Kapel Semanu
Rm. Gracius Svd
Indonesia


17.00
Kapel Blekonang
Rm Hasto Rosariyanto SJ
Indonesia


18.00
Kapel Pulutan
Rm Rukiyanto SJ
Jawa
2
Jumat, 25/12/2015
08.00
Gereja ST Petrus Kanisius Wonosari
Rm Hasto Rosariyanto SJ
Indonesia


08.00
Kapel  Baris Girisubo
Rm R  Sapto Nugroho Pr
Jawa


10.00
Goa Maria Tritis (GMT)
Rm  SP Bambang Ponco SJ
Indonesia
3
Sabtu, 26/12/2015
16.30
Gereja ST Petrus Kanisius Wonosari
Rm  SP Bambang Ponco SJ
Jawa
4
Minggu,27/12/2015
07.00
Gereja ST Petrus Kanisius Wonosari
Rm  SP Bambang Ponco SJ
Jawa


07.00
Kapel Pulutan
Romo tamu
Jawa

Selasa, 08 Desember 2015

Hari Raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa, 08 Desember

Tahun Yubileum Agung Kerahiman Allah


Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau!"
Ada tiga peristiwa penting dalam hidup kita hari ini sebagai anggota Gereja Katolik di Keuskupan Agung Semarang .

Pertama, dalam konteks global Gereja Katolik di dunia, kita merayakan dua peristiwa iman yang mengagumkan. Hari ini adalah Hari Raya St. Maria Dikandung Tanpa Dosa. Ini merupakan salah satu hari raya penting terkait dengan St. Maria yang dirayakan dalam penanggalan liturgi Katolik Roma yang dirayakan di seluruh dunia.

Kedua, dalam konteks global Gereja Katolik, hari ini juga merupakan hari pertama Tahun Yubileum Agung Kerahiman Allah sebagaimana diumumkan oleh Paus Fransiskus. Peristiwa iman ini dimulai pada hari ini, 08 Desember 2015, dan akan berakhir pada tanggal 20 November 2016, pada Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam, dan yang menghadirkan wajah kerahiman Allah.

Ketiga, dalam konteks lokal Keuskupan Agung Semarang (KAS), hari ini merupakan hari yang istimewa. Sebagaimana diwasiatkan oleh Mgr. Johannes Pujasumarta sebelum wafatnya, kita diminta untuk mempromulgasikan (mengumumkan), Rencana Induk KAS atau disingkat RIKAS 2016-2035. Kita diundang untuk mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman. Hari ini adalah hari promulgasi RIKAS 2016-2035.

Maka, dalam ketiga konteks itulah, kita berdoa semoga kita dapat hidup penuh rahmat seperti dialami oeh St. Maria, ibunda Yesus Kristus dan bunda kita pula.
Persis pada hari ini, 161 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan "bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa juga karena puteranya Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal.
Empat tahun kemudian, pada tanggal 25 Maret 1858, pada penampakannya yang ke-16 kepada St. Bernadette di Lourdes, Bunda Maria sendiri mengatakan "Que soy era Immaculada Concepciou (Akulah yang Dikandung Tanpa Noda).? Dengan demikian, semakin kuatlah ajaran iman Gereja mengenai Santa Maria yang dikandung tanpa noda.

Teristimewa pada hari ini, Paus Fransiskus membuka Tahun Suci Kerahiman dan sekaligus membuka Pintu Suci (Holly Door/Porta Santa)yang merupakan pintu masuk di ujung utara Basilika St. Petrus*: "Saya akan bersukacita membuka Pintu Suci pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Pada hari itu, Pintu Suci akan menjadi sebuah pintu kerahiman, di mana siapa pun yang masuk akan mengalami kasih Allah yang menghibur, mengampuni dan menanamkan harapan" (MV 3). Paus menegaskan bahwa "Hari raya liturgis ini mengingatkan kita pada tindakan Allah sedari awal sejarah umat manusia. Setelah dosa Adam dan Hawa, Allah tidak meninggalkan manusia sendirian dalam pergulatannya dengan kejahatan. Maka, Ia memalingkan pandangan-Nya kepada Maria, yang kudus dan tak bernoda dalam kasih (bdk. Ef 1:4), memilihnya untuk menjadi Bunda Sang Penebus manusia. Ketika dihadapkan dengan gentingnya dosa, Allah menanggapi dengan kepenuhan kerahiman. Kerahiman akan selalu lebih besar dari dosa apapun, dan tidak ada seorang pun yang dapat menempatkan batasan-batasan kasih Allah yang selalu siap untuk mengampuni"


SEMUA manusia lahir di dalam belenggu dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh karena itu, semua manusia dinyatakan ‘berdosa’ sejak lahir. Oleh karena warisan dosa asal itu melekat erat pada kemanusiaan kita, kita tampaknya lebih cenderung dan mudah untuk berdosa dan melakukan kejahatan daripada melakukan kebajikan-kebajikan. Kita kelihatan lamban sekali melakukan kebajikan-kebajikan. Kita lebih cenderung menjauhi Tuhan daripada mendekatiNya untuk menikmati kebaikan dan cintaNya.

Gereja merayakan ‘perkandungan Maria tanpa noda dosa’ untuk mengingatkan kepada seluruh umat betapa luhurnya martabat Maria sebagai Bunda Penebus. Maria adalah satu-satunya manusia yang dikecualikan Allah dari warisan Adam itu. Sesungguhnya dara murni ini adalah manusia biasa sama seperti kita; ia juga keturunan Adam. Sebagaimana kita, ia pun hidup di dalam dunia yang penuh dosa ini. Namun ia punya keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun juga. Ia sudah sejak awal ditentukan Allah untuk menjadi Bunda PuteraNya, Sang Penebus dunia. Ia ditentukan untuk melahirkan Yesus, Anak Allah, dan karena itu sejak awal hidupnya, ia dipersiapkan untuk mengemban tugas luhur ini.

Melalui dialah, Tuhan menyalurkan rahmat penyelamatanNya kepada manusia. Tuhanlah sumber rahmat, sedang Maria hanyalah ‘saluran’nya. Sebagai saluran rahmat Allah bagi manusia, maka sudah selayaknya Maria itu penuh rahmat dan suci tak bercela. Demikian ia ditebus dengan cara yang paling sempurna: diperkandungkan tanpa noda dosa, suci dan tak bercela di hadapan Allah.
Seperti diwartakan dalam Injil pada hari ini, malaikat Gabriel memberi salam kepada Maria sebagai sosok yang penuh rahmat. Allah telah memilih dia menjadi bunda bagi sang Juruselamat, Yesus Kristus. Sesungguhnya, Allah memberikan kepada kita rahmat dan Allah memanggil kita untuk menanggapi dengan kehendak, ketaatan, dan ketakwaan yang sama seperti yang dilakukan St. Maria.


Dalam rahim Maria, Perawan yang murni, Allah menemukan singgasana yang pantas bagi PuteraNya. Oleh karena itu, bersama Bunda Maria, marilah kita melangkah memasuki pintu kerahiman Tuhan.
Melalui Maria kutuk dosa diganti dengan berkat bagi manusia. Oleh karena itu, pada hari raya ini patutlah kita berdoa: “Ya Maria, dengan senang hati kami merenungkan rahasia kepilihanmu menjadi Bunda Penebus. Engkau telah dibebaskan Allah dari kutuk dosa yang telah menimpa umat manusia. Jiwamu diperkaya dengan rahmat Allah dan memancarkan semarak kemuliaan Allah. Ya Maria yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.” Ya Maria, engkau yang dikandung tanpa noda, sucikanlah badanku dan kuduskanlah jiwaku. Amin.
Sumber: www.imankatolik.com, Rm Agus Widodo Pr, Rm Aloys Budi P Pr


*Menurut tradisi Katolik yang dimulai sejak 700 tahun lalu, Holly Door/Porta Santa dibuka 25 tahun sekali dan dirayakan sebagai Tahun Suci

Senin, 30 November 2015

HARI RAYA DALAM GEREJA KATOLIK

TAHUKAH ANDA, SEBENARNYA ADA BERAPA HARI RAYA WAJIB DALAM GEREJA KATOLIK?

Kita tentu tahu bahwa Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah adalah dua hari raya dalam agama Katolik dan Kristen. Namun tahukah anda bahwa sesungguhnya ada SEPULUH hari raya wajib dalam Gereja Katolik? 

Malam Paskah dan Hari Raya Paskah di kalender liturgi merupakan dua hari raya yang berbeda. Malam Paskah berada pada hari sendiri yang resminya bernama Sabtu Suci, sedangkan Hari Raya Paskah jatuh pada satu hari berikutnya pada hari minggu.

Hari Raya Paskah sendiri adalah puncak perayaan liturgi sepanjang tahun, dan karenanya disebut Hari Raya dari segala Hari Raya (Summa solemnitas / solemnity of solemnities), dan karenanya sangat wajib untuk diikuti. Jadi walaupun sudah mengikuti misa Malam Paskah tetap wajib mengikuti misa Hari Raya Paskah, berbeda dengan natal, kalau sudah mengikuti Malam Natal tidak wajib mengikuti natal paginya.


APA ITU HARI RAYA WAJIB?

Menurut Kanon 1247:
"Pada hari Minggu dan pada hari raya wajib lain umat beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam Misa; selain itu, hendaknya mereka tidak melakukan pekerjaan dan urusan-urusan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Allah atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga."

Jadi, hari raya wajib memiliki bobot kewajiban selayaknya hari Minggu. Pada hari Minggu, kita WAJIB ke gereja karena pada hari tersebut kita merayakan Misteri Paskah.

SEPULUH HARI RAYA WAJIB GEREJA

Menurut Kanon 1246 § 1, sepuluh hari raya wajib Gereja yaitu:

1. HR Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus (HR Natal) - 25 Desember

2. HR Santa Perawan Maria Bunda Allah - 1 Januari

3. HR Penampakan Tuhan (HR Epifani) - 6 Januari

4. HR Santo Yusuf - 19 Maret

5. HR Kenaikan Tuhan - 40 hari sesudah Paskah

6. HR Tubuh dan Darah Kristus - Kamis sesudah HR Tritunggal Mahakudus

7. HR Santo Petrus dan Paulus - 29 Juni

8. HR Maria Diangkat ke Surga - 15 Agustus

9. HR Semua Orang Kudus - 1 November

10. HR Maria Dikandung Tanpa Noda - 8 Desember



MENGAPA HARI RAYA PASKAH, RABU ABU, MINGGU PALMA, DAN TRI HARI SUCI TIDAK DISEBUTKAN?

HR Kebangkitan Tuhan (Paskah) dan Hari Minggu Palma memang sudah jatuh pada hari Minggu, maka otomatis hari raya tersebut wajib, sebab sudah semestinya orang Katolik menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu.

Rabu Abu dan Tri Hari Suci, secara hukum kanonik memang BUKAN hari raya wajib. Tetapi adalah sangat baik dan sangat disarankan bahwa kita tetap menghadiri Misa Kudus pada hari-hari tersebut sebagai persiapan batin yang penting dalam menyambut HR Paskah. Hari-hari tersebut merupakan salah satu contoh kesempatan di mana kita dapat melakukan sesuatu yang tidak diwajibkan, atas dasar kasih yang tulus kepada Allah, yang lebih dulu mengasihi kita.

DAPATKAH HARI RAYA WAJIB DIHAPUS ATAU DIGESER?

Menurut Kanon 1246 § 2: Konferensi para uskup—dalam hal ini adalah Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)—dengan persetujuan sebelumnya dari Takhta Apostolik, dapat menghapus beberapa dari antara hari raya wajib itu, atau memindahkannya ke hari Minggu.

Di Indonesia, KWI belum menetapkan apapun mengenai penghapusan atau penggeseran hari-hari raya wajib tersebut. Maka dari itu kita umat Katolik Indonesia tetap mengikuti apa yang berlaku di dalam hukum kanonik.

BAGAIMANA JIKA TIDAK DAPAT MENGHADIRI MISA KUDUS PADA HARI-HARI RAYA WAJIB TERSEBUT?

Aturan yang mengikat untuk hari-hari raya wajib adalah sama dengan hari Minggu, yaitu:

(Kan. 1248 § 2)

"Jika tidak ada pelayan suci atau karena alasan berat lain tidak mungkin ambil bagian dalam perayaan Ekaristi, sangat dianjurkan agar kaum beriman ambil bagian dalam liturgi Sabda, jika hal itu ada di gereja paroki atau di tempat suci lain, yang dirayakan menurut ketentuan Uskup diosesan; atau hendaknya secara perorangan atau dalam keluarga atau jika mungkin beberapa keluarga bersama, meluangkan waktu untuk berdoa selama waktu yang pantas."

Artinya, harus ada alasan serius untuk tidak mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu dan hari-hari raya wajib lainnya. Bila memang demikian adanya, maka hendaknya kita tetap mengingat bahwa hari tersebut adalah hari raya, yaitu dengan mengambil bagian dalam Liturgi Sabda di gereja atau di tempat suci lain, atau mengusahakan waktu doa khusus secara pribadi atau dalam keluarga.

BAGAIMANA SEHARUSNYA ORANG KATOLIK MENGHABISKAN HARI MINGGUNYA (SELAIN MISA)?

Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2185:

"Pada hari Minggu dan hari-hari pesta wajib lainnya, hendaknya umat beriman tidak melakukan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan yang merintangi ibadat yang harus dipersembahkan kepada Tuhan atau merintangi kegembiraan hari Tuhan atau istirahat yang dibutuhkan bagi jiwa dan raga. Kewajiban-kewajiban keluarga atau tugas-tugas sosial yang penting memaafkan secara sah perintah mengikuti istirahat pada hari Minggu. Tetapi umat beriman harus memperhatikan bahwa pemaafan yang sah tidak boleh dijadikan kebiasaan yang merugikan penghormatan kepada Allah, kehidupan keluarga, dan kesehatan."

"Kasih akan kebenaran mendorong untuk mencari waktu senggang yang kudus; kasih persaudaraan mendesak untuk menerima pekerjaan dengan sukarela." —Sto. Agustinus

KGK 2186:

Warga Kristen yang mempunyai waktu luang, harus ingat akan saudara dan saudarinya, yang mempunyai kebutuhan dan hak yang sama, namun karena alasan kemiskinan dan kekurangan tidak dapat istirahat. Di dalam tradisi kesalehan Kristen, hari Minggu biasanya dipergunakan untuk karya amal dan pengabdian rendah hati kepada orang sakit, orang cacat, dan orang lanjut usia. Orang Kristen hendaknya juga menguduskan hari Minggu dengan memperhatikan sanak-saudara dan sahabat-sahabatnya yang kurang mendapat perhatian mereka pada hari-hari lain. Hari Minggu adalah hari untuk permenungan, keheningan, pembinaan, dan meditasi yang memajukan pertumbuhan kehidupan Kristen.

KGK 2187:

Pengudusan hari Minggu dan hari-hari pesta menuntut usaha bersama. Seorang Kristen harus berhati-hati, supaya jangan tanpa alasan mewajibkan orang lain melakukan sesuatu yang dapat menghalang-halanginya untuk merayakan hari Tuhan. Juga apabila kegiatan-kegiatan (umpamanya yang bersifat olahraga dan ramah-tamah) dan kepentingan-kepentingan sosial (seperti pelayan masyarakat) menuntut, agar orang tertentu bekerja pada hari Minggu, tiap orang harus mencari waktu luang yang cukup untuk dirinya. Orang Kristen hendaknya berusaha dengan tenang dan penuh kasih, supaya menghindarkan kekacauan dan kekejaman, yang biasanya timbul dalam pergelaran-pergelaran. Kendati ada paksaan ekonomi, para penguasa harus mengusahakan bagi para warganya waktu yang diperuntukkan bagi istirahat dan ibadat. Para majikan mempunyai kewajiban yang serupa terhadap karyawannya.

KGK 2188:

Orang Kristen harus berusaha agar hari Minggu dan hari-hari pesta Gereja diakui sebagai hari libur umum, sambil memperhitungkan kebebasan beragama dan kesejahteraan umum bagi semua. Mereka harus memberi teladan publik mengenai doa, penghormatan, dan kegembiraan, dan membela adat kebiasaan mereka sebagai sumbangan yang sangat bernilai untuk kehidupan rohani dari masyarakat manusia. Seandainya perundang-undangan negara atau alasan-alasan lain mewajibkan orang bekerja pada hari Minggu, namun hari ini hendaknya tetap dirayakan sebagai hari penebusan kita, yang membuat kita mengambil bagian pada "suatu kumpulan yang meriah", pada "jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di surga" (Ibr 12:22-23).
;—Servus Veritatis—

sumber: Facebook Page Gereja Katolik, "Tahukah Anda? — Sebenarnya Ada Berapa Hari Raya Wajib dalam Gereja Katolik?", tertanggal 14 November 2014.

ADVENT 2015

Asal-mula Masa Adven
oleh: Romo William P. Saunders *


Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.

Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.

Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.

Meskipun sejarah Adven agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524).

Oleh sebab itu, di satu pihak, umat beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Di lain pihak, kita  ingat dalam Syahadat bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.

Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.

Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: “Bapa di surga… tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.



“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Minggu, 29 November 2015

Jadwal Novena ke-4 Goa Maria Tritis

Misa Novena ke-4, 06 Desember 2015, dipimpin oleh Romo Walidi MSF (rektor Skolastikat), Koor dari Johanes Bosco School Yogyakarta


Minggu, 22 November 2015

Santa Cecilia, Perawan dan Martir, Pelindung Musisi Gereja


 SANTA CAECILIA(CECILIA)


Riwayat Hidupnya 

Cecilia adalah pelindung para seniman musik dan musisi Gereja. Ia diberi gelar demikian karena konon sebelum wafat, ia sempat melagukan kidung pujian bagi Tuhan.  Nama Cecilia diambil dari perkataan dalam bahasa latin yang berarti “Bunga Lili dari Surga”.

Cecilia adalah orang kudus yang sangat terkenal dan termasuk martir yang sangat dicintai dalam tradisi Gereja Katolik. Pesta santa Cecilia telah dirayakan oleh Gereja sejak abad ke enam. Nama Cecilia juga terdapat dalam Doa Syukur Agung. Pestanya dirayakan pada 22 November.

Sejarah menunjukkan bahwa St. Cecilia adalah orang suci pertama yang diketahui memiliki fenomena ‘tubuh yang tidak rusak’ (incorruptible). tahun kelahirannya tidak diketahui tetapi ia diperkirakan meninggal pada tahun 177.

Riwayat hidupnya hanyalah diketahui bahwa Cecilia hidup pada masa awal Gereja. Ia adalah seorang gadis bangsawan Romawi. Kehidupan sebagai seorang gadis bangsawan dengan gaun-gaun indah seperti kebanyakan pada zaman itu tidak pernah ada di dalam diri Cecilia. Ia lebih memilih mengenakan sehelai baju kasar daripada mengenakan gaun-gaun indah sebagaimana layaknya seorang gadis bangsawan. Tubuhnya yang halus terbalut oleh baju kasar telah membuatnya menderita dari segala bentuk penghinaan, namun segala penderitaannya itu dipersembahkan sebagai silih bagi Sang Pengantin yang telah dipilihnya yaitu Kristus. Di masa mudanya, ia telah mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan dengan seuntai janji kesucian dan kemurnian hati yang akan diberikan kepada Kristus yang telah dipilihnya sebagai Pengantin seumur hidupnya.


Sebuah tantangan harus dihadapi oleh Cecilia yakni ketika sang ayah menikahkannya dengan seorang bangsawan  yang bernama Valerian. Valerian, sang suami yang dipilih oleh ayahnya berbeda sekali dengan dirinya sebagai seorang kristiani. Valerian adalah seorang penyembah berhala yang tidak mempercayai adanya Tuhan. 


Ketika pesta pernikahan berlangsung dan semua orang bersuka ria serta menari dalam pesta itu, Cecilia yang cantik duduk menyendiri. Di dalam hatinya, ia melambungkan mazmur kepada Tuhan dan berdoa memohon pertolongan-Nya. Ia tidak mau mengingkari janjinya kepada Pengantin Surgawinya. 



Di saat Cecilia dan Valerian suaminya tinggal berdua, ia memberanikan diri untuk berkata kepada Valerian: “Aku mempunyai suatu rahasia yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku mempunyai seorang malaikat Allah yang menjagaiku. Jika kamu menyentuh aku di dalam perkawinan ini, malaikatku akan marah dan kamu akan menderita. Jika engkau memperkenankan aku memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja maka malaikatku akan mengasihimu seperti ia mengasihiku.” 

Meskipun Valerian seorang kafir, tetapi hatinya sangatlah lembut. Mendengar perkataan istrinya itu, Valerian mengatakan: “Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kemudian Cecilia menjawab, “Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air pembaptisan maka engkau akan melihat malaikatku.”
 

Pada akhirnya, Valerian terkesan oleh iman kekristenan yang telah dimiliki Cecilia, isterinya. Segera Valerian pergi menemui Uskup Urban yang menerimanya dengan gembira. Setelah Valerian mengucapkan pengakuan iman Kristiani, ia pun dibaptis dan sesudahnya kembali menemui Cecilia. Di samping isterinya, Valerian dapat melihat malaikat yang menakjubkan.

Malaikat itu berbicara kepadanya: “Aku mempunyai suatu mahkota bunga untuk kalian masing-masing yang dikirim dari surga. Jika kalian tetap setia kepada Tuhan maka ia akan memberikan penghargaan dengan wangi semerbak surga abadi yang kekal.” Kemudian malaikat itu memahkotai Cecilia dengan bunga mawar dan Valerian dengan suatu rangkaian bunga bakung berbentuk lingkaran. Keharuman aroma bunga yang semerbak mengisi keseluruhan rumah mereka. 

Kejadian tersebut disaksikan juga oleh Tiburtius saudara Valerian yang pada saat itu tinggal bersama mereka. Malaikat itu menawarkan pula keselamatan kepada Tiburtius apabila ia mau meninggalkan segala bentuk pemujaan palsu yang dianutnya. Akhirnya, Tiburtius pun belajar iman Kristiani dari Cecilia. Kepada Tiburtius, Santa Cecilia mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya sehingga tidak lama kemudian Tiburtius pun dibaptis.

Perjalanan Kemartiran 


Pada zaman itu, kekristenan masih dilarang di Roma, tetapi kedua kakak beradik ini (Valerian dan Tiburtius) banyak melakukan perbuatan amal kasih yang mencerminkan kekristenan. Akibat kepercayaan barunya kepada Kristus, kakak beradik ini ditangkap dan disiksa oleh seorang bernama Almachius yang memerintah pada saat itu. Namun, mereka tidak gentar sedikit pun ketika hukuman mati akan diberikan kepada mereka. Mereka tetap memilih iman kepercayaan barunya meskipun Almachius menawarkan akan membebaskan mereka jika mereka kembali  menyembah kepada dewa-dewa. Dengan gembira Valerian menolak dan pada akhirnya diserahkan untuk dicambuk. Bersama dengan mereka, ada seorang yang bernama Maximus yang memproklamirkan dirinya sebagai pengikut Kristus. Pada akhirnya, ketiganya dihukum pancung sekitar empat mil jauhnya dari Roma oleh Pagus Triopius.


Cecilia menyaksikan kematian ketiga orang itu. Dia menyaksikan kematian orang-orang yang dikasihinya dan kepada Tiburtius dia berkata: “Hari ini aku menyambut engkau saudaraku karena cinta Tuhan telah membuat engkau menolak berhala.”  Cecilia menguburkan mereka pada Katakombe Praetextatus. 


Setelah kejadian itu, Cecilia mengubah tempat tinggalnya menjadi tempat beribadat. Banyak orang-orang kafir yang akhirnya menjadi murid Kristus. Ketika Paus Urban berkunjung ke rumahnya, ia membaptis 400 orang yang pada mulanya adalah orang-orang kafir. Karena peristiwa ini maka Cecilia harus berhadapan dengan Almachius dan dia mengalami hal sama seperti yang dialami oleh suaminya Valerian, Tiburtius, dan Maximus. Cecilia menerima penyiksaan di dalam rumahnya sendiri: Cecilia dibakar dalam kobaran api namun api itu tidak menghanguskannya. Akhirnya, seseorang ditugaskan untuk memenggal kepalanya. Ia menebaskan pedangnya tiga kali ke leher Cecilia, Seketika itu juga Cecilia langsung rebah, tetapi ia tidak langsung meninggal. Selama tiga hari, ia tergeletak di lantai rumahnya sendiri dan tidak mampu bergerak. Ia meninggal dalam posisi mengacungkan tiga jari dengan tangannya yang satu dan satu jari di tangannya yang lain. Hal ini dapat dikatakan bahwa di saat kematiannya, Cecilia masih menyatakan imannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus.

Martyrologium Hieronymianum 


Permasalahan pemberian gelar martir juga dialami oleh Santa Cecilia. Pada awalnya Santa Cecilia tidaklah termasuk dalam seorang yang dapat digelarkan sebagai seorang martir. Pandangan Agustinus dan Tertullian yang ada pada saat itu mengatakan bahwa Valerian dan Tiburtius merupakan seorang martir yang sejati, sementara Santa Cecilia terlepas dari mereka. Mengapa dikatakan demikian? Ada anggapan yang mengatakan bahwa penyiksaan yang dialami Santa Cecilia tidak banyak diketahui dan tidak ada bukti yang kuat serta kemartiran Santa Cecilia terjadi dalam tempat tinggalnya sendiri. Hal ini mempersulit penggelaran Santa Cecilia.


Pada tahun 488 seorang pengungsi dari Afrika yang tidak diketahui namanya datang ke kota Roma. Ia memperdebatkan pandangan Agustinus dan Tertullian yang keliru itu. Maka Martyrologium Hieronymainum pada tahun 545, telah mengakui Santa Cecilia sebagai martir, meskipun tidak  mempunyai informasi historis yang tepat. Yang diketahui adalah Santa Cecilia merupakan seorang martir yang membela iman kekristenannya yang tidak akan tergoyahkan walaupun dengan mengorbankan nyawanya sendiri sekalipun.

Relikwi St. Cecilia 


Menurut cerita, tubuh dari St. Cecilia dikuburkan dalam Katakombe St. Callistus. Sekitar tahun 757 tubuh St. Cecilia dipindahkan dari Katakombe St. Callistus oleh Lombard ke Katakombe Praetextatus. Di Katakombe Praetextatus juga telah dikubur Valerian dan Tiburtius. Pemindahan ini dilakukan untuk menghindari pencurian tubuh dari St. Cecilia. Kira-kira tahun 817 – 824, Paus St. Paschal I memindahkan tubuh St. Cecilia beserta Valerian, Tiburtius dan Maximus dan seluruh barang peninggalannya ke gereja Trastevere Roma dan diletakkan pada sebuah altar gereja tersebut. Gereja ini terkenal dengan nama Gereja St. Cecilia, Trastevere. Di dalam gereja ini kita juga dapat melihat sebuah mosaik yang dibuat pada zaman Paus St. Paschal I dan St. Cecilia dilukiskan sebagai seorang wanita kaya.


Pada tahun 1599, ketika Kardinal Sfondrati hendak memperbaiki gereja itu, ia menemukan ke-empat relikwi itu. Ketika peti kuburan tempat dimana St. Cecilia dikubur dibuka, ia melihat bahwa tubuh St. Cecilia masih utuh. Banyak orang yang melihatnya dan mereka diberkati serta memperoleh banyak mukjizat. 


Akhirnya, Carlo Maderna melukiskan tentang kemartiran dari St. Cecilia melalui sebuah patung terbuat dari pualam indah. Patung ini  diletakkan pada altar gereja St. Cecilia di Trastevere untuk mengenang kemartiran yang telah dilakukannya. Ekspresi dari kemartiran St. Cecilia yakni: “Seorang martir yang bermandikan oleh darah miliknya sendiri yang akhirnya terbunuh oleh sebuah pedang yang takkan pernah dapat mengantikan kepercayaan yang dianutnya.” Di dalam Katakombe St. Callistus kita juga dapat melihat duplikat dari patung pualam indah Maderna ini.


St. Cecilia dalam Karya Literatur dan Seni 


Kira-kira pada abad ke-5, kehadiran St. Cecilia dalam karya seni dan literatur mulai muncul. Semuanya ini disebabkan karena banyaknya para peziarah yang berdatangan ke kuburannya untuk melihat barang-barang peninggalan dari santa ini. Hal ini dapat dibuktikan berupa banyaknya mosaik, lukisan dinding dan miniatur. 


Semakin hari St. Cecilia semakin dikenal orang melalui karya-karya seni yang dilukiskan oleh para peziarah itu. Sekitar abad ke-15, Santa ini mulai dilukiskan dalam ekspresi wajahnya yang mengumandangkan kidung mazmur pada saat pernikahannya sedang berlangsung. Tangannya dilukiskan sedang berada pada alat musik dan sedang bernyanyi sebagai pujian kepada Allah. Inilah ekspresi yang dilukiskan pada saat pernikahannya, ketika St. Cecilia mengumandangkan mazmur di dalam hatinya kepada Allah di hari pernikahannya: "cantantibus organis illa in corde suo soi domino decantabat." Ada sebuah lukisan modern yang cukup terkenal yang dilukis oleh Raphael mengenai St. Cecilia yang sekarang dapat ditemukan dalam gereja San Giovanni dekat Bologna. Lukisan ini menggambarkan, “St. Cecilia berdiri di tengah-tengah dengan jubah mewah berwarna keemas-emasan, dengan rambut panjangnya terurai. Tangannya terletak pada sebuah organ kecil, dengan ekspresi wajahnya memandang ke atas bagaikan mendengarkan suara paduan sekelompok para malaikat yang sedang bernyanyi. Dan kakinya pun mengikuti irama nyanyian para malaikat itu … Di sebelah kanan St. Cecilia berdiri St. Paulus … di sebelah kiri dihadapannya berdiri St. Magdalena … dan dibelakangnya St. Agustinus.” Oleh karena itu, St. Cecilia  dikenal dan diangkat sebagai orang kudus pelindung musik gereja dan para musisi.


Karya seni lainnya yang tidak kalah menariknya adalah pahatan yang digambarkan ketika St. Cecilia berbaring dalam peti matinya dengan tangan yang mengekspresikan Allah Tritunggal yang Mahakudus. Pahatan ini dibuat ketika Kardinal Sfondrati menemukan bagaimana tubuh dari St. Cecilia ini ditemukan dalam peti matinya yang tak hancur walau sudah dikubur bertahun-tahun lamanya. (Jameson 347)

Teladan Hidupnya



Oleh seluruh Gereja, pestanya dirayakan setiap tanggal 22 November.  Walaupun tidak mempunyai bukti yang tepat, namun St. Cecilia pantas dihormati dan diakui sebagai martir karena teladan dan contoh imannya yang tidak segan-segan bersedia untuk mati dan menjadi saksi mempelai Ilahinya yakni:
Di tengah pesta pernikahannya, ia berseru kepada Tuhan di dalam hatinya, “O Tuhan biarkan hati dan tubuhku tetap murni dan aku tidak menghianati penyerahanku kepadaMu.”
Di hari-hari penyiksaan yang dialaminya, ia tetap berdoa dan berpuasa serta bergantung sepenuhnya kepada perlindungan Tuhan menjelang hari-hari kematiannya.
Membawa banyak orang penyembah berhala untuk menjadi seorang kristiani termasuk suaminya sendiri.
St. Cecilia selamanya tetap membawa Injil di dalam hatinya dengan siang malam berdoa dan bersatu dengan Tuhan. Hati dan cintanya telah dinyalakan dan dibakar oleh cinta surgawi.

Santa Caecilia doakanlah kami



diambil dari http://www.carmelia.net