Senin, 29 Juni 2015

Hari Raya Santo Petrus dan Paulus



Hari ini gereja Katolik merayakan Pesta ST.PETRUS & PAULUS, dua sosok pribadi yang harmonis dan dipilih ALLAH utk meneruskan pewartaan Injil sampe sekarang dan seterusnya. Tanpa mereka tidak akan pernah ada gereja Katolik !
Hari Raya Santo Petrus dan Paulus merupakan salah satu hari raya yang besar, di mana umat Katolik seluruh dunia dipersatukan dalam kesaksian hidup mereka. Keduanya adalah tokoh besar dalam sejarah hidup Gereja Katolik. Santo Petrus adalah figur seorang murid yang dikasihi Yesus dan dipercaya untuk membangun jemaat. Petrus, dalam kesaksian-kesaksiannya selalu menyerukan bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dan akan menjadi seorang penyelamat yang sejati. Petrus jugalah yang dipercaya oleh Yesus untuk memegang pintu kerajaan surga. Keberanian Petrus untuk menyebut Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, telah membuatnya menjadi salah satu murid yang berbahagia.

Santo Paulus adalah sosok pembela dan penyebar iman Kristus pada masa awal Gereja Perdana. Sungguh sebuah lompatan iman yang sangat indah, dari seorang yang menentang dan mati-matian melawan para pengikut Yesus, menjadi seorang yang begitu fanatik menjadi pengikut Yesus. Bahkan, direlakannya seluruh sisa hidupnya untuk melayani Tuhan, untuk mewartakan kabar kebaikan ke seluruh penjuru dunia. Ini terbukti dengan tersebarnya iman Kristiani ke seluruh dunia. Rupanya, pertobatan karena perjumpaaan (immersion) dengan Yesus telah meluluhkan hatinya dan mengubah arah kompas hidupnya.

Patutlah kita sebagai umat pada generasi modern ini bersyukur, kita hanya tinggal menerima dan menghayati iman Kristiani dengan sepenuh hati, tanpa harus takut dikejar dan dibenci. Syukur bahwa dua Rasul besar ini telah menanamkan dalam-dalam arti menjadi seorang Kristiani, arti menjadi seorang murid. Marilah meneladan sikap Petrus yang mau mengakui Yesus sebagai seorang Mesias dan memegang teguh iman akan Kristus Yesus, dan meneladan Paulus yang mengakhiri dengan baik, dengan iman yang teguh. St.Petrus dan Paulus, doakanlah kami......

 Santo Paulus menjadi menjadi santo pelindung liingkungan Perumahan Rakyat, ada baiknya bila kita mengenal Santo Paulus lebih mendalam lagi.




 SANTO PAULUS


Santo Paulus adalah rasul agung, Paulus (Saulus) dari Tarsus diakui sebagai tokoh penting yang merumuskan ajaranYesus.  Ia awalnya “menganiaya” Tuhan, tetapi kemudian seluruh hidupnya dipersembahkan bagi Tuhan bahkan sampai mati. Paulus terpanggil mewartakan Injil setelah ia bertobat. Ia mengadakan perjalanan jauh ke daerah-daerah di Asia Kecil dan diperkirakan menempuh jarak sekitar 5000 km. Tak heran ada yang menjulukinya sebagai ‘atlet Allah”.

Mengingat Kisah Para Rasul (7:58) menyatakan bahwa Paulus masih muda ketika diakon Stefanus menjadi martir (kira-kira tahun 32-34), para ahli sepakat bahwa Paulus dilahirkan kira-kira antara tahun 6-10. Paulus lahir sewaktu Yesus muda masih tinggal di Nazaret. Paulus diperkirakan lahir di Tarsus (Kis 21:39). Tarsus adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur dan kosmopolitan di tepi Sungai Rydnus di Kilikia (sekarang Turki). Tarsus merupakan kota dipengaruhi kebudayaan Yunani dan sudah sebelum zaman Makabe (2 Mak 4:30) di sana sudah ada koloni Yahudi. Maka itu sangat mungkin sekali Paulus adalah seorang “Hellenis”, yaitu orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Seperti banyak orang Yahudi di perantauan, Paulus punya dua nama, yaitu Saul (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani). Nama “Paulus” dipilih mungkin oleh karena pengucapannya berdekatan dengan Saul (Saulus). Ia sendiri selalu memakai nama Yunaninya saja (bdk. Kis 13:6-9). Di saat St. Stefanus dibunuh sebagai martir -kemungkinan di tahun yang sama dengan tahun Kristus wafat- Saulus dijabarkan sebagai seorang pemuda (lih. Kis 7:57). Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD.

Rasul Paulus dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom 11:1; Flp 3:5). Menurut St. Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5). Mereka kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat memberikan pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.

Paulus berjumpa dengan Kristus di dalam suatu penampakkan yang kemudian membutakan matanya secara fisik dalam perjalanan ke Damaskus (Damsyik). Tetapi secara rohani ia sadar akan Kristus yang bangkit di dalam Gereja-Nya. Dibawa ke Damsyik, Paulus disembuhkan dari kebutaannya dan dibaptis oleh seorang murid bernama Ananias. Paulus melanjutkan perjalanannya ke Damsyik sebagai orang yang sudah berubah dan dengan tujuan yang berbeda. Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang kita kenal dengan nama Rasul Paulus.
Kita dapat membaca kisah petualangannya yang mengagumkan demi Kristus dalam kitab Kisah Para Rasul yang ditulis oleh St. Lukas, dimulai pada bab sembilan. Tetapi, kisah yang ditulis St. Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis Kristen terkenal dari jaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Tetapi kemudian, ia dijebloskan kembali dalam penjara. Kali ini, ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun 67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam pemerintahan Kaisar Nero.  Di dalam tradisi Gereja mencatat kematian Rasul Paulus di sekitar tahun 64-67, sebagaimana dicatat oleh ahli sejarah Gereja, Eusebius. Eusebius mencatat kematian Rasul Petrus dan Paulus di bawah penganiayaan Kaisar Nero. Rasul Petrus wafat dengan disalib terbalik sedangkan Rasul Paulus dengan dipenggal kepalanya .


Paulus dijadikan santo (orang suci) oleh seluruh Gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Banyak yang berpendapat, Paulus memainkan peranan penting dalam mendirikan agama Kristen sebagai agama yang berbeda, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.

Paulus tetap dipandang sebagai contoh yang paling unggul bagi semua karya misioner. Ciri utama yang kita harus tiru adalah kedekatannya dengan Kristus: “Apa yang menjadi pertimbangan adalah menempatkan Yesus Kristus pada pusat kehidupan kita, sehingga identitas kita ditandai betul dengan perjumpaan, persekutuan dengan Kristus dan dengan Sabda-Nya.” (Paus Benediktur, XVI, Audiensi, 25 Oktober 2006).
Ciri kedua adalah visinya tentang misi ketika karya Roh Kudus bersatu dengan kesadaran akan kelemahan pribadi. Seorang rasul harus menjadi satu dengan Kristus  yang Tersalib. Kekuatan Rasul Paulus adalah kelemahannya karena ia membuka diri kepada Roh Kudus untuk menjalankan kekuasaan-Nya. Keterbukaan kepada Roh Kudus ini merupakan persyaratan bagi kerasulan yang akan berbuah banyak.
Ciri penting ketiga adalah persepsi Paulus tentang sifat universal dari keselamatan. Dia adalah manusia yang berwawasan universal. Dalam satu dunia yang ditandai dengan pemisahan dan hambatan di antara masyarakat dan kebudayaan, ia menyadari bahwa pesan Kristus diperuntukkan bagi semua umat manusia dari kebudayaan atau agama apa saja, kebangsaan atau kondisi sosial apa pun. Dia menyadari bahwa “Allah adalah Allah bagi semua orang” . Yang terakhir, keterpusatan pada Gereja, Tubuh Kristus, tidak diragukan lagi merupakan pelajaran penting yang ditarik dari keteladanannya ini. Paulus selalu berpandangan bahwa misinya harus dilaksanakan dalam Gereja dan melalui Gereja. Misi adalah urusan membangun Tubuh Kristus. Ini berarti ia tidak berpikir tentang pewartaan tanpa perutusan oleh Gereja. Apakah melalui pertemuannya dengan Petrus, yang harus diyakini bahwa ia tidak melakukan sesuatu yang sia-sia, atau permintaan dukungan dari komunitas di Roma, Paulus tahu bahwa karya misionernya harus selalu merupakan buah dari ikatan yang hidup dengan Gereja.


Sedangkan berikut ini sedikit kisah Santo Petrus 

Santo Paus Petrus Rasul

Petrus adalah pemimpin para rasul dan Paus kita yang pertama. 
Nama asli rasul besar ini adalah Simon, tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus, yang artinya batu karang, yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. “Engkaulah Petrus,” kata Yesus, “Dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.”
Petrus adalah seorang sederhana yang giat bekerja. Ia murah hati, jujur, polos seperti anak kecil dan amat dekat dengan Yesus. Namun, Petrus juga seorang yang penakut. Beberapa kali Injil mencatat sifat petrus yang satu ini. Ketika melihat yesus berjalan diatas air Petrus dengan penuh iman berseru :
..... "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air. Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. --Mat 14:28
Namun ketika merasakan dinginnya tiupan angin yang menerpa wajahnya, dan melihat gelombang disekelilingnya; Petrus mulai takut. Imannya yang tadi bernyala-nyala seketika padam.
...... Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" --Mat 14:30
Dan atas sikap penakut dan kurang percayanya itu Petrus mendapat sebuah teguran dari Yesus.
..... "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" --Mat 14:31
Ketika Yesus ditangkap, sekali lagi Petrus ketakutan. Saat itulah ia berbuat dosa dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali. Petrus kemudian menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya. Yesus mengampuni Petrus.
Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Sesungguhnya, Yesus memang tahu! Petrus benar. Dengan lembut Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yesus mengatakan kepada Petrus untuk mengurus Gereja-Nya, sebab Ia akan naik ke surga. Yesus menetapkan Petrus sebagai pemimpin para pengikut-Nya.
Pada hari Pentakosta Petrus dan para rasul lainnya menjadi penuh dengan kuasa Roh Kudus. Mereka berkata-kata dalam bahasa roh sehingga membingungkan orang-orang yang melihat mereka. Maka bangkitlah Petrus dan menyampaikan kotbahnya yang pertama setelah kebangkitan Yesus. Para pendengarnya begitu terkesima dengan kata-kata nelayan dari Galilea ini; yang penuh dengan hikmat dan kuasa. Dalam hari itu juga mereka memberikan diri untuk dibabtis. Jumlah orang yang dibabtis pada hari itu sungguh luar biasa; Tiga ribu orang. (Kis 2 : 14 - 41)
Di kemudian hari Petrus pergi mewartakan kabar gembira hingga ke kota Roma, kota terbesar dan juga ibukota dari Kerajaan Romawi. Petrus tinggal disana dan mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, umat memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri. Dan sekali lagi Petrus ketakutan.
Menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan kota Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, "Domine, Quo vadis..? (Tuhan, hendak ke manakah Engkau pergi?)” Yesus menatapnya dan menjawab, “Aku hendak ke Roma untuk disalibkan lagi..” Dan Petrus yang malang seketika jatuh tersungkur di kaki Yesus dan menangis tersedu-sedu. Sama seperti saat ia menangisi penyangkalannya di Yerusalem puluhan tahun yang lalu, Petrus kini kembali harus menyesali rasa takutnya. Dengan berderai airmata ia berbalik dan kembali ke kota Roma.
Kembali ke Roma, Paus kita yang pertama ini segera ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Karena ia seorang Yahudi dan bukan warga negara Romawi, sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan. Petrus kini sudah menguasai rasa takutnya. Kali ini Ia tidak lagi menyangkal Kristus. Ia tidak lagi melarikan diri dan siap untuk wafat sebagai saksi Kristus. Petrus minta agar ia disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab para budak disalibkan dengan cara demikian.
St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67. Disalibkan secara terbalik, Kepala dibawah dan kaki diatas
Pada abad keempat, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut. 
Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.
Referensi :Yesaya - Saints.SQPN.com - Wikipedia

Senin, 22 Juni 2015

Ziarah ke Kerep

Setelah merencanakan Ziarah tapi ngga jadi-jadi berangkat, akhirnya tanggal 21 Juni 2015 umat lingkungan Paulus Perumahan Rakyat Wonosari akhirnya bisa berziarah ke Goa Maria Kerep Ambarawa.......... Terima Kasih Tuhan, perjalanan berlangsung lancar dan menggembirakan.
Jalan Salib dulu ......
 Cie....bapak sesepuh lingkungan terlihat khusyuk

 Ketua lingkungan kita nih.....sama bu Mumun...Selamat Ulang Tahun Perkawinan ya Pak. Semoga Sehat Selalu.. Ternyata Ziarah kita kemarin bertepatan dengan Ultah Perkawinan Pak Gondho,
 Kalo ini ibu Parman yang menjamin kita tidak kelaparan kemarin......Hehehe....
 Benar kata bu Bekti, Khas Wong Ndeso... Pergi bawa bekal makanan dan nasi....xixixi
 Senyum bahagia setelah kenyang makan siang ya Jeng.....
 Duh maap ya, bu dukuh sama bu dokter....yg moto ngga merhatikan kalo ada daun yang menghalangi..
Doa kita semua....Semoga Goa Tritis juga bisa ditata dengan taman secantik ini......semoga
Jalan-jalan dulu ah....setelah makan siang biar ngga semakin ndut!!!!
Nah kalo ini beneran ibu kepala suku ....merangkap bendahara lingkungan Perak, terima kasih ya bu Tutik yang sudah mau bekerja keras mewujudkan impian kita semua, ziarah bareng,........
 Happy Family...........
 Ibu-ibu dan bapak ini narsis juga je...........
 Mbah Tarjo pamer softdrink....
 Yang ini ngga mau kalah eksis..
Yang ini juga narsis.......


Kamis, 18 Juni 2015

BAPA KAMI

Hehehe…..Homili Misa pagi ini, Romo Anton menyinggung kalau beliau risau bila ada umat yang tanya ,“ siapa yang mimpin Misa?”, Romo Anton ternyata nyadar juga bila banyak yang ngrasani kalo Misa yang dipimpin Romo Anton  dan  Romo Ipeng itu lamaaaaa….. Sedangkan yang dipimpin oleh Romo Ponco itu cepat…… Maaf  ya  Mo, kalo umat dibelakang selalu ngomongin hal ini,  soalnya emang bener begitu sih……. Hehehe……Peace, MoA…..mungkin Romo Anton bisa meniru Romo Endra yang curhat lewat FBnya ( Litani serba salah seorang Pastor...https://www.facebook.com/endra.wijayanta/posts/10204519747298132?pnref=story#
atau jawab saja seperti ini Mo.... Engkau berkata, ’Misanya lama’, maka aku menjawab, ’karena cintamu terlalu singkat’” — St. Josemaria Escriva.

Balik lagi ke homili tentang bacaan Injil hari ini tentang doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri yaitu doa Bapa Kami, ada artikel menarik yang saya ambil dari FB: Romo Josep Susanto


BAPA KAMI YANG ADA DI SURGA

          Doa diawali dengan sebuah seruan, di mana Yesus berseru memanggil BAPANya (harafiahnya: O Bapa atau Ya Bapa). Yang menarik adalah di Injil Matius, bentuk seruan seperti ini hanya muncul dalam 3 peristiwa penting hidup Yesus di mana digambarkan Yesus sedang berdoa (11:25; 26:39.42).
Yang menarik adalah dalam kesempatan ini Yesus menyebut Allah dengan sebutan BAPA KAMI, bukan BAPAKU.  Kata “KAMI” adalah undangan Yesus kepada para muridNya untuk ambil bagian dalam relasi yang dimiliki Yesus dengan BapaNya. Yesus mengundang para muridNya juga untuk mengingat relasi persaudaraan mereka dengan sesamanya, bahwa mereka semua adalah satu keluarga yaitu Keluarga dari Bapa yang sama. 
Sebutan “Yang ada di surga” menunjukan kemuliaan Allah, bahwa Allah yang kita sebut Bapa ini jauh melebihi segala Bapa yang ada di dunia ini. Namun bukan cuma itu saja, kata ini juga membuka suatu rahasia baru bahwa para murid meskipun masih tinggal di dunia, karena mereka kini sudah menjadi anak dari Bapa, maka mereka juga disebut anak-anak surga. Mereka punya suatu hubungan dengan surga, merekalah pemilik atau pewaris Kerajaan Surga.

DIMULIAKANLAH NAMAMU

            Permohonan pertama yang harus diucapkan Anak adalah memuliakan Bapa. Dalam dunia Perjanjian Lama, Nama Allah mewakili pribadi Allah sendiri, melambangkan kehadiran Allah dan kekuasaanNya (Kej 21:33, Lek 20:7, Im 24:11, Bil 6:27, Ul 12:5).

            Kemuliaan tidak bisa dipisahkan dari pribadi Allah, keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan memuliakan Allah mempunyai arti MENGENAL DAN MENERIMA siapa Allah dengan segala kekuasaanNya. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel harus memuliakan Allah. Namun tindakan itu selalu berkaitan dengan melakukan kehendak dan peraturan Allah. Tindakan memuliakan Allah ini menekankan lagi-lagi soal RELASI antara Allah dan umatNya, bahwa Israel adalah bangsa yang diselamatkan dan dipilih oleh Allah. Inilah yang menjadi dasar mengapa Israel harus memuliakan Allah.

            Tindakan memuliakan Nama Allah juga mengandung arti bahwa para murid diajak untuk menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya. Hanya Allahlah yang mampu melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

            Lawan dari tindakan memuliakan nama Allah adalah membuat nama Allah menjadi cemar atau profan belaka. Tindakan mencemarkan nama Allah dalam Perjanjian Lama seperti menyembah berhala (Im 18:21), tindakan kejahatan dan ketidakadilan (Jer 34:16, Amos 2:6-7).

DATANGLAH KERAJAANMU

            Setelah memuliakan Nama Bapa, para murid diajak untuk memohon datangnya Kerajaan Bapa. Kata “Kerajaan” di dalam Injil Matius muncul hanya 55x. Pewartaan Yohanes pembaptis dan Yesus adalah Kerajaan Allah yang sudah dekat”. Perumpamaan-perumpamaan Yesus berbiacara tentang Kerajaan Allah. Kata “kerajaan” di sini tidak berbicara tentang “kerajaan duniawi” dengan segala kekuasaan politik dan teritori tertentu. Kata “Kerajaan” di sini mengacu pada kemahakuasaan dan kemuliaan Allah terhadap alam semesta. Dunia dengan segala isinya berasal dari Allah dan milik Allah, sudah saatnya Allah mengambil alih milikNya, yang terampas karena manusia jatuh ke dalam dosa. Saatnya Allah  sebagai RAJA memimpin umatNya dan mengambil apa yang menjadi miliknya sejak semula. Allah membebaskan umatNya dari segala kekuatan lain yang membelenggu hidup manusia.

            Kata-kata “datanglah KerajaanMu” juga mengandung makna terselubung yaitu ajakan Yesus kepada para murid untuk terus menerus mempunyai harapan agar mereka menjadi warga kerajaan Allah. Selain itu juga ajakan Yesus kepada para murid untuk mulai mengubah cara hidup mereka yang tidak membuat mereka tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Allah. Dengan kata lain, ungkapan “datanglah KerajaanMu” adalah suatu ajakan PERTOBATAN.

JADILAH KEHENDAKMU, DI ATAS BUMI SEPERTI DI DALAM SURGA

            Ketika Kerajaan Allah datang dan hadir di muka bumi, Allah dengan segala-galanya akan diatur oleh kehendak Allah. Kata “Kehendak Allah” mengingatkan kita pada doa Yesus di taman Getsemani (Mat 26:42).  Kata “kehendak” mengandung arti: harapan, keinginan, tujuan yang mau dicapai. Bila seseorang menginginkan sesuatu, ia akan berusaha dengan segala cara untuk memperoleh apa yang dia inginkan itu. Ia akan menyusun program dan strategi yang mendukung untuk terwujudnya keinginan itu.

            Keinginan atau harapan Allah tidak lain tidak bukan adalah MENEBUS UMAT MANUSIA DARI DOSA DAN KEMATIAN. Allah tidak ingin satu dari umatNya hilang. Allah sebagai BAPA berjuang untuk menyatukan kembali KELUARGANYA. Dengan ungkapan “Di atas bumi seperti di dalam Surga” di sini mau ditekankan bahwa betapa para murid diajak untuk ikut berjuang agar kehendak Allah itu dapat benar-benar terlaksana, bukan hanya nanti di akhir jaman atau di surga tetapi juga di bumi selama mereka masih hidup di dunia. Caranya adalah dengan membuat SINKRONISASI antara kehendak mereka dengan kehendak Allah sendiri.

BERILAH KAMI REJEKI (ROTI) PADA HARI INI/SEHARI-HARI

            Bagian ini adalah bagian kedua dari Doa Bapa Kami, di mana permohonan mulai beralih kepada kebutuhan hidup para murid. Dimulai dengan “permohonan atas rejeki (roti). Apa maksudnya dari kata “rejeki” atau “roti”, apa manfaatnya bagi para murid?
            Kata “hari ini” menjadi perdebatan keras di atara para ahli bahasa. Terjemahan pertama mengacu pada “makanan harian” atau “makanan untuk besok”. Makanan ini adalah yang dibutuhkan seseorang saat ini dan di sini.  Terjemahan kedua adalah “makanan” yang bersifat eskatologis, yaitu apa yang mereka butuhkan untuk sampai pada hidup kekal yang akan datang. Kedua terjemahan ini masuk akal dan bisa diterima. Yang pertama mengacu pada hidup para murid di dunia, sedangkan yang kedua mengacu pada hidup para murid ketika mereka masuk ke dalam Kerajaan surga.

            Namun, kata “roti” dalam Injil Matius muncul 21x dan semuanya mengacu kepada makanan manusia sehari-hari. Roti atau makanan adalah kebutuhan manusia, situasi tanpa makanan membuat manusia menjadi begitu lemah dan ringkih sampai ancaman kematian. Tanpa makanan manusia bisa menjadi budak dari sesamanya bahkan membuat manusia jatuh dalam dosa seperti mencuri atau membunuh (melanggar perintah Allah). Dari fakta ini kita, permohonan tentang “roti atau rejeki sehari-hari” mengandung lagi-lagi ajakan untuk menyadari keterbatasan manusia.     

            Kata “kami” juga merupakan ajakan untuk menyadari bahwa rejeki atau makanan yang kita terima dari Bapa bukanlah bersifat individu melulu, melainkan juga rejeki yang kita terima untuk bersama orang lain sebagai satu keluarga Allah. Kata “pada hari ini” bukan “semua hari” juga menekanakan bahwa betapa setiap orang memperoleh hak yang sama untuk menerima rejeki itu. Ini adalah ajakan untuk berbagi. Rejeki yang kita punya harus kita berikan juga kepada mereka yang berkekurangan.

AMPUNILAH KESALAHAN KAMI
SEPERTI KAMIPUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH KEPADA KAMI

            Kalimat ini terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah permohonan agar para murid diampuni oleh Allah karena dosa dan kesalahan mereka. Sedangkan yang kedua adalah keinginan para murid untuk mengampuni sesamanya yang bersalah kepada mereka. Dalam ayat 14-15 Yesus sekali lagi menegaskan betapa pentingnya bagian yang kedua, karena menjadi syarat untuk memperoleh pengampunan dari Allah. Dalam Mat 18 tentang perumpamaan pengampunan juga lagi-lagi.

            Rahasia yang terkandung dalam kalimat ini adalah para murid diajak untuk menyadari identitas mereka sebagai ANAK dari BAPA. Kehendak Bapa adalah menebus dan mengampuni dosa manusia. Para murid diajak untuk mempunyai sikap seperti Bapa mereka. Jadi identitas bukan hanya tempelan belaka tetapi sebagai undangan untuk menjadi sempurna seperti Bapa yang maha pengampun. Bapa itu maha baik dan pengampun, Anak-anaknya juga harus demikian.

DAN JANGANLAH MASUKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN
TETAPI BEBASKAN KAMI DARI YANG JAHAT.

            Ini adalah permohonan yang terakhir dari doa Bapa Kami. Dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama permohonan agar Bapa tidak memasukan mereka kedalam pencobaan. Yang kedua adalah permohonan untuk dibebaskan dari yang jahat.

            Bagian yang pertama menimbulkan perdebatan teologis yang hebat: apakah Bapa membawa anak-anakNya kedalam pencobaan?

            Dalam Perjanjian Lama, Allah memasukan umatNya ke dalam pencobaan untuk menguji iman mereka (Kej 22:1; Kel 15:25; 16:4, dll). Yesus sendiri dalam Mat 4:1 juga dicobai oleh iblis sebagai bagian dari kehendak Bapa. Apakah Bapa sungguh tega memasukan anakNya ke dalam pencobaan, terlebih ketika pencobaan itu beruba pengalaman yang tidak menyenangkan. Tetapi Kitab Suci menggarisbawahi bahwa tidak ada satupun terjadi pada anak-anak, tanpa sepengetahuan Bapa. Bapa akan memberi kekuatan kepada anak untuk berjuang melawan cobaan yang datang.

            Permohonan yang pertama ini mengungkapkan kesadaran bahwa para murid masih sangat lemah dan penuh dengan keterbatasan. Mereka diajak untuk menyadari “kemanusiaan” mereka dengan segala kelemahannya. Para murid diajak untuk meminta Bapa untuk melindungi mereka dari pencobaan dan keadaan terpisah dari Bapa.

            Permohonan pertama dihubungkan dengan permohonan yang kedua dengan kata “TETAPI”. Para murid diminta untuk memohon kepada Bapa untuk melindungi dari yang jahat (harafiah: roh jahat, Inggris: EVIL). Roh jahat inilah yang terus menerus berusaha memisahkan Anak dari Bapa.  



Kamis, 11 Juni 2015

YANG HARUS DAN PERLU

Syalom aleikhem. Setelah masuk gedung gereja dan duduk di bangku, sebelum Misa, apa yang harus dan perlu dilakukan? Lihat, ada dua hal: “harus” dan “perlu”. 

Yang harus dilakukan hanya satu: HENING. Hening punya dua arti: tenang-di-luar dan tenang-di-dalam. “Tenang-di-luar” artinya Anda tidak membuat suara yang tidak perlu atau kegaduhan yang mengganggu. Hal ini berguna pertama-tama untuk orang lain. Gedung gereja adalah tempat berdoa; dan doa pertama-tama adalah hening. “Tenang-di-dalam” artinya Anda membuat diri siap merayakan Ekaristi. Selalu ingat baik-baik: Ekaristi dimandatkan langsung oleh Tuhan Yesus!

Lalu, apa yang perlu dilakukan? Beberapa langkah berikut. 

Langkah #1: “Ambil posisi”. Duduklah atau berlututlah senyaman mungkin. 

Langkah #2: “Lepas beban”. Ingat-ingat sebentar apa yang baru saja terjadi, contoh: Anda marah-marah di jalan, bertengkar dengan suami/istri/anak sebelum berangkat tadi, dsb. Lepaskan itu dengan berkata kepada Tuhan: “Yesus, aku datang, mohon berilah kelegaan.” Sabda Tuhan jelas: “Datanglah kepada-Ku kamu yang berbeban berat; Aku akan memberikan kelegaan.” Pasti Anda ingat sabda ini. Yakin?

Langkah #3: “Pandang salib”. Semua gedung gereja pasti punya salib. Pandang salib itu dalam-dalam, telusuri tiap lekuknya, tiap guratnya, tiap detailnya; tatap Dia yang bergantung di situ. Langkah ini penting sekali sebagai persiapan Anda sebelum Misa. Coba lakukan, rasakan manfaatnya. Lakukan langkah #3 ini sampai Anda merasa “puas” atau “hati penuh”. 

Langkah #4: “Siapkan sabda-Nya”. Baca-bacalah teks yang berisi kutipan sabda Tuhan yang akan dibacakan pada Misa hari itu. Teks tersedia di pintu depan......... Manfaatkanlah.

Catatan: Semua langkah itu dapat Anda lakukan kalau Anda tidak telat; setidaknya hadir 10-15 sebelum Misa. Bisa? Semoga ya.

Sumber :

R.D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Imam Gereja Katolik Ritus Latin
untuk Keuskupan Bandung