Minggu, 21 Desember 2014

Sejarah Tahun Masehi

TAHUN MASEHI yang selama ini jadi patokan penanggalan kita pada umumnya. Tiap kali menjelang malam pergantian tahun (Kalender Masehi), milyaran orang di penjuru dunia merayakannya. Pesta perayaan dengan meniup terompet, pesta kembang api, pertunjukan musik, perayaan di hotel-hotel berbintang atau tempat wisata, juga ucapan "Selamat Tahun Baru" atau "Happy New Year" terdengar di mana-mana. Tapi, tak banyak orang yang mengetahui sejarah di balik perayaan tahun baru masehi ini. Apa sebenarnya dasar penentuan perayaan tahun baru. Tahun Masehi sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Kristen. Masehi adalah nama lain dari Isa Al Masih. Di Indonesia tahun Masehi yang digunakan secara resmi  dan juga dipergunakan secara internasional, istilah Masehi ( bahasa Latin Anno Domini / AD =Tahun Tuhan kita) dan Sebelum Masehi (Before Christ / BC =Sebelum Kristus)mengacu pada Nabi Isa Al-Masih (Yesus Kristus atau dalam bahasa Ibrani= "Mesiah" atau "Mesias" yang artinya "Yang diurapi"). Sistem ini mulai dirancang tahun 525, namun tidak begitu luas digunakan hingga abad ke-11 hingga ke-14. Setelah itu, seluruh negara di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah komunikasi.
Kalender Masehi  adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Masehi dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret , sedangkan sebelum itu disebut Sebelum Masehi atau SM. Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada tahun pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian. Dalam bahasa Latin penanggalan ini disebut "Anno Domini" (disingkat AD yang berarti "Tahun Tuhan") yang dipakai luas di dunia. Dalam bahasa Inggris pada zaman modern muncul istilah Common Era yang disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"), sedangkan waktu sebelum tahun 1 dipakai istilah "Before Christ" (artinya sebelum [kelahiran] Kristus)yang disingkat BC  atau Before Common Era yang disingkat "BCE" (Sebelum Era Umum). Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen terutama umat Katolik.
Kalender Masehi adalah kalender yang mulai digunakan oleh umat Kristen awal. Mereka berusaha menetapkan tahun kelahiran Yesus atau Isa sebagai tahun permulaan (tahun 1). Namun untuk penghitungan tanggal dan bulan mereka mengambil kalender bangsa Romawi yang disebut kalender Julian — kalender buatan Julius Caesar — (yang tidak akurat) yang telah dipakai sejak 45 SM.
Menurut catatan Encarta Reference Library Premium 2005, orang yang pertama membuat penanggalan kalender Masehi adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada 45 SM, jika menggunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus. Namun dalam perkembangannya, ada seorang Kristen bernama Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk dijadikan sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Dionysius adalah orang yang pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of the Lord) pada waktu dia membuat kalendar Paskah (Easter). Sistem penanggalan ini menggantikan sistem penanggalan Diocletian, karena Dionysius tidak ingin menggunakan Diocletian, seorang yang menganiaya jemaat Kristen. Dionysius mengatakan bahwa Anno Domini dimulai 754 tahun dari pondasi Roma (A.U.C) atau tahun 1 AD, yaitu tahun dimana Yesus lahir (dalam perhitungan Dionysius). Namun berdasarkan perhitungan para ahli, terutama berdasarkan bukti sejarah dari Josephus, maka perhitungan ini tidaklah benar.
Kemudian Paus Gregory III memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang kemudian dikenal sebagai Kalender Gregorian, yang harus digunakan oleh seluruh Eropa bahkan kini seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Untuk memperingati hari kelahiran Yesus diadakan perayaan Tahun Baru yang dilakukan setiap awal tahun, yang terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa pada abad permulaan Masehi. Seiring berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan &satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year.
JADI JANGAN LEWATKAN MISA TAHUN BARU DI GEREJA YA……. Beberapa tahun yang lalu saya selalu berpikir apa sih pentingnya Misa Tahun Baru? Baru 3 tahun ini nyadar kalau ini adalah Misa perayaan yang besar karena kita juga merayakan awal tahun Tuhan yang baru dan meminta berkat untuk perjalanan hidup kita setahun mendatang, pada Misa Tahun Baru kemarin(2014) ada hal unik yang coba dilakukan di Paroki Wonosari. Umat diminta untuk menuliskan resolusinya, yang nantinya setelah Misa akan didoakan secara khusus oleh Romo. Semoga Misa Tahun Baru yang akan datang tradisi ini diteruskan . So don’t miss it ya………( ehm…….. omong-omong resolusi tahun baru nanti apa ya?)

Minggu, 14 Desember 2014

WORO-WORO PAROKI 14 DESEMBER 2014


"Jadwal Pengakuan Dosa di Paroki Santo Petrus Kanisius": Kamis dan Jumat 18/19 Desember 2014 mulai pukul 16.00

"Petugas Minggu Depan"
#Jumat 19/12/2014 : FA KEPEK
#Sabtu 20/12/2014 : PAULUS PERAK
#Minggu 21/12/2014: PETRUS KIPAS
#Petugas menghias altar: TARCICIUS

"Jadwal MISA NATAL PAROKI WONOSARI"
1. Misa Sore 24/12/2014 : dimulai pukul 17.00/ BAHASA JAWA
2. Misa Malam 24/12/2014: dimulai pukul 20.00/ BAHASA INDONESIA
3. Misa Pagi 25/12/2014 : dimulai pukul 08.00/ BAHASA INDONESIA

PENGUMUMAN PERNIKAHAN 1
Akan saling menerimakan Sakramen Pernikahan
*Fransiskus Ripto Wahayu Nugroho (lingkungan Yakobus Gedangsari) dengan Verseneranda Ari Widyaningtyas(kuasi Paroki St.Yusuf Bandung Gunungkidul)



Senin, 08 Desember 2014

Riwayat PETRUS KANISIUS

Beberapa minggu terakhir ini homili para romo di Paroki Wonosari selalu menyinggung soal CTM, (Cerdas Tangguh dan Misioner). Dan minggu kemarin Romo Ipeng menyinggung jadi orang katolik itu kalau ditanya harus bisa menjawab bahkan memberi kesaksian. Tidak boleh menjawab sekedarnya apalagi kalau jawabannya....Ya pokoknya begitu. Nah karena itu saya juga pengin menjadi umat yang CTM itu, salah satunya ya kalau ditanya siapa Petrus Kanisius harus bisa menjawabnya, masa jadi umat paroki Petrus Kanisius sekian puluh tahun tapi tidak tahu santo pelindungnya...Ini riwayat singkat yang saya rangkum dari beberapa situs
Petrus Kanisius
Santo Petrus Kanisius atau Peter Kanis (lahir di Nijmegen, Belanda 8 Mei 1521 – meninggal 21 Desember 1597 pada umur 76 tahun) adalah seorang Santo dari ordo Serikat Yesus. . Petrus/Pater adalah putra tertua dari Yakob Kanis atau Kanisius dan ibunya bernama Ægidia van Houweningen.. Ayahnya adalah seorang walikota yang cukup berpengaruh di Nijmegen Belanda.Pada saat ibunya sakit ada pesan terakhirnya pada Yakob Kanis, suaminya: “Tinggalah tetap setia terhadap agamamu. Dan didiklah Peter sebaik-baiknya sebagai putra Katolik…” Karena selalu teringat pesan yang terakhir itu, Peter dididik ayahnya dengan saksama. Peter tergolong anak yang rajin. Maka segera anak itu masuk golongan yang terpandai dikelas. Begitu juga selama Peter bersekolah, teman-temannya suka bergaul dengan si pemberani yang lucu dan juga murid terpandai, Pater putera seorang bangsawan kaya tetapi tidak sombong.

Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun. Ia bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latihan rohani Santo Ignatius dari Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang imam Yesuit juga. Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.
Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesus. Di Cologne. Pada tahun 1546, ia ditabhiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Kardinal Otto Truchess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo Ignatius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirim untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit Pertama di Messina, Sisilia.

Sebagai jawaban terhadap permohonan Raja William IV dari Bavaria, yang membutuhkan professor-professor Katolik untuk melawan ajaran-ajaran bidaah, Paus Paulus III (1543-1549) mengirimkan Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada disana. Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor Universitas Ingolstadt.
Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther. Petrus Kanisius memiliki motto hidup: Jika kamu punya terlalu banyak hal untuk dilakukan, dengan bantuan Tuhan engkau akan dapat waktu untuk melakukan semua hal itu.

Melalui khotbah-khotbah dan katekasenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangan umat di wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan uskup Vienna, tetapi selalu di tolaknya. Pada tahun 1554, atas permohonan Paus Yulius III, Ignatius Loyola mengijinkan Petrus menjadi administrator tahkta Suci yang mengalami kekosongan. Pada tahun 1555, Petrus menerbitkan sebuah katekismus yang berisi ajaran-ajaran Gereja Katolik. Katekismus ini disusun bersama Pater Lejay dan didukung penuh oleh Raja Ferdinand. Kemudian ia menyusun lagi dua buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah. Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Autria, dan Bohemia. Katekismus itu menjadi pokok yang dipergunakan di seluruh dunia. Jadi yang tersusun oleh Pater Kanisius 350 tahun yang lampau itu, menjadi dasar Katekismus kita yang sekarang juga. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolose di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolose di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog KePausan.
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat, ia mengajar di Universitas Dellingen, Bavaria. Disini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg. Karyanya yang terakhir di selesaikan di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu membangun sebuah pernerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frieburg. Penghuni kota Friburg berkabung, tapi juga bergembira karena makam Pater Kanisius akan menjadi milik kota Friburg. Pada tahun 1864 Pater Kanisius diberi gelar Beato dan pada tahun 1925 mendapat gelar Santo. Pestanya digelar pada tanggal 27 April. Oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939) Petrus dikenal sebagai Pujangga Gereja yang besar dan selalu dikenang .

Senin, 01 Desember 2014

intermezzo

Pernahkah saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus memerima pesan ini:

Pesan Bunda Maria : Pujilah Nama Tuhan Yesus Maka Kamu Akan Dilindungi Aku Maria Bundamu Merasa Sedih Melihat Penderitaan Manusia, Kirim Ke 29 Org Teman Sebelum 3 Hri Jangan Hapus Ditanganmu, Keajaiban Akan Dtg Tanpa Kamu Sadari Jika Diabaikan Dukamu Akan Dtg Sili Berganti ( Rmo Beny) Nyata . Klu Cuma Bsa Brapa Org Semampumu Tak Apa Apa .Tuhan Maha Tahu Kesulitnmu. Terima Kasih.


Bagi saya ini tidak ada keharusan untuk melanjutkan pesan ini. Karena saya lebih percaya akan kemurahan hati Tuhan Yesus tidak akan terhenti hanya karena saya tidak meneruskan pesan ini. Saya lebih percaya kalau Bunda Maria adalah ibu kita yang sangat menyayangi kita anak-anaknya, tanpa syarat apapun, demikian juga dengan Yesus.Tapi kadang-kadang sekedar iseng saya juga meneruskan pesan ini ke beberapa teman. Tapi saya lebih percaya kalau iman dan perbuatan kasih kitalah yang akan bisa menyelamatkan kita.

ADVEN 2014

Kita telah memasuki masa adven 2014, masa ini menjadi masa dan kesempatan khusus mempersiapkan diri menyambut kelahiran Yesus, sumber iman kita. Tema Adven 2014 Keuskupan Agung Semarang adalah Kelahiran Yesus Meningkatkan Kecerdasan, Ketangguhan dan Semangat Misioner dalam Beriman . Tema ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa gerejani yangberkaitan dengan iman.
1.TAHUN IMAN, yang ditetapkan oleh Bapa Suci Benediktus XVI tanggal 11 Oktober 2012-24 November 2013.
2.TAHUN FORMATIO IMAN, KAS menjadikantahun 2014 menjadi tahun Formatio Iman. Ini meneruskan gema Tahun Iman, selain juga karena iman tidak akan berkembang dengan baik tanoa pendamoingan secara serius, terprogram,dan berkesinambungan.
3.IMAN YANG CERDAS, TANGGUH DAN MISIONER, Cerdas menyangkut 2 aspek yaitu 1) Kedewasaan dan kematangan dalam pemahaman dan penghayatan tentang imannya sehingga ia bisa mempertanggungjawabkan dengan benar yang melibatkan akal budi, kehendak dan perasaan. 2) Pandai memperhitungkan keadaan dan siap mengatasi tantangan yang ada. Tangguh menyangkut aspek sikap dalam menghadapi pergulatan hidup. Santo Paulus mensharingkan mengapa ia tidak mudah goyah imannya, tidak mudah putus asa dalam segala persoalan dan tetap tegak berdiri dalam iman walaupun godaan dan tantangan terus menerpa. Semua itu karena hidupnya berakar pada Kristus dan dibangun di atas Dia sehingga dalam segala situasi hidupnya tetap di dalam Dia. Misioner menyangkut gerak keluar untuk memberikan kesaksian akan imannya. (panduan Adven 2014 KAS).

Minggu kemarin dalam homilinya, romo Ponco menyinggung tentang lilin Adven. Sebenarnya kalau tentang warna dan arti korona Adven saya sudah tahu. Yang baru dengar ternyata ada cerita tentang lilin-lilin itu dan ternyata lilin tersebut masing-masing memiliki nama. Berikut yang saya rangkum dari beberapa artikel.

ADVEN berasal dari kata Adventus (bahasa latin) yang berarti kedatangan. Masa Adven dapat diartikan masa menantikan kedatangan dimana umat Kristiani mempersiapkan diri untuk menyongsong kedatangan Tuhan pada hari raya Natal.
Warna ungu adalah warna dasar yang melambangkan pertobatan sebelum “Tuhan datang”. Lambang lain yang ada dalam gereja adalah korona lilin Adven yang berbentuk lingkaran tersusun dari daun-daun cemara yang berwarna hijau dan empat lilin. Pada korona Adven ada 4 lilin dengan jarak yang sama antara satu dengan yang lainnya. Kempat lilin itu memberi arti pada 4 minggu dalam masa Adven. Satu per satu pada setiap awal pekan lilin itu dinyalakan sebagai lambang makin memuncaknya harapan dan menambah cahaya hingga kedatangan Sang Cahaya. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa ketiga Adven ini. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih yang artinya masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar.
Lingkaran itu melambangkan penantian penuh harapan akan kehidupan abadi , karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, maka lingkaran juga melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir , penantian penuh harapan akan keselamatan dan kebahagiaan dari manusia. Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.

Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen(pinus/cemara). Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya “ever green” yang senantiasa hijau dan senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal.

Lilin-lilin yang dinyalakan mempunyai arti khusus: Lilin pertama adalam masa advent kerap dikenal sebagai lilin Nabi. Nabi, dalam hal ini Yohanes Pembaptis, membawa pesan pertobatan. mengingatkan bahwa kedatangan Sang Raja Damai, yaitu Yesus Kristus sudah dekat. Raja Damai itu pun akan dimuliakan sampai ke ujung bumi Kedatangan Mesias yang telah direncanakan Allah dan telah diramalkan oleh para Nabi Lilin kedua dalam masa advent kerap dikenal sebagai lilin Malaikat karena Malaikatlah yang membawa kabar sukacita dan damai sejati kepada keluarga kudus dan kepada para Gembala. Damai yang sejati tersebut hanya didapatkan dari Tuhan Yesus yang lahir bagi kita. Agar dapat mengalami damai sejati itu, kita hendaknya menyiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan-Nya dengan pertobatan. Lilin ketiga dalam masa advent kerap dikenal sebagai lilin Gembala yang melambangkan bahwa pemberitaan tentang kelahiran Sang Juru Selamat untuk pertama kalinya kepada orang-orang yang tulus dan rendah hati yaitu para gembala . Menurut tradisi kuno, malaikat memberitakan kelahiran Yesus kepada para gembala yang artinya Tuhan datang bagi mereka yang miskin dan terpinggirkan; Tuhan sebagai gembala umatNya. Lilin keempat dalam masa Advent kerap dikenal sebagai lilin Betlehem. Betlehem mengajak kita untuk berbagi dan awal penggenapan seluruh rencana keselamatan dari Allah, tempat kelahiran Penebus. Betlehem juga berarti Sang Juru Selamat akan lahir di dalam hati kita. Betlehem adalah kota mungil di daerah Yudea.

Senin, 17 November 2014

Tahun Hidup Bakti 2015


Tahun Hidup Bakti 2015
Hari Minggu kemarin dibacakan Surat Gembala Bapa Uskup tentang Tahun Hidup Bakti 2015.
Sebagai kaum awam saya jadi mikir….. Apalagi nih yang dimaksud Tahun Hidup Bakti 2015 itu?
Maklum karena daya tangkap lemah ato karena asyik ngelamun ya… jadi ngga mudeng lagi makanya sesampai di rumah browsing lagi…. Dan ketemu beberapa artikel. Setelah baca beberapa akhirnya paham juga yang dimaksud dengan Tahun Hidup Bakti.
Tahun Hidup Bakti 2015 atau Year of Consecrated Life dipersembahkan bagi para kaum hidup bakti atau para rahib,imam,suster,bruder(biarawan/biarawati) yang telah mengabdikan dirinya bagi Tuhan Yesus dan Gereja. Dibuka pada tangggal 21 November 2014 – 21 November 2015.
Paus Fransiskus mengumumkan Tahun Hidup Bakti dalam pertemuan Paus dengan para Superior Jendral, alasannya: masih dalam rangka mensyukuri anugrah Konsili Vatikan II, yang akan diperingati ulang tahun ke 50 pada 2015 yang akan datang . Khususnya “Perfectae Caritatis”(dekrit tentang hidup bakti ) dan “Lumen Gentium” (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja). Dengan mengangkat tema Panggilan Hidup Bakti.
Jadi menurut yang saya pahami Tahun Hidup Bakti ini adalah penghargaan Gereja bagi mereka yang telah membaktikan hidup mereka seluruhnya bagi Tuhan Yesus dan juga sebagai upaya agar benih-benih panggilan untuk Hidup Bakti tumbuh subur di antara para umat.
Bagi saya pribadi sih membayangkan Tahun Hidup Bakti ini akan diisi oleh umat dengan memberi dukungan bagi para imam,suster, biarawan/biarawati dan rahib, baik dukungan doa maupun bentuk lainnya. Sedangkan bagi para imam maupun suster yang berada di paroki Wonosari maupun dimanapun berada, saya memimpikan:
• Paling tidak mereka mau kembali menyapa umat secara personal. Kan Tahun Hidup Bakti berlangsung 1 tahun nih……… ya paling tidak para Romo dan Suster ini mau berkeliling sekedar ‘say hello’ untuk semua umat tanpa terkecuali di setiap lingkungan. Dulu beberapa Romo Londo atau para misionaris juga melakukan hal yang sama. Dan terbukti banyak anak yang terpanggil hidup membiara hanya karena sapaan personal dan ringan ini.
• Sekarang ini kan jaman internet…. Ya paling tidak para Romo ataupun suster ini mau terbuka membagikan pin BB, no Hp, akun Twitter, akun Facebook ato alamat Emailnya jadi umatnya yang bisa leluasa berhubungan atau konsultasi dengan Romo melalui media social atau perangkat selularnya. Kan bisa ditulis di papan pengumuman gereja.
• Kalo boleh usul nih gimana kalo di setiap gereja di beri tempat khusus untuk nongkrong para OMK/mudika dengan fasilitas Wifi ya siapa tahu kalau para muda ini sering nongkrong di gereja mereka ketularan menjadi romo/suster.
Di bawah ini ada teks doa Tahun Hidup Bakti 2015 KAS yang akan didoakan sepanjang tahun pada setiap kesempatan perayaan Ekaristi, ibadat-ibadat bersama komunitas atau lingkungan dan doa secara pribadi.

Minggu, 09 November 2014

PESTA PEMBERKATAN GEREJA BASILIK LATERAN

Hari ini 9 November Gereja merayakan pemberkatan Basilika Lateran, walaupun di teks misa sudah dijelaskan tapi karena tidak terlalu mudeng maka sesampai di rumah mulai dah browsing. Akhirnya setelah membaca beberapa artikel di beberapa website dapat aku rangkum sbb: Basilika Lateran yang disebut induk dari semua (bangunan) gereja di seluruh dunia. Basilika itu secara resmi adalah tempat kediaman uskup Roma, yang juga kita kenal sebagai Paus. Jadi gereja Katedral Keuskupan Roma atau Katedral Paus bukanlah Basilika Santo Petrus yang berada di Vatican seperti yang dikira banyak orang, melainkan Basilika Santo Yohanes Lateran di Roma. Karena Basilika Lateran itu adalah gereja induk, jadi kalau seluruh dunia ini hanya satu paroki, maka Gereja Paroki kita adalah Basilika Lateran itu. Gereja Basilik Lateran adalah kapel atau gereja pribadi Paus. Telah menjadi kebiasaan juga bahwa setiap kardinal yang baru dilantik pada umumnya juga ‘diserahi’ kapel tertentu di Vatican, meskipun kemudian kardinal yang bersangkutan tidak mengunjungi kapel tersebut.

Namun kenyataannya, Paus tidak tinggal di Basilika Lateran, walaupun Basilika itu adalah kediaman resmi uskup Roma. Paus tinggal di Basilika St. Petrus di Vatican City yang merupakan makam Santo Petrus atau paus kita yang pertama. Sedangkan yang tinggal di Basilika Lateran adalan Vicaris Jendralnya (Vikjen). Apa beda Katedral dan Basilika? Katedral adalah Gereja tempat tinggal Uskup, dari kata Cathedra yang artinya kadera atau kursi, kursi yang dimaksud di sini adalah tahta uskup. Sedangkan Basilika berarti Gereja Kerajaan; Basileia (bhs Yunani) artinya: Kerajaan. Jadi basilika-basilika itu adalah Gerejanya para raja dan kaisar; berarti Gereja yang besar-besar. Jadi Katedral tidak harus merupakan bangunan yang besar, yang penting uskup tinggal di situ. Tapi kalau Basilika harus merupakan bangunan yang besar.

Gereja Basilik Lateran ini didirikan oleh kaisar Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Ketika Kaisar Konstantinus bertobat dan mengumumkan edik Milano pada tahun 303, ia memusatkan perhatiannya pada pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena adalah umat Kristen yang saleh, menjadi salah seorang pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja pertama yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran Lateran. Gereja ini diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Sri Paus Silvester I (314-335) pada tahun 324. Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.

Dalam konteks sejarah Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik agung yang dibangun pertama, yang melambangkan kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih berada di dalam kondisi adanya penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir. Umat Katolik juga mau mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita dengan Uskup Roma, yang sekaligus menjabat sebagai Paus, pemersatu seluruh Gereja Katolik dalam cinta kasih Kristus. Mula-mula pesta ini hanya dirayakan di Roma, namun lama kelamaan menjadi pesta bagi seluruh gereja Katolik.

Mengapa setiap tanggal 9 November, Gereja merayakan Pesta Pemberkatan Basilika Santo Yohanes Lateran? Karena pada tanggal 9 November 324, Basilika Santo Yohanes Lateran diberkati pertama kali oleh Paus Silvester I. Karena basilik Lateran merupakan ibu dari semua gereja di dunia, tidaklah mengherankan jika kita yang berada di gereja "anak-anak" dari basilika ini, turut memperingatinya.
Paus Sergius III (904-911) mendedikasikan Basilika tersebut untuk Santo Yohanes Pembaptis. Paus Lucius II (1144-1145) mendedikasikan basilika yang sama kepada Santo Yohanes Penginjil. Jadi Santo Yohanes Pembaptis dan Santo Yohanes Penginjil dianggap sebagai santo pelindung kembar Basilika ini, sedangkan Kristus sendiri menjadi kepala santo pelindung. Basilika tersebut disebut Lateran karena pada awalnya adalah istana yang dimiliki oleh Keluarga Lateranus dari Kekaisaran Romawi. Pada 311, Keluarga Lateranus dikalahkan Kaisar Konstantinus, yang pada gilirannya memberikan istana ini kepada Gereja. Basilika Santo Yohanes Lateran sangat kudus karena di Basilika ini ditemukan altar kayu yang digunakan oleh Santo Petrus mempersembahkan Misa ketika ia berada di Roma.

Uniknya di gereja ini juga terdapat Holy Steps (Scala Sancta) yaitu tangga yang konon merupakan tangga menuju istana Pontius Pilatus. Dipercaya Yesus pernah digiring menaiki tangga ini saat diadili dengan tidak adil. Bahkan darah Yesus pernah tercecer di sini, membuat tangga ini teramat suci dan tak boleh dinaiki kecuali dengan berlutut.
Bagian dari meja yang digunakan oleh Yesus selama perayaan perjamuan terakhir disimpan di balik lukisan perunggu perjamuan terakhir. Tangga marmer(Holly Steps) ketika Yesus diseret untuk menghadap Pilatus dibawa ke tempat ini oleh Santa Helena, ibu dari Kaisar Konstantinus. Tangga telah diberi pelindung oleh pagar kaca dan tetesan darah Yesus terlihat di tangga marmer tersebut.
Basilika St. Yohanes Lateran adalah yang tertua dari empat Basilika Agung yang berada di Roma, basilica yang lain adalah St. Petrus, St. Maria Maggiore, dan St. Paulus. Di basilica Santo Yohanes Lateran inilah biasanya paus mencuci dan mencium kaki 12 imam yang beruntung pada tiap-tiap Misa Peringatan Perjamuan Tuhan atau biasa kita sebut Misa Hari Kamis Putih.

Gereja yang menjadi tempat kita berkumpul merupakan tanda dan lambang Gereja Umat Allah. Gereja sebenarnya tidak dibangun dari kayu dan batu yang mati melainkan dari batu yang hidup yaitu kita sebagai umat itu sendiri. Yesus adalah batu penjuru. Setiap umat Kristiani, adalah batu-batu rohani. Betapa Yesus menginginkan batu-batuNya kuat dan teguh dalam iman agar dapat disusun serta dibentuk-Nya mejadi Gereja yang kokoh dan kuat.

Minggu, 02 November 2014

AYO KITA BERPARTISIPASI MENGEMBANGKAN GOA MARIA TRITIS

Anda umat Gereja Santo Petrus Kanisius atau umat paroki lain dan ingin berpartisipasi dalam pengembangan Goa Maria Tritis (GMT)?
Partisipasi anda berupa sumbangan dana dapat ditransfer melalui
1. Romo SP Bambang Ponco Santosa
dengan no rekening BCA 8950202646
2.PGPM ROOM KATOLIK GMT
dengan no rekening BRI Wonosari 0153 01 026520 500

Atau pada saat ziarah dapat disalurkan melalui kotak yang disediakan.
Partisipasi anda akan sangat berguna bagi pengembangan Goa Maria Tritis. Terima kasih dan Berkah Dalem

Kamis, 16 Oktober 2014

PEMBERKATAN HEWAN PELIHARAAN



Nggak sengaja lihat berita tentang pemberkatan hewan di TV…. Jadi kepikiran kira-kira mungkin nggak ya Paroki Wonosari mengadakan pemberkatan semacam itu?

Bagi saya hewan peliharaan terutama anjing sudah seperti anak saya sendiri. Jadi kalau saja anjing-anjing saya diberkati oleh Romo, pastinya mommynya senang banget …he..he…he… Setiap pagi atau malem doggy-doggy saya juga ikut duduk manis setiap saya berdoa sepertinya sih ikut berdoa. Saya yakin banyak umat Katolik yang merasakan hal yang sama, menganggap hewan-hewan itu seperti anggota keluarga sendiri.

Tanggal 4 Oktober juga diperingati sebagai hari satwa sedunia, peringatan ini mengacu pada peringatan Santo Fransiskus Asisi. Di Filipina bahkan beberapa paroki di Jakarta ikut merayakannya. Kalau di Vatikan, Spanyol atau di beberapa negara Amerika pemberkatan hewan dilakukan pada saat peringatan Santo Antonio Abate setiap tanggal 17 Januari.

Impian saya nih…. Paroki Wonosari juga mengadakan peringatan serupa dengan pemberkatan hewan setelah misa. Nggak harus tanggal 4 Oktober atau 17 Januari sih tapi ambil saja hari minggu terdekat dengan tanggal tersebut. Syukur- syukur kalo ada pemeriksaan, pengobatan atau suntik vaksin gratis untuk hewan pada kesempatan itu juga. Smoga Neo dan Jojo ku mendapat kesempatan itu.

Rabu, 15 Oktober 2014

Sejarah Goa Maria Perantara Wahyu Tritis

Terletak di dusun Bulu, Giring kecamatan Paliyan Gunungkidul. Dengan koordinat GPS: -8°4’55.3”,110°33’24.7”. Goa ini berada disekitar kawasan pantai selatan, tepatnya sekitar 7 km di utara pantai Baron. Goa Tritis merupakan goa alami yang berada di deretan perbukitan karst Gunungkidul, dinamakan Tritis diambil dari bahasa Jawa tumatis atau menetes, karena selalu ada air yang menetes dari langit-langit goa.
     
Pada tahun 1974, awal ditemukannya Goa ini oleh romo AL Hardjasudarma SJ di kenal sebagai goa yang angker. Tidak banyak orang yang berani masuk ke dalam, apalagi pada saat itu goa ini masih tertutup pepohonan dan semak serta menjadi sarang landak. Goa ini masih sering dipergunakan untuk bertapa bahkan hingga saat ini. Konon pada masa lalu banyak pangeran dari kerajaan Mataram yang singgah di goa ini.

Bahkan ada cerita yang dipercaya masyarakat sekitar jika dahulu ada seseorang yang mendapatkan wahyu keraton Mataram di tempat ini. Di sekitar Goa Tritis memang ada beberapa tempat yang berkaitan dengan tokoh pendiri Kerajaan Mataram Islam yakni Ki Ageng Giring. Ki Ageng Giring adalah salah seorang keturunan Prabu Brawijaya IV yang hidup dan menetap pada abad XVI di Desa Sodo Giring, Kecamatan Paliyan. Desa Sodoberada di barat daya kota Wonosari.

Ki Ageng Giring adalah sesepuh Trah Mataram yang sangat dihormati dan konon yang mendapatkan wahyu keraton Mataram.

 Awalnya Goa Tritis ditemukan dengan bantuan seorang siswa SD Sanjaya Giring menjelang Natal 1974. Romo Harja yang akan mempersiapkan ekaristi Natal beniat akan membuat gua tiruan agar perayaan semakin meriah. Namun seorang anak bercerita kalau di dekat ladangnya terdapat gua alam yang indah tapi tidak terawat. Beberapa hari kemudian romo Harja beserta anak SD ini mendatangi gua ini, dan mulai saat itu beliau membersihkan dan menjadikan gua ini sebagai tempat doa.

Pada 30 September 1977, Romo Zahnweh SJ romo paroki pada saat itu dibantu oleh Frater Toper saat itu (Romo Karta Sudarma Pr) meresmikan Goa Tritis menjadi tempat ziarah dan doa.
Romo kemudian melanjutkan upaya perawatan dan perbaikan. Selanjutnya di gua itu di tempatkan patung bunda Maria. Tempat ini kemudian diberkati sebagai tempat ziarah dengan nama Gua Maria Tritis. Hingga saat ini sudah 4 kali patung bunda Maria mengalami pergantian.


Selasa, 14 Oktober 2014

Ziarah ke Goa Maria Tritis Wonosari Yogyakarta



    Goa Maria Tritis tempat ziarah yang di selatan Wonosari, terletak di dekat obyek-obyek wisata pesisir Gunungkidul. Goa alami yang cukup besar dengan banyak tetesan air yang jatuh, dengan keheningan yang menyejukkan para peziarah.

     Rute yang bisa ditempuh oleh peziarah bisa melalui jalan lingkar selatan Paliyan tapi yang termudah dapat melewati kota Wonosari lalu menuju arah Pantai Baron. Pada pertigaan besar desa Mulo ambil yang arah lurus.
Setelah perjalanan beberapa kilometer terdapat pendopo yang bertuliskan BALAI KARYA Desa Kemadang (Sebelum pantai) tak jauh dari sini ada pertigaan dengan petunjuk arah( jalan menuju ke Goa Maria agak menanjak di pertigaan tersebut).Ambil arah kanan yang menanjak dan ikuti jalanan tersebut. Kemudian setelah bertemu pertigaan ambil yang arah kanan.

    Perjalanan tinggal beberapa saat lagi setelah itu, karena goa Maria Tritis tidak jauh dari sini berada di sebelah kanan jalan kalau dari arah Kemadang ini.

Sejarah Perkembangan Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari

Sejarah Perkembangan Paroki  St. Petrus Kanisius Wonosari  Gunungkidul  Yogyakarta

     Perkembangan  umat  Katolik  di Wonosari dimulai dari kedatangan romo Henry Van Driessche  SJ  pada tahun  1924. Romo Van Driessche ini adalah warga keturunan asing yang lahir di Surabaya  tahun 1875, kemudian beliau masuk novisiat di Eropa pada 1899.  Akhir  tahun  1912 beliau kembali ke Indonesia  dan menjadi  guru di Kolose Muntilan.  Pada bulan Maret  1919, romo  Van Driessche pindah ke Yogyakarta hingga meninggal pada 10 Juni 1934. Peranan beliau dalam meletakkan dasar  dan membangun  umat  Katolik di wilayah Yogyakarta sangat besar bersama romo Frans Strater SJ.

     Romo  Strater SJ datang ke Indonesia pada tahun 1918, Romo Strater terlebih dahulu merintis pendirian Kolsani (Kolose St Ignatius) dan membangun Gereja  Antonius  Kotabaru Yogyakarta . Penganut agama Katolik rata-rata golongan menengah ke bawah.  Jumlah umat Gereja St. Antonius semakin pesat, sehingga mendorong dibentuknya beberapa stasi, diantarannya; Mlati, Somohitan, Sedayu, Ganjuran, Gamping, Wonosari, Baciro dan Kalasan.   Rama Strater SJ berperawakan tinggi  dan kurus.  Pada tahun 1930 Rromo Strater SJ mendirikan Sekolah Rakyat di Besole (sekarang Baleharjo) Wonosari di bawah yayasan Kanisius.

    Beliau ditangkap tentara Jepang karena tersiarnya kabar  menjadi mata-mata pihak Belanda dan  mengadakan rapat secara diam-diam dengan beberapa kepala sekolah Kanisius yang ada di seluruh Yogyakarta.   Romo Strater kemudian mendapat siksaan dan pada 19 Juni 1944 wafat di penjara Sukamiskin Bandung.

     Berikut tonggak penting pekembangan umat Katolik  di Wonosari :

v 1924: Menurut catatan dalam buku Babtis I pada 19 April 1924, seorang anak kelahiran Wonosari yang berusia sekitar 13 tahun bernama Clementinus Sastrodikromo(putra dari bapak Kartosentono) dibabtis oleh romo Van Driessche SJ di gereja St. Yusuf Bintaran Yogyakarta. Sepuluh orang  dari Gunungkidul yang dibabtis antara tahun 1924-1930 semuanya dilakukan di gereja St. Yusuf Bintaran

v  1928: Romo Van Driessche SJ mulai mengumpulkan 3 guru yang beragama Katolik di rumah Bp Padmosujono dan diteruskan dengan pertemuan rutin setiap bulannya.  Raden Agustinus Sudarminto yang lahir pada 7 Agustus dibabtis pada 4 November oleh romo  Strater SJ, kelak beliau ini menjadi pastor dari Wonosari(mungkin pertama) dan ditakbiskan pada 6 September 1952.

v  1930: Romo Strater SJ memulai karyanya di Wonosari, Sekolah Misi (SR) yayasan Kanisius didirikan di Baleharjo.  Guru pertama di sekolah ini bernama Arcadius Jemangin yang berasal dari daerah Minggir, Sleman. Pada saat dibuka ada 5 murid yang  terdaftar. Setahun berikutnya jumlah murid bertambah 25 orang.

v  1931: Pada bulan Juli, Misi Katolik mendirikan Sekolah Rakyat di Karangrejek  yang  didukung oleh Bp. Paulus Mangoenoedarmo. Bapak  Paulus merupakan seorang pensiunan lurah Sedayu dan guru kejawen yang kemudian menjadi Katolik. Dari tulisan Romo Strater mengenai awal mula gereja di Besole menyebutkan selama  1,5 tahun sebelumnya, Gereja menerima  sumbangan sebanyak F.20 setiap bulanya dari Kongregasi Maria (paroki   St. Ignatius Rottedam) Belanda.  Romo Strater merintis sebuah kapel  pada  16 Desember 1931 dengan menyewa rumah Bapak Wongsosugoto di sekitar Besole . Bapak Paulus kemudian diangkat secara resmi menjadi katekis oleh romo Strater.

v  1932: Diadakan Babtisan terhadap 49 orang diantaranya 16 orang dewasa dan 33 orang anak-anak.  Pada 1 Juli 1932 di Kelor dan Beji  didirikan Sekolah Rakyat yang juga di kelola oleh Misi Katolik.  Untuk wilayah Kelor, pendirian sekolah didukung oleh Bapak Wonorejo dengan pemberian tanah dan rumah di desa Ngunut Kidul. Di Wonosari romo Strater membeli sebidang tanah yang kemudian mendirikan tambahan 3 ruang kelas.

v  1933: Menyusul di Kwangen dan Pulutan juga didirikan Sekolah Rakyat oleh Misi Katolik.

v  1934: Pada bulan April, dibangun  gereja sederhana dengan ukuran 15mx21m dengan biaya 1600 gulden. Gereja membeli sebidang tanah dari bapak Martosentono. Gereja Wonosari berstatus Stasi dari Gereja  Antonius Kotabaru. Sedangkan jumlah umat mencapai sekitar 100 orang.

v  1938: Pada 7 Mei, 3 putra dari wilayah Kelor dipermandikan antara lain: Bapak Zakarias Karsokromo, Yohanes Sadun Admodiharjo, dan Aloysius Pawiro Wiyono.

v  1940: Pada 6 Juli diadakan babtisan tehadap 9 orang di Kelor. Umat Katolik diseuruh wilayah Gunungkidul mencapai 341 orang.

v  1942: Pada 8 Maret Jepang mulai berkuasa di Indonesia, hampir seluruh Sekolah Misi ditutup. Kegiatan belajar terhenti  akibat agresi Jepang  ini.

v  1949: Sekolah Misi mulai dibuka  kembali dengan nama Sekolah Rakyat Kanisius Baleharjo. Tokoh umat yang berjasa dalam pendirian ini adalah Bapak Wardoyo dan Bapak Wongsowiharjo.

v  1952: Gereja membentuk 2 lingkungan yaitu lingkungan Baleharjo dan Wonosari.  Pada tahun yang sama di Bandung Playen berdiri Sekolah Rakyat Kanisius yang merupakan sekolah jauh dari SDK Beji.

v  1954: Gereja Wonosari menjadi Paroki mandiri (yang dirintis sejak 1952) yang  dipimpin pastor tetap Wilhelmus Vendel  SJ dan secara resmi mengambil nama pelindung St. Petrus Kanisius. Penetapan sebagai paroki mandiri di lakukan oleh Mgr Albertus Soegijapranoto SJ.  Jumlah Umat di Kelor mencapai 35 orang untuk itu dibentuklah kring Kelor dan mulai diadakan perayaan Misa bersama di rumah bapak Darmo

v  1957: Terdapat beberapa catatan penting di tahun ini, antara lain;
o   Umat di sekitar Wonosari sendiri mencapai 230 orang
o   Gereja Wonosari  dipugar dan diperluas oleh romo Widyana SJ  agar dapat menampung umat yang lebih banyak dan di daerah mulai berdiri Kapel seperti di Ngijorejo, Beji, Bandung, Pulutan, Bogor, Kelor, Sambeng, Ngeposari dan Panggang.
o   Sebuah pekarangan di Bandung Playen milik ibu Harjodinomo dibeli oleh Romo Tarsisius Widyana SJ , untuk didirikan sebuah kapel.  Setelah kapel berdiri Misa diadakan rutin setiap bulannya. Pelajaran agama juga diadakan rutin seminggu sekaliyang dbantu oleh Bruder  Petrus dari Kongregasi Bruder Rasul.
o   Ada 50 orang yang dibabtis di Bandung Playen dan perayaan-perayan hari  raya gereja mulai diadakan di Bandung.

v  1964: Di Wonosari lingkungan dibagi lagi menjadi 5 kring antara lain Baleharjo Barat, Baleharjo Timur, Kepek , Jeruksari, dan Sekarsari (Seneng, Karangrejek dan Tegalsari).  Romo Arcadius Dibya membeli rumah limasan dari desa Gatak Piyaman untuk dijadikan Kapel baru di pekarangan Bapak Y Saeran di Bandung Utara (Playen). Paroki  Bandung berkembang pesat hingga mencapai sekitar 200 umat.

v  1966: Umat di sekitar Wonosari bertambah .  Terjadi pertambahan umat yang begitu besar setelah peristiwa G 30S PKI. Menurut buku kenangan 75 tahun gereja St. Petrus Kanisius, pada tahun ini terjadi pembabtisan 1648 dewasa dan 358 anak-anak.

v  1968: Sekitar 25 Orang dipermandikan di Stasi Bandung , Playen.

v  1970: Dibentuk panitia untuk pembangunan gereja Kelor.

v  1972: Ada tambahan kring baru di wilayah Wonosari yaitu : Perumahan Rakyat, Kidul Pasar, dan Budegan. Sedangkan  romo Wolfgang Bock SJ sebagai pastor paroki membeli sebidang tanah di Kelor untuk pembangunan kapel  yang baru.

v  1974: Umat Stasi Bandung berkembang menjadi 326 orang setelah 76 orang dibabtis . Pembangunan Kapel Kelor selesai. Peringatan 50 Tahun berdirinya Gereja St. Petrus Kanisius, pada saat ini teradi juga renovasi gereja. Goa Tritis di temukan oleh romo Al. Harjasudarma SJ melalui petunjuk seorang anak SD Sanjaya Giring.

v  1977: Romo Sigfridus Zahnweh SJ menginginkan gereja  Bandung lebih memadai oleh karena itu dibeli sebidang tanah berikut rumahnya yang kemudian berkembang menjadi Gereja hingga saat ini. Romo Zahnweh juga melanjutkan upaya perawatan dan pembersihan Goa Tritis serta pemasangan patung Bunda Maria.

v  1979: Stasi Bandung secara resm terbentuk dan mengambil nama pelindung St.Yusuf. Sedangkan di Kelor umat berkembang menjadi 940 orang, sehingga pada akhir tahun dibentuk kepengurusan stasi resm idan dipilih nama St. Petrus dan Paulus sebagai nama pelindung.

v  1980: Stasi Bandung mulai mengumpulkan dana untuk merenovasi  gereja termasuk juga dibantu oleh Romo  Stefanus  Brata  Kartana SJ.

v  1982: Romo Joannes Mardiwidayat SJ yang berkarya di Wonosari saat itu, turut menjadi donatur  renovasi  gereja  St. Yusuf Bandung,  umat Bandung  saat itu mencapai  690 orang.

v  1984: Gereja Katolik St. Petrus Kanisius berusia 50 tahun, umat bertumbuh  sekitar 730 orang. Pada bulan Februari hingga Juni diadakan renovasi pasturan, tempat parkir dan teras gereja. Bertepatan dengan Natal diadakan juga Misa untu memperingati 50 tahun gereja Katolik St. Petrus Kanisius. Puncak acara diadakan pada tanggal 28 Desember dengan malam kesenian di Aula Kabupaten yang dibuka oleh bapak bupati Ir Darmakum Darmokusumo. Romo yang bertugas pada saat itu Antonius Puja Harsana SJ.

v  1987: Stasi Wonosari bertambah 5 kring lagi, lingkungan Baleharjo Barat dibagi  menjadi 3, yaitu: Purwosari Utara, Purwosari Selatan,dan Mulyosari.  Lingkungan Baleharjo Timur dibagi menjadi 3 kring : Gedangsari, Wukirsari dan Rejosari. Sedangkan kring Kepek dibagi menjadi lingkungan Kepek dan Lingkungan Trimulyo.

v  1989: Di daerah Jaranmati didirikan kapel dan memisahkan diri dari stasi Kelor untuk berdiri menjadi stasi tersendiri.

v  1990: Romo Lamers SJ melihat perkembangan umat Katolik cukup pesat sehingga pada tahun ini Paroki St Petrus Kanisius dipecah menjadi 3 wilayah, wilayah Barat berpusat di Gereja St. Yusuf Bandung, wilayah Tengah berpusat di Gereja St. Petrus Kanisius Wonosari dan wilayah Timur berpusat di Gereja St. Petrus dan Paulus Kelor. Dalam perkembanganya wilayah barat dan timur akhirnya menjadi paroki administratip.

v  1991: Jumlah umat wilayah Wonosari mencapai 1323 orang . Sedangkan di Kelor dimulai renovasi Gereja dan yang menjadi arsitek adalah Bruder Pius Kirjo Utomo SJ, pada 1 Oktober 1994 gereja diresmikan oleh Bupati Subekti Sunarto.

v  1992: Pada tanggal 15 Mei, dimulai tahap pembangunan Gereja stasi Bandung yang baru karena gereja lama sudah tidak menampung umat dan kondisi bangunannya sudah banyak yang rusak. Menurut catatan umat stasi Bandung pada 1991 mencapai 1.167 orang. Di wilayah Wonosari ada pertambahan 3 kring, yaitu: Lingkungan Mulyosari dipecah menjadi Mulyosari Utara dan Mulyosari Selatan, Rejosari dipecah menjadi Rejosari Utara dan Rejosari Selatan serta Sekarsari dipecah menjadi Sekarsari Utara dan Sekarsari Selatan. Sedangkan umat di Wonosari tercatat mencapai 1350 orang. Umat Kring Kelor dan Jaranmati mencapai 1535 orang. Patung Bunda Maria  di Tritis diganti seukuran manusia dewasa.

v  1999: Pada April 1999 dibentuk kepanitiaan pembangunan gereja St petrus Kanisius baru, setelah umat merasa gedung lama sudah tidak memadai lagi. Umat Wonosari telah “menabung “ dalam kolekte kedua ( khusus) setiap minggunya sejak pertengahanl tahun 90-an.

v  2002: Setelah persiapan selama 3 tahun, pada 18 Februari 2002 pembangunan gereja dimulai dengan pembongaran pasturan serta aula.  Peletakan batu pertama dilakukan pada 6 April 2002 oleh romo yang paham soal kejawen yaitu Romo Kuntara SJ.

v  2006:Penantian umat Wonosari untuk memiliki gereja yang lebih besar terwujud, gereja baru yang berkapasitas 1200 umat ini selesai dibangun tepat di sebelah timur gedung gereja lama.
Pemberkatan dan peresmian  gedung  gereja yang baru pada 26 April 2006 oleh Bapa Uskup waktu itu Mgr. Ignatius Suharyo bersama juga bupati Gunungkidul bapak Suharto SH , diadakan Misa Syukur dan pertunjukan Kethoprak Manggala Krista yang mengambil lakon Rembulan Ungu  dengan sutradara Bondan Nusantara. Gedung ini mengalami beberapa kerusakan ketika gempa Mei 2006 sehinggga diperlukan sedikit perbaikan saat itu terutama bagian plafon. Pada tahun ini juga Gereja Kelor resmi menjadi  paroki mandiri pada 2 Agustus 2006.

v  2009: Pada bulan Juli 2009 dimulai pembangunan gedung pastoran  Wonosari yang baru.

v  Pada 27 April 2014, Paroki Wonosari mengadakan peringatan untuk merayakan 5 Momen Gereja, yaitu
# 90 tahun babtisan pertama umat Wonosari
# 80 tahundibangunnya gedung gereja lama
# 60 tahun peringatan Paroki Santo Petrus Kanisiusmenjadi paroki mandiri
# 40 tahun ditemukannya Goa Maria Tritis
# 1 Windu diresmikannya gedung gereja baru
Perayaan ini juga ditandai dengan peresmian patung Santo Petrus Kanisius oleh Mgr Johannes Pujasumarta.
(dirangkum dari berbagai buku dan browsing, maaf kalau banyak kesalahan. Masih akan terus diperbarui
dan yang punya info seputar gereja St Petrus Kanisius boleh email ke monika.indra@gmail.com)


Lingkungan Paulus Perumahan Rakyat

INSTAURARE OMNIA IN CHRISTO (SEMUA DIPERSATUKAN DALAM KRISTUS)


Blog ini saya persembahkan untuk lingkungan St Paulus Perumahan Rakyat(Perak) Wonosari.

Niatnya untuk ikut berperan serta dalam perayaan 5 momen Gereja St Petrus Kanisius 26 April 2014 lalu. Tapi karena hardisk komputer mati total dan data-data banyak yang tidak terback-up, akhirnya jadi males mau nyusun kembali. Tapi setelah tertunda sekian lama sedikit demi sedikit saya ingin mengabadikan kegiatan di lingkungan saya sebagai persembahan untuk lingkungan Paulus dan Paroki St Petrus Kanisius.

Lingkungan Paulus Perak berada tepat di jantung kota Wonosari terbentang antara timur alun-alun kota hingga timur pertigaan Branang. Tepatnya meliputi dusun Purbosari, Pandansari, Gadungsari,  dan Tawarsari.

Saat ini ketua Lingkungan Paulus dijabat oleh bpk M Broto Sugondo dan sekretaris oleh bpk M Jumadi sejak Januari 2013.
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh umat adalah sembayangan lingkungan setiap Kamis malam, latihan koor dan Misa lingkungan setiap 2 bulan sekali.