Hari ini gereja Katolik
merayakan Pesta ST.PETRUS & PAULUS, dua sosok pribadi yang harmonis dan
dipilih ALLAH utk meneruskan pewartaan Injil sampe sekarang dan seterusnya.
Tanpa mereka tidak akan pernah ada gereja Katolik !
Hari Raya Santo Petrus dan
Paulus merupakan salah satu hari raya yang besar, di mana umat Katolik seluruh
dunia dipersatukan dalam kesaksian hidup mereka. Keduanya adalah tokoh besar
dalam sejarah hidup Gereja Katolik. Santo Petrus adalah figur seorang murid
yang dikasihi Yesus dan dipercaya untuk membangun jemaat. Petrus, dalam
kesaksian-kesaksiannya selalu menyerukan bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit dan
akan menjadi seorang penyelamat yang sejati. Petrus jugalah yang dipercaya oleh
Yesus untuk memegang pintu kerajaan surga. Keberanian Petrus untuk menyebut
Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, telah membuatnya menjadi salah satu
murid yang berbahagia.
Santo Paulus adalah sosok pembela dan penyebar iman Kristus pada masa awal Gereja Perdana. Sungguh sebuah lompatan iman yang sangat indah, dari seorang yang menentang dan mati-matian melawan para pengikut Yesus, menjadi seorang yang begitu fanatik menjadi pengikut Yesus. Bahkan, direlakannya seluruh sisa hidupnya untuk melayani Tuhan, untuk mewartakan kabar kebaikan ke seluruh penjuru dunia. Ini terbukti dengan tersebarnya iman Kristiani ke seluruh dunia. Rupanya, pertobatan karena perjumpaaan (immersion) dengan Yesus telah meluluhkan hatinya dan mengubah arah kompas hidupnya.
Patutlah kita sebagai umat pada generasi modern ini bersyukur, kita hanya tinggal menerima dan menghayati iman Kristiani dengan sepenuh hati, tanpa harus takut dikejar dan dibenci. Syukur bahwa dua Rasul besar ini telah menanamkan dalam-dalam arti menjadi seorang Kristiani, arti menjadi seorang murid. Marilah meneladan sikap Petrus yang mau mengakui Yesus sebagai seorang Mesias dan memegang teguh iman akan Kristus Yesus, dan meneladan Paulus yang mengakhiri dengan baik, dengan iman yang teguh. St.Petrus dan Paulus, doakanlah kami......
Santo Paulus menjadi menjadi santo pelindung
liingkungan Perumahan Rakyat, ada baiknya bila kita mengenal Santo Paulus lebih
mendalam lagi.
SANTO PAULUS
Santo Paulus adalah rasul agung, Paulus (Saulus) dari Tarsus diakui sebagai tokoh
penting yang merumuskan ajaranYesus. Ia awalnya “menganiaya” Tuhan, tetapi kemudian
seluruh hidupnya dipersembahkan bagi Tuhan bahkan sampai mati. Paulus
terpanggil mewartakan Injil setelah ia bertobat. Ia mengadakan perjalanan jauh
ke daerah-daerah di Asia Kecil dan diperkirakan menempuh jarak sekitar 5000 km.
Tak heran ada yang menjulukinya sebagai ‘atlet Allah”.
Mengingat
Kisah Para Rasul (7:58) menyatakan bahwa Paulus masih muda ketika diakon
Stefanus menjadi martir (kira-kira tahun 32-34), para ahli sepakat bahwa Paulus
dilahirkan kira-kira antara tahun 6-10. Paulus lahir sewaktu Yesus muda masih
tinggal di Nazaret. Paulus diperkirakan lahir di Tarsus (Kis 21:39). Tarsus
adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur dan kosmopolitan di tepi Sungai Rydnus
di Kilikia (sekarang Turki). Tarsus merupakan kota dipengaruhi kebudayaan
Yunani dan sudah sebelum zaman Makabe (2 Mak 4:30) di sana sudah ada koloni
Yahudi. Maka itu sangat mungkin sekali Paulus adalah seorang “Hellenis”, yaitu
orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Seperti banyak orang Yahudi di perantauan,
Paulus punya dua nama, yaitu Saul (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani). Nama
“Paulus” dipilih mungkin oleh karena pengucapannya berdekatan dengan Saul
(Saulus). Ia sendiri selalu memakai nama Yunaninya saja (bdk. Kis 13:6-9). Di
saat St. Stefanus dibunuh sebagai martir -kemungkinan di tahun yang sama dengan
tahun Kristus wafat- Saulus dijabarkan sebagai seorang pemuda (lih. Kis 7:57).
Maka disimpulkan Paulus dilahirkan setelah Kristus, di antara 3-10 AD.
Rasul
Paulus dilahirkan oleh orang tua berkebangsaan Yahudi, dari suku Benyamin (Rom
11:1; Flp 3:5). Menurut St. Hieronimus, orang tua Rasul Paulus bermigrasi ke
Tarsus dari Palestina, namun tetap adalah kaum Yahudi yang taat (Flp 3:5).
Mereka kemungkinan adalah orang-orang yang cukup berada, sebab mereka dapat
memberikan pendidikan yang baik kepada Rasul Paulus.
Paulus
berjumpa dengan Kristus di dalam suatu penampakkan yang kemudian membutakan
matanya secara fisik dalam perjalanan ke Damaskus (Damsyik). Tetapi secara
rohani ia sadar akan Kristus yang bangkit di dalam Gereja-Nya. Dibawa ke
Damsyik, Paulus disembuhkan dari kebutaannya dan dibaptis oleh seorang murid
bernama Ananias. Paulus melanjutkan perjalanannya ke Damsyik sebagai orang yang
sudah berubah dan dengan tujuan yang berbeda. Seseorang yang sedemikianlah yang
kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya, dan sungguh rahmat
Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang kita
kenal dengan nama Rasul Paulus.
Kita
dapat membaca kisah petualangannya yang mengagumkan demi Kristus dalam kitab
Kisah Para Rasul yang ditulis oleh St. Lukas, dimulai pada bab sembilan.
Tetapi, kisah yang ditulis St. Lukas berakhir ketika Paulus tiba di Roma. Ia
berada dalam tahanan rumah, menunggu diadili oleh Kaisar Nero. Seorang penulis
Kristen terkenal dari jaman Gereja Purba, Tertullian, mengisahkan bahwa Paulus
dibebaskan setelah pengadilannya yang pertama. Tetapi kemudian, ia dijebloskan
kembali dalam penjara. Kali ini, ia dijatuhi hukuman mati. Ia wafat sekitar tahun
67, pada masa penganiayaan yang dahsyat terhadap umat Kristen dalam
pemerintahan Kaisar Nero. Di dalam tradisi
Gereja mencatat kematian Rasul Paulus di sekitar tahun 64-67, sebagaimana
dicatat oleh ahli sejarah Gereja, Eusebius. Eusebius mencatat kematian
Rasul Petrus dan Paulus di bawah penganiayaan Kaisar Nero. Rasul Petrus wafat
dengan disalib terbalik sedangkan Rasul Paulus dengan dipenggal kepalanya .
Paulus dijadikan santo (orang suci) oleh seluruh Gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran. Banyak yang berpendapat, Paulus memainkan peranan penting dalam mendirikan agama Kristen sebagai agama yang berbeda, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
Ciri kedua adalah visinya tentang misi ketika karya Roh Kudus bersatu dengan kesadaran akan kelemahan pribadi. Seorang rasul harus menjadi satu dengan Kristus yang Tersalib. Kekuatan Rasul Paulus adalah kelemahannya karena ia membuka diri kepada Roh Kudus untuk menjalankan kekuasaan-Nya. Keterbukaan kepada Roh Kudus ini merupakan persyaratan bagi kerasulan yang akan berbuah banyak.
Ciri penting ketiga adalah persepsi Paulus tentang sifat universal dari keselamatan. Dia adalah manusia yang berwawasan universal. Dalam satu dunia yang ditandai dengan pemisahan dan hambatan di antara masyarakat dan kebudayaan, ia menyadari bahwa pesan Kristus diperuntukkan bagi semua umat manusia dari kebudayaan atau agama apa saja, kebangsaan atau kondisi sosial apa pun. Dia menyadari bahwa “Allah adalah Allah bagi semua orang” . Yang terakhir, keterpusatan pada Gereja, Tubuh Kristus, tidak diragukan lagi merupakan pelajaran penting yang ditarik dari keteladanannya ini. Paulus selalu berpandangan bahwa misinya harus dilaksanakan dalam Gereja dan melalui Gereja. Misi adalah urusan membangun Tubuh Kristus. Ini berarti ia tidak berpikir tentang pewartaan tanpa perutusan oleh Gereja. Apakah melalui pertemuannya dengan Petrus, yang harus diyakini bahwa ia tidak melakukan sesuatu yang sia-sia, atau permintaan dukungan dari komunitas di Roma, Paulus tahu bahwa karya misionernya harus selalu merupakan buah dari ikatan yang hidup dengan Gereja.
Sedangkan berikut ini sedikit kisah Santo Petrus
Santo Paus Petrus Rasul
Petrus adalah pemimpin para rasul dan Paus kita yang pertama.
Nama asli rasul besar ini adalah Simon, tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus, yang artinya batu karang, yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. “Engkaulah Petrus,” kata Yesus, “Dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.”
Nama asli rasul besar ini adalah Simon, tetapi Yesus mengubahnya menjadi Petrus, yang artinya batu karang, yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. “Engkaulah Petrus,” kata Yesus, “Dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.”
Petrus adalah seorang sederhana yang giat bekerja. Ia murah
hati, jujur, polos seperti anak kecil dan amat dekat dengan Yesus. Namun,
Petrus juga seorang yang penakut. Beberapa kali Injil mencatat sifat petrus
yang satu ini. Ketika melihat yesus berjalan diatas air Petrus dengan penuh
iman berseru :
..... "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang
kepada-Mu berjalan di atas air. Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus
turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. --Mat 14:28
Namun ketika merasakan dinginnya tiupan angin yang menerpa
wajahnya, dan melihat gelombang disekelilingnya; Petrus mulai takut. Imannya
yang tadi bernyala-nyala seketika padam.
...... Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan
mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" --Mat 14:30
Dan atas sikap penakut dan kurang percayanya itu Petrus mendapat
sebuah teguran dari Yesus.
..... "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia
dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
--Mat 14:31
Ketika Yesus ditangkap, sekali lagi Petrus ketakutan. Saat itulah
ia berbuat dosa dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali. Petrus kemudian
menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya
sepanjang hidupnya. Yesus mengampuni Petrus.
Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus bertanya tiga kali kepada Petrus,
“Apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala
sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Sesungguhnya, Yesus memang
tahu! Petrus benar. Dengan lembut Yesus berkata, “Gembalakanlah
domba-domba-Ku.” Yesus mengatakan kepada Petrus untuk mengurus Gereja-Nya,
sebab Ia akan naik ke surga. Yesus menetapkan Petrus sebagai pemimpin para
pengikut-Nya.
Pada hari Pentakosta Petrus dan para rasul lainnya menjadi penuh
dengan kuasa Roh Kudus. Mereka berkata-kata dalam bahasa roh sehingga
membingungkan orang-orang yang melihat mereka. Maka bangkitlah Petrus dan
menyampaikan kotbahnya yang pertama setelah kebangkitan Yesus. Para
pendengarnya begitu terkesima dengan kata-kata nelayan dari Galilea ini; yang
penuh dengan hikmat dan kuasa. Dalam hari itu juga mereka memberikan diri untuk
dibabtis. Jumlah orang yang dibabtis pada hari itu sungguh luar biasa; Tiga
ribu orang. (Kis 2 : 14 - 41)
Di kemudian hari Petrus pergi mewartakan kabar gembira hingga ke
kota Roma, kota terbesar dan juga ibukota dari Kerajaan Romawi. Petrus tinggal
disana dan mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap
orang-orang Kristen dimulai, umat memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma
dan menyelamatkan diri. Dan sekali lagi Petrus ketakutan.
Menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan
kota Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya
kepada-Nya, "Domine, Quo vadis..? (Tuhan, hendak ke manakah Engkau
pergi?)” Yesus menatapnya dan menjawab, “Aku hendak ke Roma untuk disalibkan
lagi..” Dan Petrus yang malang seketika jatuh tersungkur di kaki Yesus dan
menangis tersedu-sedu. Sama seperti saat ia menangisi penyangkalannya di
Yerusalem puluhan tahun yang lalu, Petrus kini kembali harus menyesali rasa
takutnya. Dengan berderai airmata ia berbalik dan kembali ke kota Roma.
Kembali ke Roma, Paus kita yang pertama ini segera ditangkap dan
dijatuhi hukuman mati. Karena ia seorang Yahudi dan bukan warga negara Romawi,
sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan. Petrus kini sudah menguasai rasa
takutnya. Kali ini Ia tidak lagi menyangkal Kristus. Ia tidak lagi melarikan
diri dan siap untuk wafat sebagai saksi Kristus. Petrus minta agar ia
disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita
seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab
para budak disalibkan dengan cara demikian.
St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun
67. Disalibkan secara terbalik, Kepala dibawah dan kaki diatas
Pada abad keempat, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut.
Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.
Pada abad keempat, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut.
Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.
Referensi
:Yesaya - Saints.SQPN.com - Wikipedia