Senin, 14 September 2015

14 September, Pesta Salib Suci

GEREJA MERAYAKAN PESTA SALIB SUCI.


Hari ini 14 September Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Gereja merayakannya sambil juga mengenang St. Helena yang menurut tradisi Gereja, telah turut berjasa menemukan kembali salib suci Kristus di Yerusalem. Sejak itu, Salib menjadi lambang Kristiani yang paling suci. Tubuh Yesus yang menderita di atasnya kita sebut Corpus. Salib di dinding kamar kita atau salib di sekeliling leher kita mempunyai arti yang amat penting. Mereka mengingatkan kita bahwa Yesus telah membayar lunas harga kita.
Sebuah salib yang telah menyucikan dunia dengan segala isinya. Dulu salib merupakan lambang kehinaan yang paling mengerikan. Para penjahat yang dihukum mati dengan pedang diselamatkan dari “kehinaan” salib. Yesus memilih untuk melakukan pengorbanan yang paling besar untuk memperoleh keselamatan bagi kita. Ia memilih penderitaan salib. Bersama dengan penderitaan-Nya itu, Ia juga dihinakan.

Konstantin mengeluarkan perintah untuk mengakui Kekristenan dan umat yang ditindas berabad-abad lamanya dihentikan.  Atas rasa syukur pada Tuhan karena kemenangan itu, Santa Helena kemudian berziarah ke Yerusalem dan dalam perziarahan itu beliau berikhtiar untuk menemukan kembali Salib Kristus sebagai penghormatan dan pengagungannya pada Salib yang telah memenangkan negerinya dengan jaya. Akhirnya dengan susah payah, di dekat Bukit Kalvari ditemukan tiga buah salib didekat waduk kecil berikut berikut titulus (prasasti kayu di mana tertulis “Jesus Nazaranus Rex Iudaeorum”). 


Akhirnya, mereka mempunyai  cara untuk membuktikan salib mana yang diyakini sebagai salib Yesus. Dari ketiga salib yang ditemukan itu, yang manakah yang merupakan Salib Kristus. Konon, ketika ketiga salib dan titulus dipindahkan dari waduk batu, seorang perempuan yang sedang menghadapi ajal karena suatu penyakit yang mematikan, dibawa ke sana. Ia menyentuh ketiga salib satu per satu. Setelah ia menyentuh salib ketiga, sekonyong-konyong ia sembuh, dengan demikian menyatakan salib yang asli. Sumber-sumber lain juga menyebutkan mengenai penemuan alat-alat siksa Sengsara Yesus sesudahnya. Dan yang paling penting, adalah catatan Santo Ambrosius bahwa ketika Helena menemukan salib yang asli, “Helena tidak menyembah kayu, melainkan Raja, yaitu Dia yang tergantung pada kayu salib. Ia berkobar-kobar dalam kerinduan sejati untuk menyentuh jaminan hidup abadi.”
Berita itu langsung tersebar luas. Orang­-orang datang menghormati Salib Suci tersebut.  Penemuan salib suci diyakini pada 14 September 326. 



Apa gunanya kita mengetahui kisah ini? Pertama, kita dapat mengetahui lokasi otentik bukit Golgota dan kubur Yesus, sebab dewasa ini di Yerusalem ada lokasi lain yang diprediksikan oleh sejumlah orang di abad ke-19, sebagai lokasi Golgota dan kubur Yesus. Namun biar bagaimanapun, prediksi baru tersebut tetaplah tidak cukup didukung oleh fakta historis. Kedua, ditemukannya lokasi penyaliban Kristus dan kayu salib-Nya membuat kita semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh pernah mengambil rupa manusia dan telah disalibkan untuk kita. Ketiga, perayaan Salib Suci mengingatkan kita akan begitu besarnya makna Salib itu bagi kita umat-Nya. Salib itu disebut suci, karena Kristus Tuhan kita, pernah tergantung di sana saat menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Sebab jika tidak demikian, maka salib tidak memiliki arti apapun bagi kita selain daripada dua palang kayu yang disatukan yang menjadi tempat penghukuman bagi para narapidana di zaman penjajahan Romawi di abad-abad pertama. Namun justru karena Kristus pernah disalibkan untuk kita, maka salib tidak lagi menjadi tanda keaiban, tapi sebaliknya menjadi tanda keajaiban kasih Allah yang menyelamatkan. Karena itu, salib bukanlah tanda kelemahan Allah, namun sebaliknya, kekuatan-Nya. Sebab hanya kekuatan Allah-lah yang menjadikan Kristus tetap mengasihi dan mengampuni orang- orang yang menyalibkan-Nya. Dan hanya dengan kekuatan Allah-lah, Kristus dapat merendahkan diri dan mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa demi menyelamatkan kita. Kini dengan memandang kepada salib Kristus itulah kita pun dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Betapa dalamnya makna Salib itu, sehingga layaklah Tanda Salib itu melekat di batin kita, dan tidak semata kita buat di awal dan akhir doa secara tergesa-gesa.


Karena kegembiraannya menemukan Salib Kristus, Helena meminta puteranya mendirikan sebuah gereja di atas bukit Golgota untuk menyimpan Salib Suci yaitu Gereja Makam Suci. Ia memotong sebagian salib untuk dikirim ke Roma dan Konstantinopel.
 Bersama Gereja Makam Suci adalah Kapel Penemuan Salib Suci, yang menandai lokasi waduk batu.
Ia membangun pula dua buah gereja lain, yaitu Gereja Kelahiran Kristus (Church of The Nativity) di Betlehem untuk menandai Kelahiran Kristus dan Gereja Bukit Zaitun (Eleona Church on the Mount of Olives) untuk menandai tempat Kenaikan Kristus ke Surga.
Di Konstantinopel ia mendirikan Gereja Para Rasul Suci (Church of the Holy Apostles). Di Roma sendiri terdapat Basilika Santa Croce in Gerusalemme yang berasal dari kapel dalam istana tempat tinggal Helena. Basilika ini menyimpan relik-relik yang dibawa dari Yerusalem, yaitu potongan Salib Suci, paku untuk menyalibkan tubuh Yesus, duri dari mahkota duri Yesus, dan sepertiga bagian dari titulus yang bertuliskan kata ’Nazarene’. Pada awalnya, Gereja ini berlantaikan tanah yang dibawa dari Yerusalem, sehingga menggunakan kata ’di Yerusalem’ pada namanya.

Sejak saat itu perayaan Salib Suci menjadi perayaan rutin Gereja Timur dan kemudian dirayakan di Gereja Barat pada abad ke 7. Sejarah mencatat bahwa setelah penemuan Salib Asli Kristus, sebuah basilika didirikan oleh Santa Helena di atas Makam Kudus Kristus.
Basilika itu lalu diberkati dalam suatu perayaan yang sangat meriah dan khidmat selama dua hari berturut-turut, pada tanggal 13 dan 14 September tahun 335. Pemberkatan dirayakan oleh para uskup yang baru selesai mengikuti Konsili Tirus, ditambah dengan sejumlah besar uskup yang lain.

Tradisi berlanjut dan setiap tahun dirayakanlah Pesta Salib Suci di Yerusalem.
 Kekhidmatan perayaan ini menarik sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Syria, Mesir dan dari provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Setiap tahunnya, tidak kurang dari 40 uskup menempuh perjalanan jauh dari keuskupan mereka untuk menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani. Pesta ini kemudian menyebar ke luar Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) sampai ke Roma pada akhir abad ketujuh, dan akhirnya masuk ke dalam kalender liturgi Gereja Katolik sebagai suatu pesta wajib.
Tetapi perayaan di Yerusalem sendiri tidak berjalan baik. Sebagai tempat yang disucikan bagi tiga agama samawi, Yerusalem selalu menjadi tempat perebutan kekuasaan dan peperangan sejak dulu, bahkan hingga kini. Tentara Persia merebut Damaskus pada tahun 613 dan kemudian menguasai Yerusalem pada tahun 614. Gereja Makam Suci dirusak, dan potongan Salib Suci yang berada dalam Gereja dibawa pergi oleh pasukan Persia dibawah Raja Khusrau II. Kaisar Byzantine yaitu Heraclius mendapatkannya kembali setelah mengalahkan Khusrau pada tahun 628. Salib Suci dikembalikan ke Gereja Makam Suci setahun kemudian setelah Heraclius sempat membawanya ke Konstantinopel.

Gereja Makam Suci yang berada di Golgota kemudian terbakar sebagian pada pintu dan atapnya di tahun 966. Pada 18 Oktober 1009 Gereja Makam Suci dihancurkan hingga ke fondasinya, sebuah peristiwa yang kemudian menjadi salah satu pemicu perang yang berlangsung hingga dua abad. Kekaisaran Byzantin awalnya mengupayakan pembangunannya kembali lewat negosiasi. Restorasi Gereja Makam Suci sendiri selesai pada tahun 1048 walaupun tidak berhasil sepenuhnya tampil seperti semula. Di tengah pertikaian antara kelompok-kelompok yang berusaha menduduki Yerusalem, Gereja Makam Suci terus diusahakan untuk diperbaiki walaupun karena perang, usaha restorasi seringkali kemudian rusak lagi. Para Fransiskan melanjutkan usaha restorasi mulai pada tahun 1555 namun sebuah kebakaran di tahun 1808 mengakibatkan struktur rotunda Gereja runtuh. Pembangunan atap dimulai setahun kemudian yaitu tahun 1809-1810. Untungnya kebakaran ini tidak mencapai bagian makam, sehingga bagian terlama yang dapat dilihat sekarang adalah bagian makam yang dilapisi marmer yang berasal dari perbaikan di tahun 1555. Struktur kubah baru dibangun kembali pada tahun 1870. Renovasi besar-besaran baru dimulai pada tahun 1959 dan renovasi kubah dilakukan pada 1994-1997.

Area di dalam Gereja Makam Suci ini dikapling-kapling berdasarkan keputusan di tahun 1767, awalnya dibagi untuk Gereja Katolik, Armenia, Ortodoks Timur dan Ortodoks Yunani sebagai pemegang kapling terbesar. Di tahun 1852 dikeluarkan keputusan bahwa Gereja Ortodoks Koptik, Ortodoks Ethiopia dan Ortodoks Syria mendapatkan kapling yang lebih kecil. Menarik sekali bahwa jalan masuk ke Gereja ini sejak tahun 637 dipegang kepada dua keluarga muslim hingga hari ini. Keluarga Joudeh memegang kuncinya dan keluarga Nusseibeh menjaga pintunya. Dua kali sehari, seorang anggota keluarga Joudeh membawa kunci yang kemudian akan digunakan untuk mengunci atau membuka pintu oleh seorang anggota keluarga Nusseibeh.

Karena sejarah Salib Suci Kristus ini adalah bagian dari sejarah Gereja Purba, tidak heran bahwa Pesta Salib Suci ini bukan saja dirayakan oleh Gereja Katolik Latin di Roma, tetapi juga bersama-sama dengan Gereja Ortodoks Timur, Katolik Timur, Armenia, Ethiopia, Syria-Malankara, hingga pada sebagian Anglikan dan Lutheran. Bahkan di Gereja Ortodoks Timur, Pesta ini dirayakan hingga lebih dari seminggu, dengan tanggal 14 September sebagai hari puasa. Tanggal 13 September adalah permulaan dari pestanya di mana Salib ditahtakan di altar dan umat melakukan tuguran semalam suntuk hingga tanggal 14 September. Puncak perayaannya adalah tanggal 14 September dimana uskup atau imam membawa salib ke tengah-tengah umat yang berkumpul dan umat bersujud bersyukur dan pada akhir perayaan menerima berkat dalam salib. Salib kemudian ditahtakan dalam gereja hingga 8 hari kemudian.

Di awal tadi kita mengetahui bahwa Pesta Salib Suci ini bermula di Yerusalem, kemudian menyebar dan dirayakan umat Kristiani, mula-mula di Timur, yakni di Byzantium/Konstantinopel baru kemudian semakin dirayakan oleh jemaat di Roma dan akhirnya seluruh dunia. Awalnya juga hanya merayakan penemuan Salib Kristus oleh Santa Helena pada tahun 326, tetapi dewasa ini juga merayakan dua peristiwa yang berkaitan, yaitu pemberkatan Gereja Makam Kudus (Basilica of the Holy Sepulchre) tahun 335 dan peristiwa tahun 629 yaitu Kaisar Heraclius membawa kembali potongan Salib Kristus yang dibawa pergi dari Yerusalem oleh tentara Persia.

“Kami menyembah Engkau, ya Kristus, dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”

Dunia kuno sungguh merasa ngeri menyaksikan kematian lewat penyaliban – sebuah praktek pemberian hukuman mati yang mengerikan dan memalukan. Akan tetapi, orang-orang Kristiani menghormati salib, baik sebagai tanda penderitaan Yesus maupun piala kemenangan-Nya atas Iblis, dosa dan maut. Kita menghormati salib Kristus karena melalui salib-Nya kita sampai pada pengenalan dan pengalaman akan kasih Yesus kepada kita yang begitu besar dan agung, dan melalui bilur-bilur-Nya kita telah diselamatkan dan disembuhkan (Yes 53:5; bdk. 1Ptr 2:24).
Ketika kita bersedia memikul salib kita, mahkota kemuliaan menanti kita. Tak mungkin ada kemenangan tanpa salib. Itulah janji yang diberikan Yesus kepada kita, “Supaya setiap orang yang percaya kepada­Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:15).
Sebab salib adalah tanda kasih Allah yang paling nyata dan mendalam terhadap dunia. (bdk. ay.16).
Di atas kayu salib, Yesus menghancurkan penderitaan dengan penderitaan­Nya, mengalahkan kematian dengan kematian­Nya. Berkat salib, Yesus menyelamatkan seluruh umat manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar