GEREJA MERAYAKAN PESTA SALIB SUCI.
Hari ini 14 September Gereja merayakan Pesta Salib Suci. Gereja
merayakannya sambil juga mengenang St. Helena yang menurut tradisi Gereja,
telah turut berjasa menemukan kembali salib suci Kristus di Yerusalem. Sejak
itu, Salib menjadi lambang Kristiani yang paling suci. Tubuh Yesus yang
menderita di atasnya kita sebut Corpus. Salib di dinding kamar kita atau salib
di sekeliling leher kita mempunyai arti yang amat penting. Mereka mengingatkan
kita bahwa Yesus telah membayar lunas harga kita.
Sebuah salib yang telah menyucikan dunia dengan segala
isinya. Dulu salib merupakan lambang kehinaan yang paling mengerikan. Para penjahat
yang dihukum mati dengan pedang diselamatkan dari “kehinaan” salib. Yesus
memilih untuk melakukan pengorbanan yang paling besar untuk memperoleh
keselamatan bagi kita. Ia memilih penderitaan salib. Bersama dengan
penderitaan-Nya itu, Ia juga dihinakan.
Konstantin mengeluarkan perintah untuk
mengakui Kekristenan dan umat yang ditindas berabad-abad lamanya
dihentikan. Atas rasa syukur pada Tuhan karena kemenangan itu, Santa
Helena kemudian berziarah ke Yerusalem dan dalam perziarahan itu beliau
berikhtiar untuk menemukan kembali Salib Kristus sebagai penghormatan dan
pengagungannya pada Salib yang telah memenangkan negerinya dengan jaya.
Akhirnya dengan susah payah, di dekat Bukit Kalvari ditemukan tiga buah salib
didekat waduk kecil berikut berikut titulus (prasasti kayu di mana
tertulis “Jesus Nazaranus Rex Iudaeorum”).
Akhirnya, mereka mempunyai
cara untuk membuktikan salib mana yang diyakini sebagai salib Yesus. Dari
ketiga salib yang ditemukan itu, yang manakah yang merupakan Salib Kristus.
Konon, ketika ketiga salib dan titulus dipindahkan dari waduk batu, seorang
perempuan yang sedang menghadapi ajal karena suatu penyakit yang mematikan,
dibawa ke sana. Ia menyentuh ketiga salib satu per satu. Setelah ia menyentuh
salib ketiga, sekonyong-konyong ia sembuh, dengan demikian menyatakan salib
yang asli. Sumber-sumber lain juga menyebutkan mengenai penemuan alat-alat
siksa Sengsara Yesus sesudahnya. Dan yang paling penting, adalah catatan Santo
Ambrosius bahwa ketika Helena menemukan salib yang asli, “Helena tidak
menyembah kayu, melainkan Raja, yaitu Dia yang tergantung pada kayu salib. Ia
berkobar-kobar dalam kerinduan sejati untuk menyentuh jaminan hidup abadi.”
Berita itu langsung tersebar luas. Orang-orang
datang menghormati Salib Suci tersebut. Penemuan
salib suci diyakini pada 14 September 326.
Karena kegembiraannya menemukan Salib Kristus, Helena
meminta puteranya mendirikan sebuah gereja di atas bukit Golgota untuk
menyimpan Salib Suci yaitu Gereja Makam
Suci. Ia memotong sebagian salib untuk dikirim ke Roma dan Konstantinopel.
Bersama Gereja Makam
Suci adalah Kapel Penemuan Salib Suci, yang menandai lokasi waduk batu.
Ia membangun pula dua buah gereja lain, yaitu Gereja Kelahiran Kristus (Church of The
Nativity) di Betlehem untuk menandai Kelahiran Kristus dan Gereja Bukit Zaitun (Eleona Church on the Mount of Olives) untuk
menandai tempat Kenaikan Kristus ke Surga.
Di Konstantinopel ia mendirikan Gereja Para Rasul Suci (Church of the Holy Apostles). Di Roma
sendiri terdapat Basilika Santa Croce in Gerusalemme yang berasal dari kapel
dalam istana tempat tinggal Helena. Basilika ini menyimpan relik-relik yang
dibawa dari Yerusalem, yaitu potongan Salib Suci, paku untuk menyalibkan tubuh
Yesus, duri dari mahkota duri Yesus, dan sepertiga bagian dari titulus yang
bertuliskan kata ’Nazarene’. Pada awalnya, Gereja ini berlantaikan tanah yang
dibawa dari Yerusalem, sehingga menggunakan kata ’di Yerusalem’ pada namanya.
Sejak saat itu perayaan Salib Suci menjadi perayaan rutin
Gereja Timur dan kemudian dirayakan di Gereja Barat pada abad ke 7. Sejarah
mencatat bahwa setelah penemuan Salib Asli
Kristus, sebuah basilika didirikan oleh Santa Helena di
atas Makam Kudus Kristus.
Basilika itu lalu diberkati dalam suatu perayaan yang sangat
meriah dan khidmat selama dua hari berturut-turut, pada tanggal 13 dan 14
September tahun 335. Pemberkatan dirayakan oleh para uskup yang baru selesai
mengikuti Konsili Tirus, ditambah dengan sejumlah besar uskup yang lain.
Tradisi berlanjut dan setiap tahun dirayakanlah Pesta Salib Suci di Yerusalem.
Tradisi berlanjut dan setiap tahun dirayakanlah Pesta Salib Suci di Yerusalem.
Kekhidmatan perayaan
ini menarik sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Syria, Mesir dan dari
provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Setiap tahunnya,
tidak kurang dari 40 uskup menempuh perjalanan jauh dari keuskupan mereka untuk
menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari
berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir
sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani. Pesta ini kemudian menyebar ke luar
Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) sampai ke Roma pada
akhir abad ketujuh, dan akhirnya masuk ke dalam kalender liturgi Gereja Katolik
sebagai suatu pesta wajib.
Tetapi perayaan di Yerusalem sendiri tidak berjalan baik.
Sebagai tempat yang disucikan bagi tiga agama samawi, Yerusalem selalu menjadi
tempat perebutan kekuasaan dan peperangan sejak dulu, bahkan hingga kini.
Tentara Persia merebut Damaskus pada tahun 613 dan kemudian menguasai Yerusalem
pada tahun 614. Gereja Makam Suci dirusak, dan potongan Salib Suci yang berada
dalam Gereja dibawa pergi oleh pasukan Persia dibawah Raja Khusrau II. Kaisar
Byzantine yaitu Heraclius mendapatkannya kembali setelah mengalahkan Khusrau
pada tahun 628. Salib Suci dikembalikan ke Gereja Makam Suci setahun kemudian
setelah Heraclius sempat membawanya ke Konstantinopel.
Gereja Makam Suci yang berada di Golgota kemudian terbakar
sebagian pada pintu dan atapnya di tahun 966. Pada 18 Oktober 1009 Gereja Makam
Suci dihancurkan hingga ke fondasinya, sebuah peristiwa yang kemudian menjadi
salah satu pemicu perang yang berlangsung hingga dua abad. Kekaisaran Byzantin
awalnya mengupayakan pembangunannya kembali lewat negosiasi. Restorasi Gereja
Makam Suci sendiri selesai pada tahun 1048 walaupun tidak berhasil sepenuhnya
tampil seperti semula. Di tengah pertikaian antara kelompok-kelompok yang
berusaha menduduki Yerusalem, Gereja Makam Suci terus diusahakan untuk
diperbaiki walaupun karena perang, usaha restorasi seringkali kemudian rusak
lagi. Para Fransiskan melanjutkan usaha restorasi mulai pada tahun 1555 namun
sebuah kebakaran di tahun 1808 mengakibatkan struktur rotunda Gereja runtuh.
Pembangunan atap dimulai setahun kemudian yaitu tahun 1809-1810. Untungnya
kebakaran ini tidak mencapai bagian makam, sehingga bagian terlama yang dapat
dilihat sekarang adalah bagian makam yang dilapisi marmer yang berasal dari
perbaikan di tahun 1555. Struktur kubah baru dibangun kembali pada tahun 1870.
Renovasi besar-besaran baru dimulai pada tahun 1959 dan renovasi kubah
dilakukan pada 1994-1997.
Area di dalam Gereja Makam Suci ini dikapling-kapling
berdasarkan keputusan di tahun 1767, awalnya dibagi untuk Gereja Katolik,
Armenia, Ortodoks Timur dan Ortodoks Yunani sebagai pemegang kapling terbesar.
Di tahun 1852 dikeluarkan keputusan bahwa Gereja Ortodoks Koptik, Ortodoks
Ethiopia dan Ortodoks Syria mendapatkan kapling yang lebih kecil. Menarik
sekali bahwa jalan masuk ke Gereja ini sejak tahun 637 dipegang kepada dua
keluarga muslim hingga hari ini. Keluarga Joudeh memegang kuncinya dan keluarga
Nusseibeh menjaga pintunya. Dua kali sehari, seorang anggota keluarga Joudeh
membawa kunci yang kemudian akan digunakan untuk mengunci atau membuka pintu
oleh seorang anggota keluarga Nusseibeh.
Karena sejarah Salib Suci Kristus ini adalah bagian dari
sejarah Gereja Purba, tidak heran bahwa Pesta Salib Suci ini bukan saja
dirayakan oleh Gereja Katolik Latin di Roma, tetapi juga bersama-sama dengan
Gereja Ortodoks Timur, Katolik Timur, Armenia, Ethiopia, Syria-Malankara,
hingga pada sebagian Anglikan dan Lutheran. Bahkan di Gereja Ortodoks Timur,
Pesta ini dirayakan hingga lebih dari seminggu, dengan tanggal 14 September
sebagai hari puasa. Tanggal 13 September adalah permulaan dari pestanya di mana
Salib ditahtakan di altar dan umat melakukan tuguran semalam suntuk hingga
tanggal 14 September. Puncak perayaannya adalah tanggal 14 September dimana
uskup atau imam membawa salib ke tengah-tengah umat yang berkumpul dan umat
bersujud bersyukur dan pada akhir perayaan menerima berkat dalam salib. Salib
kemudian ditahtakan dalam gereja hingga 8 hari kemudian.
Di awal tadi kita mengetahui bahwa Pesta Salib Suci ini
bermula di Yerusalem, kemudian menyebar dan dirayakan umat Kristiani, mula-mula
di Timur, yakni di Byzantium/Konstantinopel baru kemudian semakin dirayakan
oleh jemaat di Roma dan akhirnya seluruh dunia. Awalnya juga hanya merayakan
penemuan Salib Kristus oleh Santa Helena pada tahun 326, tetapi dewasa ini juga
merayakan dua peristiwa yang berkaitan, yaitu pemberkatan Gereja Makam Kudus
(Basilica of the Holy Sepulchre) tahun 335 dan peristiwa tahun 629 yaitu Kaisar
Heraclius membawa kembali potongan Salib Kristus yang dibawa pergi dari
Yerusalem oleh tentara Persia.
“Kami menyembah Engkau, ya Kristus,
dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
Dunia kuno sungguh merasa ngeri menyaksikan kematian lewat
penyaliban – sebuah praktek pemberian hukuman mati yang mengerikan dan
memalukan. Akan tetapi, orang-orang Kristiani menghormati salib, baik sebagai
tanda penderitaan Yesus maupun piala kemenangan-Nya atas Iblis, dosa dan maut.
Kita menghormati salib Kristus karena melalui salib-Nya kita sampai pada
pengenalan dan pengalaman akan kasih Yesus kepada kita yang begitu besar dan
agung, dan melalui bilur-bilur-Nya kita telah diselamatkan dan disembuhkan (Yes
53:5; bdk. 1Ptr 2:24).
Ketika kita bersedia memikul salib kita, mahkota kemuliaan
menanti kita. Tak mungkin ada kemenangan tanpa salib. Itulah janji yang
diberikan Yesus kepada kita, “Supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:15).
Sebab salib adalah tanda kasih Allah yang paling nyata dan
mendalam terhadap dunia. (bdk. ay.16).
Di atas kayu salib, Yesus menghancurkan penderitaan dengan
penderitaanNya, mengalahkan kematian dengan kematianNya. Berkat salib, Yesus menyelamatkan
seluruh umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar