·
Hari ini, di sebuah bus, aku melihat
seorang gadis cantik dengan
rambut indah. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan
kuharap akupun sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia
mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia
lewat tersenyum. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya
dua kaki. Dunia ini milikku!
rambut indah. Aku iri melihatnya. Dia tampak begitu ceria, dan
kuharap akupun sama. Tiba-tiba dia terhuyung-huyung berjalan. Dia
mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Namun ketika dia
lewat tersenyum. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya
dua kaki. Dunia ini milikku!
Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya
begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia
berkata, "Terimakasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan
berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta." Oh Tuhan,
maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa. Ketika aku pergi, dia
berkata, "Terimakasih. Engkau sudah begitu baik. Menyenangkan
berbicara dengan orang sepertimu. Lihat saya buta." Oh Tuhan,
maafkan aku bila aku mengeluh. Aku punya dua mata. Dunia ini milikku.
·
Lalu, sementara berjalan, aku melihat seorang anak dengan bola
mata
biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain. Dia tidak tahu
apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu
berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak?" Dia
memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa
mendengar. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku selalu mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
biru. Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain. Dia tidak tahu
apa yang bisa dilakukannya. Aku berhenti sejenak, lalu
berkata, "Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain, Nak?" Dia
memandang ke depan tanpa bersuara, lalu aku tahu dia tidak bisa
mendengar. Oh Tuhan, maafkan aku bila aku selalu mengeluh.
Aku punya dua telinga. Dunia ini milikku.
Dengan dua kaki untuk membawa aku ke mana aku mau.
Dengan dua mata untuk memandang matahari terbenam.
Dengan dua telinga untuk mendengar apa yang ingin kudengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku selalu mengeluh... berkah dalem Gusti
(Artikel diambil
dari FB :Bunda Maria Santa
Perawan Suci)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar