Rabu, 02 Maret 2016

BANGGA MENJADI KATOLIK



MENGAPA KITA MEMILIH GEREJA KATOLIK?


Setelah kita percaya kepada Yesus, berarti kita menjadi pengikut Yesus dan menjadi seorang Kristen. Namun pertanyaannya sekarang, Kristen yang mana?

Pertanyaan di atas menjadi penting di zaman sekarang ini, mengingat bahwa dewasa ini ada begitu banyak tipe Kekristenan yang dilihat dari banyaknya macam gereja. Untuk begitu saja menerima Kekristenan tanpa meneliti terlebih dahulu tentang Gereja mana yang sebenarnya didirikan oleh Yesus Kristus, adalah menempatkan diri sendiri dan perasaan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran. Maka, kerap kali kita mendengar pernyataan-pernyataan seperti berikut ini:

* Saya senang ke gereja ini, karena gereja ini umatnya begitu ramah, musiknya juga bagus sekali.
* Saya merasa bahwa gereja ini diberkati oleh Roh Kudus, karena saya merasakan bahwa kuasa Roh Kudus hadir di gereja tersebut.
* Saya merasakan bahwa pembawa firmannya begitu penuh dengan Roh Kudus, sehingga dapat menyentuh hatiku.
* Saya tidak dapat berkembang di gereja A, sehingga saya harus mencari gereja yang membuat saya berkembang.
* Dan begitu banyak pernyataan-pernyataan yang lain.

Kalau kita meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, bukankah semuanya berfokus kepada “saya?” Padahal, dalam pencarian kebenaran, seharusnya, fokus kita bukan kepada diri sendiri, tetapi kepada kebenaran, yang akhirnya mengarahkan kita kepada Sang Kebenaran itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Dengan kata lain, kita menempatkan kebenaran di atas kepentingan dan perasaan pribadi.

Gereja yang mana?

Pertanyaan untuk mencari kebenaran adalah: “Sebenarnya Tuhan ingin saya ke gereja yang mana? Atau Gereja manakah yang Yesus dirikan?” Pertanyaan ini sangatlah mendasar, karena kalau Tuhan mendirikan sebuah Gereja dan kalau kita menempatkan kebenaran di atas segalanya, termasuk diri kita sendiri, maka kita seharusnya memberikan diri kita kepada Gereja tersebut. Dalam tulisan ini, kita akan meneliti, gereja manakah yang dirancang oleh Allah Bapa, didirikan oleh Yesus Kristus, dan dikuduskan oleh Roh Kudus sampai akhir zaman.

Gereja terpecah belah



Pada waktu saya kuliah di Bandung, saya didatangi oleh umat dari gereja tertentu. Kemudian mereka memperkenalkan diri, bahwa mereka datang dari gereja X. Dalam hati saya sungguh mengagumi keberanian mereka untuk menyebarkan kabar gembira dan dedikasi mereka terhadap Tuhan. Kemudian mereka menceritakan tentang pendiri gereja X tersebut, sebut saja Yesaya. Menurut mereka, pendiri gereja X adalah seseorang yang diurapi oleh Roh Kudus. Sebelumnya sang pendiri ini adalah salah seorang anggota jemaat gereja Y. Kemudian karena sesuatu hal, menurut Yesaya, pemimpin gereja Y tidak dipenuhi lagi oleh Roh Kudus. Kemudian Yesaya mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, yang bernama gereja X. Dalam keterbatasan saya tentang teologi dan juga pengertian saya yang dangkal, saya bertanya kepada mereka, “Bagaimana bila suatu saat, karena sesuatu hal, ada umat di gereja X yang juga mendapat inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, bukankah nanti dapat terjadi ada gereja X1, X2, dan seterusnya?”

Kalau kita meneliti dengan jujur, inilah yang terjadi sekarang ini. Ada lebih dari 28,000 denominasi gereja di dunia. Data di Amerika menunjukkan bahwa setiap minggu ada satu gereja baru muncul, dan kemudian dalam dua generasi akan lenyap. Keberadaan gereja yang ‘timbul dan tenggelam’ sudah menjadi hal yang biasa pada saat ini. Pertanyaan-nya adalah, “Mengapa gereja terpecah-pecah, dan kalau memang ini semua dari Roh Kudus, mengapa tidak ada kesatuan? Padahal kita tahu bahwa Roh Kudus adalah Roh Pemersatu dan bukan roh pemecah.”
Perpecahan Gereja terjadi dari awal jemaat sampai sekarang

Catatan sejarah menunjukkan bahwa sejak jemaat awal, akibat dari dosa, benih-benih perpecahan sudah ada. St. Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan di Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17; 1 Kor 1:10; 11:18-19; 12:25). Namun, sayangnya perpecahan ini tetap terjadi, mulai dari Docetism (90-451), Gnosticism (100), Manichaeism (250) dan seterusnya. Di abad-abad berikutnya, perpecahan gereja terus terjadi, contohnya:
* Gereja Timur Orthodox (1054).
* Gereja Anglikan di Inggris (abad ke 16), didirikan oleh Raja Henry VIII.
* Lutheran dan Calvinis di Jerman (abad ke 16), didirikan oleh Luther dan Calvin.
* Methodis di Inggis (1739), didirikan oleh John Wesley.
* Kristen Baptis (1639), didirikan oleh Roger Williams.
* Anabaptis (1521), didirikan oleh Nicolas Stork.
* Presbyterian di Skotlandia (1560).
* Mormon di Amerika (1830), didirikan oleh Joseph Smith.
* Saksi Yehovah di Amerika (1852-1916), didirikan oleh Charles Taze Russell.
* Unification Church di Korea (1954), didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon.

Perpecahan ini terus bertambah setiap hari sampai saat ini, walaupun sesungguhnya, perpecahan bertentangan dengan pesan Yesus yang terakhir sebelum sengsara-Nya. Yesus berdoa untuk semua orang yang percaya kepada-Nya agar bersatu seperti Ia bersatu dengan Allah Bapa agar dunia bisa percaya kepada-Nya (lih. Yoh 17:21).

Mungkin ada orang yang berargumentasi, bahwa banyaknya gereja tidaklah berarti perpecahan, karena semua gereja percaya akan Trinitas, juga kepada Yesus. Namun, kalau kita teliti lebih lanjut, sebetulnya tidaklah demikian, karena ada gereja-gereja tertentu yang tidak percaya akan ke-Allahan Yesus. Juga gereja-gereja tersebut tidak mempunyai ajaran yang sama. Contohnya: baptisan bayi diperbolehkan atau tidak? Ada berapakah jumlah sakramen? Isu-isu tentang otoritas, dan lain sebagainya. Selanjutnya, kita juga mengetahui bahwa Martin Luther sendiri bertentangan dengan John Calvin dalam pengajaran tentang sakramen pengampunan dosa, dan hal perbedaan ajaran terjadi juga di antara sesama gereja-gereja non-Katolik.

Yang penting jadi Kristen, namun tidak penting gereja apa

Ada banyak orang beranggapan bahwa yang penting adalah seseorang percaya kepada Yesus, mendapatkan keselamatan, namun tidaklah penting dari gereja yang mana. Mungkin anggapan seperti ini sedikit banyak sejalan dengan tulisan C.S. Lewis, yang mengatakan bahwa menjadi Kristen seumpama seperti banyak orang yang tinggal di rumah yang besar. Maka yang terpenting adalah, pertama-tama masuk ke rumah tersebut terlebih dahulu, sedangkan hal masuk di ruangan mana tidaklah menjadi terlalu penting. Di sini, ruangan diartikan sebagai denominasi gereja-gereja.

Kalau kita merenungkan lebih jauh dan meneliti tentang hakikat gereja dengan menggunakan argumen dari C.S. Lewis, kita dapat mempertanyakan bahwa bagaimana mungkin banyak orang bisa tinggal dalam satu rumah, memilih ruangan masing-masing, namun tidak mempunyai aturan dan ajaran yang sama? Bahkan yang menyedihkan adalah ada kemungkinan orang-orang tersebut masih mempertanyakan tuan rumah dari rumah tersebut. Kita melihat bahwa di kehidupan rumah kita, masing-masing rumah tangga mempunyai peraturan yang harus ditaati, agar semuanya dapat hidup dengan baik. Yesus mengatakan kalau suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan (Mrk 3:25). Kalau sebuah rumah yang besar terpecah-pecah dalam berbagai ajaran dan aturan moral yang berlainan, maka rumah besar itu tidak akan bertahan. Santo Paulus sendiri memperingatkan jemaat di Roma dan Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17, 1 Kor 1:10, 12:25). Jika pemahaman yang diajarkan oleh C.S Lewis ini benar, maka, seharusnya semakin lama semua orang yang sama-sama tinggal di rumah itu semakin bersatu, dan bukannya semakin terpecah.

Gereja Tuhan hanya ada satu dan tidak mungkin banyak



Namun kenyataanya tidaklah demikian, perpecahan demi perpecahan mewarnai gereja-gereja tersebut. Dari buah-buah perpecahan yang terjadi di gereja-gereja di dunia ini, maka timbul pertanyaan, apakah semuanya itu datang dari Tuhan. Kalau datang dari Tuhan, mengapa gereja-gereja itu mempunyai ajaran yang berbeda-beda? Pertanyaan ini dapat dijawab jika dipahami tentang hakikat Gereja itu sendiri.

Gereja, seperti yang dinyatakan oleh Santo Paulus, adalah Tubuh Mistik Kristus, di mana Kristus adalah Kepala, dan Gereja adalah anggota-anggota tubuh-Nya (Ef 5:23-32). Sama seperti tubuh manusia, semua organ diatur oleh mekanisme tubuh yang bersumber pada otak manusia atau di kepala manusia. Demikian juga dengan Gereja. Gereja sebagai tubuh harus mengikuti keinginan Kepalanya, yaitu Kristus. Kalau Yesus sendiri menghendaki agar para anggota-Nya bersatu, maka mereka harus mengikuti. Persatuan ini dikehendaki oleh Kristus, sehingga Ia dapat mempersiapkan, menguduskan, dan mempersembahkan Gereja-Nya sebagai mempelai yang kudus (Ef 5:27). Sama seperti perkawinan yang kudus hanya terdiri dari satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Gereja Tuhan -sebagai Mempelai Kristus- juga harus hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.

Kristus hanya mendirikan satu Gereja, yaitu Gereja yang didirikan di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) , dan Kristus menghendaki Gereja-Nya tetap satu agar menjadi saksi hidup bagi kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa (Yoh 17:20-23). Sama seperti Kristus tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa, maka Kristus-pun tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Gereja-Nya. Oleh karena kesatuan tersebut, kita tidak dapat memisahkan Kristus dengan Gereja-Nya; kita tidak dapat mengikuti Kristus, tetapi tidak mau bergabung dengan Gereja yang didirikan-Nya.

Manusia tidak dapat membuat Gereja, namun hanya bisa menerima dan berpartisipasi



Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa kesatuan Gereja hanyalah bersifat spiritual, di mana para anggotanya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus sendiri mengatakan bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul, maka Ia hadir (Lih. Mat 18:20). Jadi di mana ada dua atau tiga orang jemaat berkumpul, di situlah terbentuk Gereja. Namun di sinilah letak permasalahannya, sebab hakekat Gereja bukanlah hanya sekedar komunitas, melainkan lebih dari itu. Kalau orang membuat suatu komunitas dan menamakan komunitas itu gereja, berarti dia membuat gereja, bukan menerima gereja sebagai suatu pemberian dari Tuhan. Manusia tidak bisa membuat Gereja, dia hanya bisa menerima dan menjadi bagian dari Gereja.

Menyadari bahwa Gereja adalah pemberian Tuhan, harus membuat setiap anggota Gereja semakin rendah hati. Dan juga setiap anggota harus menyadari peran masing-masing untuk melindungi dan membuat tanda kasih Allah ini agar semakin memancarkan cahaya kasih Allah. Oleh karena itu, Gereja yang sedang mengembara di dunia ini, yang terdiri dari para pendosa dan para kudus harus terus menerus mengalami pemurnian dan pertobatan agar sampai kepada tujuan akhirnya, yaitu persatuan kekal dengan Allah di surga.

Kalau begitu, Gereja mana yang didirikan oleh Yesus Kristus?



Akhirnya dari semua argumen di atas, kita menarik kesimpulan bahwa Gereja yang didirikan oleh Tuhan harus mempunyai tanda-tanda: satu, kudus, Katolik, dan apostolik. Satu, karena kesatuan iman, pengajaran, sakramen, kepemimpinan; Kudus, karena bersumber pada Tuhan sendiri – yang hakikatnya adalah Kudus; katolik, karena Gereja Tuhan harus universal baik dari segi waktu maupun tempat; apostolik, karena berasal dari para rasul yang telah diberi mandat suci oleh Yesus. Keempat tanda inilah yang membedakan antara Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri dengan gereja-gereja yang lain. Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik ini berada dalam Gereja Katolik. Hanya Gereja Katolik-lah yang mempunyai empat tanda ini atau yang disebut “the four marks of the Church.” Mengapa empat tanda ini begitu penting? Karena tanda itu adalah bukti bahwa Gereja bukan organisasi yang didirikan oleh manusia, namun didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Karena Gereja didirikan di atas Rasul Petrus, dan senantiasa dilindungi oleh Yesus sendiri, melalui karya Roh Kudus, maka tidak ada suatu apapun yang dapat meruntuhkan Gereja ini.

Ketahanan Gereja Katolik meskipun menghadapi percobaan-percobaan sepanjang zaman membuktikan bahwa Yesus memegang janji-Nya untuk melindungi Gereja-Nya.

Mungkin ada pula orang yang berpendapat, bahwa Gereja awal adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, namun kemudian menjadi tidak murni; dan baru sekitar abad 15, Gereja kemudian dimurnikan. Jadi, menurut anggapan ini, Gereja Katolik yang sekarang adalah Gereja yang tidak murni. Mari kita menelusuri keberatan dari argumen ini. Pertama, apakah mungkin bahwa Tuhan yang telah berjanji untuk melindungi Gereja-Nya (Mat 16:18) kemudian melupakan Gereja-Nya selama kurang lebih 15 abad? Kalau jawabannya mungkin, mari kita telusuri lebih jauh. Anggaplah hal tersebut benar, bahwa Gereja tidak murni lagi dan diperbaharui pada zaman reformasi. Seharusnya setelah diperbaharui, maka Gereja Tuhan akan bersatu. Namun apa yang terjadi? Sejarah membuktikan bahwa setelah zaman reformasi (atau lebih tepatnya revolusi) maka gereja justru semakin terpecah-belah, sehingga ada sekitar 28,000 denominasi sampai sekarang. Dengan demikian keberatan ini tidaklah mendasar.

Keberatan yang lain ialah anggapan yang mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tidak murni dan banyak korupsi di dalam Gereja. Memang, percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik sudah begitu banyak. Sejak abad awal sudah ada begitu banyak tantangan, percobaan, dan juga serangan dari ajaran-ajaran sesat. Selanjutnya, banyak orang yang memisahkan diri dari Gereja Katolik, seperti yang telah dijelaskan di atas. Selain itu, terdapat pula percobaan yang terjadi di dalam tubuh Gereja Katolik sendiri, baik karena korupsi maupun penyalahgunaan kekuasaan di dalam Gereja, dan lain-lain. Gereja Katolik mengakui bahwa hal- hal ini terjadi karena adanya unsur manusia yang tidak sempurna. Namun demikian, kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun diterpa berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Jika Gereja Katolik hanya buatan manusia, maka Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas.
Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus

Sejarah mencatat bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tetap mempunyai empat tanda, yaitu “satu, kudus, katolik, dan apostolik.” Gereja Katolik sampai sekarang mempunyai kesatuan pengajaran yang kalau ditelusuri berasal dari Yesus dan ajaran para murid dan bapa Gereja. Ajaran Gereja Katolik selalu mengambil sumber dari pengajaran Yesus dan para rasul, sebagaimana yang dilestarikan oleh para penerus mereka. Perumusan suatu ajaran yang diadakan di abad-abad kemudian bukan merupakan perubahan ataupun tambahan yang sama sekali baru terhadap suatu ajaran, namun merupakan penjelasan yang semakin menyempurnakan ajaran tersebut. Hal perkembangan ini dikenal dengan istilah “pertumbuhan organik” suatu ajaran. Konsistensi ajaran Gereja dapat dibuktikan dari segi waktu maupun tempat. Gereja Katolik di semua negara dan juga di masa apapun juga mengajarkan hal yang sama.

Setelah kita mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Kristus, bagaimana dengan saudara kita yang tidak mengenal Yesus? Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, karena bukan kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan melaksanakan hukum kasih, di mana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi. Namun keselamatan mereka tetap diperoleh dari Yesus Kristus.

Bagaimana juga dengan saudara kita yang menjadi anggota gereja lain? Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalnya memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup di dalam kasih, dll. Bahkan Gereja Katolik mengakui pembaptisan mereka. Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. Konsili menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium 14)

Bagaimana dengan umat Gereja Katolik?



Akhirnya, bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Apakah mereka semua dapat diselamatkan? Konsili Vatikan II menegaskan akan pentingnya kita untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mengasihi Tuhan dan sesama. Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmani, namun bukan secara rohani, dan orang yang sedemikian tidak dapat diselamatkan. Hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).

Mungkin ada dari kalangan non- Katolik yang mengatakan bahwa percuma saja menjadi Katolik kalau kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus. Pernyataan ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua yang menjadi anggota Gereja Katolik – yang seharusnya telah mengetahui bahwa kepenuhan kebenaran ada pada Gereja ini – untuk senantiasa berjuang setiap hari untuk melaksanakan kasih dan hidup kudus. Hidup kudus merupakan cara untuk ” menjadi saksi Kristus dan membangun Gereja” yang paling efektif, seperti yang telah dilakukan oleh para orang kudus. Kita tidak bisa mengasihi Yesus, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dan Gereja-Nya berada di dalam Gereja Katolik. Mari kita renungkan, sudahkah kita semua mengasihi Yesus?

Sumber: http://www.katolisitas.org/135/mengapa-kita-memilih-gereja-katolik,
FB : GEREJA KATOLIK

✥ Instaurare Omnia in Christo ✥


Ada video pendek yg bagus dari SEP-OMK.Com berikut ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar