Senin, 08 Desember 2014

Riwayat PETRUS KANISIUS

Beberapa minggu terakhir ini homili para romo di Paroki Wonosari selalu menyinggung soal CTM, (Cerdas Tangguh dan Misioner). Dan minggu kemarin Romo Ipeng menyinggung jadi orang katolik itu kalau ditanya harus bisa menjawab bahkan memberi kesaksian. Tidak boleh menjawab sekedarnya apalagi kalau jawabannya....Ya pokoknya begitu. Nah karena itu saya juga pengin menjadi umat yang CTM itu, salah satunya ya kalau ditanya siapa Petrus Kanisius harus bisa menjawabnya, masa jadi umat paroki Petrus Kanisius sekian puluh tahun tapi tidak tahu santo pelindungnya...Ini riwayat singkat yang saya rangkum dari beberapa situs
Petrus Kanisius
Santo Petrus Kanisius atau Peter Kanis (lahir di Nijmegen, Belanda 8 Mei 1521 – meninggal 21 Desember 1597 pada umur 76 tahun) adalah seorang Santo dari ordo Serikat Yesus. . Petrus/Pater adalah putra tertua dari Yakob Kanis atau Kanisius dan ibunya bernama Ægidia van Houweningen.. Ayahnya adalah seorang walikota yang cukup berpengaruh di Nijmegen Belanda.Pada saat ibunya sakit ada pesan terakhirnya pada Yakob Kanis, suaminya: “Tinggalah tetap setia terhadap agamamu. Dan didiklah Peter sebaik-baiknya sebagai putra Katolik…” Karena selalu teringat pesan yang terakhir itu, Peter dididik ayahnya dengan saksama. Peter tergolong anak yang rajin. Maka segera anak itu masuk golongan yang terpandai dikelas. Begitu juga selama Peter bersekolah, teman-temannya suka bergaul dengan si pemberani yang lucu dan juga murid terpandai, Pater putera seorang bangsawan kaya tetapi tidak sombong.

Pada umur 14 tahun, Petrus masuk Universitas Cologne dan mencapai gelar Magister (Master of Arts) pada usia 19 tahun. Ia bercita-cita menjadi seorang ahli di bidang hukum. Untuk itu ia melanjutkan studinya di Universitas Louvain. Tetapi kemudian ia berubah haluan. Ia mulai tertarik dengan kehidupan membiara. Ketertarikannya pada kehidupan membiara ini berkaitan erat dengan cara hidup para pertapa di biara Kartusian yang disaksikannya sendiri selama belajar di Cologne. Karena itu, ia kembali ke Cologne untuk belajar Teologi. Di sana ia mengikuti latihan-latihan rohani Santo Ignatius dari Loyola, yang dipimpin oleh Petrus Faber, seorang imam Yesuit yang saleh. Latihan rohani ini sungguh meresap dalam hatinya sehingga Petrus memutuskan untuk menjadi seorang imam Yesuit juga. Niatnya untuk memasuki biara Kartusia dibatalkannya.
Ketika berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesus. Di Cologne. Pada tahun 1546, ia ditabhiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Kardinal Otto Truchess von Waldburg, Uskup Augsburg, memilihnya menjadi teolog pribadinya pada Konsili Trente. Dalam konsili itu, Petrus mendapat kesempatan untuk berbicara, baik di Trente maupun di Bologna. Kemudian ia dipanggil ke Roma oleh Santo Ignatius sendiri, dan pada tahun 1548 ia dikirim untuk mengajar retorik di sekolah Yesuit Pertama di Messina, Sisilia.

Sebagai jawaban terhadap permohonan Raja William IV dari Bavaria, yang membutuhkan professor-professor Katolik untuk melawan ajaran-ajaran bidaah, Paus Paulus III (1543-1549) mengirimkan Petrus dan dua orang imam Yesuit lainnya ke Ingolstadt untuk mengajar di sebuah universitas yang ada disana. Pada tahun 1550, setahun setelah Petrus mengucapkan kaul kekal dalam serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor Universitas Ingolstadt.
Semasa hidupnya Petrus menyaksikan pergolakan hebat dalam tubuh Gereja oleh munculnya gerakan Reformasi pimpinan Martin Luther. Petrus Kanisius memiliki motto hidup: Jika kamu punya terlalu banyak hal untuk dilakukan, dengan bantuan Tuhan engkau akan dapat waktu untuk melakukan semua hal itu.

Melalui khotbah-khotbah dan katekasenya, ia berhasil membangkitkan lagi semangat hidup keagamaan di kalangan umat di wilayah itu. Pada tahun 1552, atas permohonan Raja Ferdinand I dari Austria, ia pergi ke Vienna untuk menjalankan misi yang sama. Di Vienna, Raja Ferdinand menawarkan kepadanya jabatan uskup Vienna, tetapi selalu di tolaknya. Pada tahun 1554, atas permohonan Paus Yulius III, Ignatius Loyola mengijinkan Petrus menjadi administrator tahkta Suci yang mengalami kekosongan. Pada tahun 1555, Petrus menerbitkan sebuah katekismus yang berisi ajaran-ajaran Gereja Katolik. Katekismus ini disusun bersama Pater Lejay dan didukung penuh oleh Raja Ferdinand. Kemudian ia menyusun lagi dua buku katekismus yang lebih singkat untuk sekolah-sekolah. Kemudian Petrus diangkat sebagai pemimpin serikat untuk sebuah wilayah kerja Yesuit yang meliputi Jerman Selatan, Autria, dan Bohemia. Katekismus itu menjadi pokok yang dipergunakan di seluruh dunia. Jadi yang tersusun oleh Pater Kanisius 350 tahun yang lampau itu, menjadi dasar Katekismus kita yang sekarang juga. Dalam masa kepemimpinannya, ia membuka sebuah kolose di Munich dan Praha dan bertanggungjawab atas pembaharuan sekolah-sekolah di Augsburg. Pada tahun 1562, ia mendirikan sebuah kolose di Insbruck dan mengambil bagian sebagai pembicara dalam Konsili Trente sebagai Teolog KePausan.
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai pemimpin serikat, ia mengajar di Universitas Dellingen, Bavaria. Disini ia giat menulis suatu seri buku sebagai tanggapan terhadap sebuah buku yang diterbitkan sekelompok penulis Protestan dari Magdeburg. Karyanya yang terakhir di selesaikan di Frieburg, Switzerland, tempat ia mendirikan sebuah universitas dan membantu membangun sebuah pernerbitan Katolik pada tahun 1580. Pada tahun 1591 ia jatuh sakit tetapi terus menulis hingga kematiannya pada tanggal 21 Desember 1597 di Frieburg. Penghuni kota Friburg berkabung, tapi juga bergembira karena makam Pater Kanisius akan menjadi milik kota Friburg. Pada tahun 1864 Pater Kanisius diberi gelar Beato dan pada tahun 1925 mendapat gelar Santo. Pestanya digelar pada tanggal 27 April. Oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939) Petrus dikenal sebagai Pujangga Gereja yang besar dan selalu dikenang .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar