Tanggal 31 Juli
adalah HARI ISTIMEWA.
Kita memperingati St.
Ignatius Loyola, pendiri Ordo Serikat Yesus
(SJ). Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah
Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di
istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia
akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan
menjadi seorang perwira.
Pada
penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena
peluru meriam dan terluka parah. Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan
karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat
Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di
Benteng Loyola. Ia measa lemah dan tidak berguna.
Ignatius
meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai
cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup
Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku
itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai
berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang
sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah
mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia
dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para
kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.
Setelah
sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah
militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian
pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di
dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami
beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit.
Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu
wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya
rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu
entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda
yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan
mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini, namun ketika wujud ini
hilang ia menjadi sedih.”
Ignasius
lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang
belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang
yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya
berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia belajar bahasa Latin bersama anak-anak
sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas
Paris.
Sejak
masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya.
Ini yang menjadi cikal bakal Latihan
Rohani yang ditulis dan diwariskannya kepada kita, khususnya kepada para
Jesuit. Di masa itu (bahkan sampai
sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu
dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk
sementara waktu namun kemudian dilepaskan. Kejadian itu tidak menghentikan
Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang
ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.
Pada
Latihan Rohani tersebut, Ignatius menegaskan bahwa
"Tujuan manusia diciptakan adalah memuji, menghormati, dan mengabdi Tuhan,
dan dengan demikian menyelamatkan jiwanya". Untuk mencapai tujuan tersebut
ada satu sikap yang ditekankan, yakni sikap lepas bebas (indefferent) yang dilawankan dengan sikap "lekat tidak teratur". Sikap
"lekat tidak teratur" ini dapat dimaknai sebagai kecenderungan untuk
terlalu bergantung pada sesuatu, termasuk juga seseorang, demi kepentingan diri
sendiri (sikap-sikap egois). Sedangkan sikap lepas bebas adalah sikap tidak mau
terikat secara mutlak terhadap apa pun atau siapa pun supaya dengan demikian
kita dapat memilih hanya hal-hal yang mendukung pencapaian tujuan kita
diciptakan, yakni untuk memuji, menghormati, dan mengabdi Tuhan, dan dengan
demikian menyelamatkan jiwanya. Oleh karena itu, hendaknya kita "tak
mencari-cari atau menginginkan kekayaan melebihi kemiskinan, tak menghendaki
penghormatan melebihi penghinaan ataupun mengharap-harapkan hidup panjang
melebihi hidup pendek, asalkan semua itu sama artinya bagi pengabdian kepada
Tuhan kita dan keselamatan jiwaku sendiri"
Di
Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St.Fransiskus
Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji
setia dan bersepakat untuk menyebarkan Injil kepada mereka yang belum mengenal
Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan
diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat
kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan
keinginan Ignasius dan kelompoknya.
Bahkan
lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan
persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat Rohaniwan. Serikat ini kemudian
dinamakan Serikat Jesus/SJ dan mendasarkan diri pada tiga kaul
yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta
Suci Kapan saja dan dimana saja.
Selama
15 tahun sejak persetujuan Paus itu, Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma.
Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi
lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua
baru Amerika. Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan
Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap
tahun.
Seringkali
Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu
aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”. St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31
Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.
Terimakasih atas jasa
dan karya para Jesuit di Paroki Wonosari dan di paroki lainnya yang telah
meletakkan dasar iman yang kokoh. Selamat Pesta Imamat / pesta nama pelindung untuk semua Jesuit khususnya buat Bapa
Paus, Bapa Kardinal Darmaatmaja, Romo Ponco, Romo Surya, Romo Budi, Romo Tarno
dan semua Jesuit yang pernah berkarya di Wonosari
Santo Ignatius dari
Loyola, doakanlah kami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar