St. Paus Pius X
Paus
dan Pengaku Iman
Nama :
Giuseppe Melchiorre Sarto
TTL: 2 Juni 1835 di Riese, Treviso (Italia)
Ditahbiskan menjadi Imam: 18 September 1858
Ditahbiskan menjadi Uskup: 16 November 1884 untuk Keuskupan Mantua (10 November 1884-15 Juni 1893)
Menjadi Patriark Venezia: 15 Juni 1893
Terpilih menjadi Paus: 4 Agustus 1903
Diinstalasi menjadi Paus: 9 Agustus 1903
Motto Kepausan: Instaurare Omnia in Christo (Membangun kembali semua di dalam Kristus)
Wafat: 21 Agustus 1914 di Vatican City
Beatifikasi: 3 Juni 1950 oleh Venerabilis Paus Pius XII
Kanonisasi: 29 Mei 1954 oleh Venerabilis Paus Piux XII
TTL: 2 Juni 1835 di Riese, Treviso (Italia)
Ditahbiskan menjadi Imam: 18 September 1858
Ditahbiskan menjadi Uskup: 16 November 1884 untuk Keuskupan Mantua (10 November 1884-15 Juni 1893)
Menjadi Patriark Venezia: 15 Juni 1893
Terpilih menjadi Paus: 4 Agustus 1903
Diinstalasi menjadi Paus: 9 Agustus 1903
Motto Kepausan: Instaurare Omnia in Christo (Membangun kembali semua di dalam Kristus)
Wafat: 21 Agustus 1914 di Vatican City
Beatifikasi: 3 Juni 1950 oleh Venerabilis Paus Pius XII
Kanonisasi: 29 Mei 1954 oleh Venerabilis Paus Piux XII
Hari ini, 21 Agustus, Gereja memperingati pesta Paus St. Pius X, seorang
Pemimpin Gereja yang besar. Orang kudus ini lahir dengan nama Giuseppe (= Yosef) Melchiore Sarto adalah seorang pelajar miskin di Italia dam kelak ia
menjadi seorang Paus yang ramah, namun
di balik itu, ia adalah seorang Paus yang tegas dan menolak berbagai ajaran
sesat kala itu (Modernisme dan Jansenisme). Paus Santo Pius X sebagai
seorang pengganti Santo Petrus sungguh-sungguh melaksanakan perannya sebagai
Batu Karang Gereja Katolik.
Giuseppe lahir di Reise, Treviso, Italia pada tanggal 2 Juni 1835 sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara.
Dalam keluarga, ia biasa dipanggil dengan nama kesayangan "Beppi".
Ayahnya seorang pegawai pos. Papa dan Mama Sarto mengajarkan cinta kasih kepada
Yesus dan Gereja-Nya kepada kedelapan anak mereka melalui teladan cinta kasih
dalam rumah mereka.
Melebihi segalanya, Giuseppe ingin
menyerahkan hidupnya untuk membawa banyak orang ke surga. Ia rindu menjadi
seorang imam. Pendidikan dasar ditempuhnya di
Reise dan di Castelfranco Italia, ia
menempuh pendidikan imam di Seminari Padua, Italia hingga ditabhiskan menjadi
imam. Dan untuk itu, ia
dan keluarganya harus banyak berkorban agar ia dapat bersekolah di seminari. Pada tanggal 18 September 1858, ketika usianya 23 tahun, Giuseppe ditahbiskan menjadi
seorang imam. Don Sarto (Don, Italia,
artinya Pater) berkarya di paroki-paroki miskin selama tujuhbelas tahun.
Karier imamatnya dimulai di Paroki Tambolo, Italia sebagai pastor
kepala. Setelah 9 tahun mengabdi di Tambolo, ia dipindahkan ke Paroki Salzano. Semua orang mengasihinya. Don Sarto
biasa memberikan segala yang ia miliki demi membantu mereka yang membutuhkan. Seringkali
saudarinya harus menyembunyikan sebagian pakaiannya agar jangan sampai Don
Sarto tidak mempunyai pakaian untuk dikenakan. Bahkan setelah Don Sarto
diangkat menjadi Uskup kota Mantua dan kemudian diangkat lagi menjadi Kardinal,
ia masih suka membagi-bagikan apa yang ia miliki kepada mereka yang
berkekurangan. Ia tidak menyimpan apa-apa bagi dirinya sendiri.
Umat senang sekali padanya
karena kesalehannya, kefasihannya berbicara dan kegiatan-kegiatan pastoralnya.
Karena kesalehan dan kemampuannya, ia diangkat sebagai imam kanonik di gereja
Katedral Treviso pada tahun 1875.
Tak lama kemudian ia ditunjuk sebagai pembimbing rohani, pengajar
dan rektor di Seminari Treviso.
Di Treviso karier Sarto benar-benar meningkat. Semuanya itu
perlahan-lahan menghantarkannya ke atas jenjang imamat tertinggi sebagai Uskup.
Oleh Paus Leo XIII, Sarto diangkat menjadi Uskup di dioses Mantua, Italia pada
tahun 1884. Kondisi dioses Mantua kacau balau ketika Sarto menduduki tahkta
keuskupan. Pendidikan seminari sudah ditutup lebih dari 10 tahun karena situasi
politik yang tidak menentu; banyak paroki mengalami kekosongan kepemimpinan
pastor; kaum buruh semakin tidak menghiraukan hidup imannya karena pengaruh
sosialisme; kaum intelektual sudah termakan pengaruh liberalisme; aliran
Freemansory terus giat menyebarkan ajarannya, dan dimana-mana muncul semangat
antiklerikalisme.
Uskup Sarto yang saleh ini dengan tenang dan berani menghadapi
masalah-masalah ini. Dengan sangat berani, ia membuka kembali pendidikan
Seminari dan meneguhkan imam-imamnya agar dengan tekun melayani umat di parokinya
masing-masing. Uskup Sarto pun tak kenal lelah mengadakan kunjungan pastoral ke
semua paroki untuk mengenal dari dekat situasi umatnya. Di mana-mana ia
berkhotbah dan berjuang mengembalikan umatnya kepada penghayatan iman yang
benar.
Kunjungan pastoralnya itu menggerakkan dia untuk mengadakan suatu
sinode di Mantua. Sinode itu diselenggarakan pada tahun 1888 dan berhasil
merumuskan sebuah pedoman kerja dioses yang baru untuk membangkitkan kembali
kehidupan rohani umat seluruh dioses. Tuhan ternyata memberkati karya Uskup
Sarto. Di seluruh dioses, lahirlah kembali suatu semangat baru untuk menghayati
iman Kristiani. Antara Negara dan Gereja terjalin suatu hubungan yang baik;
pengajaran katekismus bagi orang dewasa dan anak- anak digalakkan di seluruh
dioses; perkawinan Katolik ditegakkan kembali dan anak-anak sudah bisa menerima
komuni pertama sejak masa remajanya.
Melihat keberhasilan karya Uskup Sarto, Paus Leo XIII mengangkat
Sarto menjadi Kardinal pada tanggal 12 Juni 1893. Tak lama kemudian Paus Leo
mengangkatnya menjadi Batrik Venesia. Di Venesia, Sarto tidak menemui banyak
masalah. Namun ia mengadakan beberapa pembaharuan di bidang pendidikan
Seminari, musik liturgi dan metode pewartaan. Pelajaran agama yang dilarang
oleh kaum Freemansorny diberikan lagi disekolah-sekolah umum. Gereja Venesia
benar-benar carah dibawah kepemimpinan Batrik Sarto.
Ketika Paus Leo XIII wafat pada
tahun 1903, para Kardinal memilih Kardinal Guiseppe Melchiore Sarto
menjadi Paus. Mulanya ia menolak menerima jabatan mulia itu. Dengan rendah
hati, ia meminta para Kardinal agar tidak memilihnya menjabat martabat Gerejawi
yang luhur itu, namun karena desakan para Kardinal, Sarto pun akhirnya menerima
juga jabatan itu. Ia secara resmi menduduki Tahkta Petrus oada tanggal 9 Agustus
1903.
Kardinal Sarto diangkat menjadi paus. Ia memilih nama Pius X. Tidak lama setelah dipilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja, Paus Pius X mengumumkan program kerjanya, yaitu ‘memperbaharui semua hal dalam Kristus’. Pius X melakukan banyak hal dalam hal kebangunan-rohani Gereja, misalnya mendorong penyambutan komuni sejak usia muda dan juga komuni harian. Ia menetapkan pokok-pokok yang diperlukan dalam rangka pencapaian kesucian hidup para klerus. Ia mendorong perkembangan Ordo Ketiga. Yang paling penting: Lewat kesucian hidupnya, Paus Pius X membuat dirinya sendiri menjadi contoh bagi orang-orang untuk melakukan pembaharuan hidup rohani mereka. Leaderhip by example! Banyak lagi yang dilakukan oleh Paus ini, namun tidak dapat diceritakan di sini karena waktu dan ruang yang terbatas.
Paus Pius X terkadang dijuluki ‘Paus Ekaristi’. Beliau tercatat
pernah mengucapkan kata-kata sebagai berikut: “Komuni Kudus adalah jalan yang
paling singkat dan paling aman untuk menuju surga. “ Memang ada
jalan-jalan lain: keadaan tidak bersalah (innnocence), namun hal ini
diperuntukkan bagi anak-anak kecil; pertobatan, namun hal ini menakutkan kita;
memikul banyak pencobaan-pencobaan hidup, namun begitu pencobaan-pencobaan itu
tiba kita menangis dan mohon dikecualikan/diselamatkan.
Secara istimewa Paus Pius X dikenang
karena kasihnya yang berkobar-kobar kepada Ekaristi Kudus. Bapa Suci mendorong
semua orang untuk menyambut Yesus sesering mungkin, bahkan tiap hari! Ia juga
menetapkan ketentuan yang mengijinkan anak-anak menyambut Komuni Kudus juga.
Sebelumnya, anak-anak harus menunggu hingga usia 12-14 tahun untuk dapat
menyambut Tuhan. Paus yakin bahwa Komuni Kudus memberi kekuatan yang diperlukan
untuk melakukan segala sesuatu demi kasih kepada Yesus!
Meskipun paus, namun ia tetap romo paroki yang penuh pengertian dan
cintakasih. Setiap Minggu ia berkhotbah secara sederhana menjelaskan Injil yang
dibacakannya kepada hadirin di halaman Vatikan. Kebaikan hati dan kesederhanaannya sangat
menonjol.
Paus Pius X percaya teguh dan amat
mencintai iman Katolik. Ia menghendaki setiap orang Katolik mengenal dan
mencintai keindahan kebenaran ajaran iman Katolik. Ia amat peduli pada
tiap-tiap orang, mengenai kebutuhan rohani maupun kebutuhan jasmaninya. Ia
mendorong para imam dan para katekis membantu orang banyak mengenal iman
mereka.
Pius X juga mengerahkan banyak
tenaga untuk memperbaharui liturgi, Sepanjang hidupnya ia tertarik pada
musik-musik sakral dan mendorong digunakannya Lagu-lagu Gregorian di setiap
paroki. Namun demikian, ia menjelaskan bahwa ia beranggapan usaha untuk menggantikan
segala bentuk musik Gereja lainnya dengan Lagu Gregorian tidaklah dikehendaki.
Ia mendorong digunakannya juga komposisi modern dalam liturgi, selama komposisi
modern ini memenuhi standard musik liturgi Gereja. Paus Pius X juga merevisi
Ibadat Harian Gereja.
Paus Pius X teramat menderita ketika
pecah Perang Dunia I. Ia tahu bahwa akan ada banyak orang terbunuh. Ia
mengatakan, "Aku akan dengan senang hati menyerahkan nyawaku demi
menyelamatkan anak-anakku yang malang dari penderitaan yang mengerikan
ini."
Paus Pius X wafat pada tanggal 20
Agustus 1914. Dalam surat wasiatnya ia menulis, "Saya dilahirkan miskin,
saya hidup miskin, saya berharap mati miskin."
Semasa hidupnya, Paus Pius X beberapa kali menyembuhkan secara ajaib
orang-orang yang sakit jasmani maupun rohani. Setelah kematiannya, banyak
terjadi mukjizat pada kuburannya. Proses
beatifikasinya dimulai pada tahun 1923. Beatifikasinya dilakukan pada tahun
1951 dan kanonisasinya dilakukan oleh Paus Pius XII pada tahun 1954. Pestanya dirayakan setiap tanggal 21 Agustus.
Santo Pius X adalah seorang imam sejati, seorang pastor/gembala umat yang patut dicontoh perikehidupannya, baik oleh para klerus maupun umat kebanyakan. Baiklah kita juga selalu berdoa mohon pengantaraannya, terutama untuk kebaikan para imam kita. Santo Pius X, doakanlah kami!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar