Bernardus
dari Claivaux (=lembah Hening) berasal dari keluarga
bangsawan Perancis dan dilahirkan pada tahun 1090 di kota Dijon, Perancis. Putera dari Tescelin
Sorrel dan Aleth Montbard ini digelari Pujangga Gereja dan dikenal juga sebagai
Bapa Gereja Terakhir. Ia dan keenam saudara-saudarinya memperoleh
pendidikan yang baik. Hati Bernardus amat sedih ketika ibunya meninggal dunia,
saat usianya baru tujuh belas tahun. Ia hampir membiarkan dirinya larut dalam kesedihan jika
saja tidak ada Humbeline, saudarinya yang periang. Humbeline membuatnya gembira
dan segera saja Bernardus telah menjadi seorang yang amat populer. Ia tampan dan cerdas, riang gembira dan humoris.
Siapa saja suka berada di dekatnya.
Suatu
hari, Bernardus mencengangkan teman-temannya ketika ia mengatakan bahwa ia akan
bergabung dengan Ordo Cistercian yang amat keras. Mereka mengusahakan segala
cara agar ia membatalkan rencananya itu. Tetapi pada akhirnya, Bernarduslah
yang berhasil meyakinkan saudara-saudaranya, seorang pamannya dan
keduapuluh-enam orang temannya untuk bergabung bersamanya.
Ketika
Bernardus dan saudara-saudaranya hendak meninggalkan rumah mereka, mereka
berkata kepada adik mereka, Nivard, yang sedang bermain bersama anak-anak lain:
“Selamat tinggal, Nivard kecil. Sekarang semua tanah dan harta benda ini
menjadi milikmu.” Tetapi anak itu menjawab: “Apa! Kalian mengambil surga dan
menyisakan dunia untukku? Apakah kalian pikir itu adil?” Dan tak lama kemudian,
Nivard pun bergabung dengan saudara-saudaranya di biara. St. Bernardus menjadi
seorang biarawan yang baik.
Di
bawah bimbingan Abbas Santo Stefanus, Bernardus mempelajari Kitab Suci dan giat
menulis banyak buku. Kemahirannya dalam bahasa Latin sangat membantu dia di
dalam menerangkan dengan jitu makna Sabda Allah bagi hidup manusia.
Tiga tahun kemudian karena kepandaiannya dan
kesalehan hidupnya, ia ditugaskan
mendirikan sebuah biara pertapaan baru serta menjadi abbas (=pemimpin biara) di
sana. Bersama 12 orang rekannya,
Bernardus berangkat ke sebuah lembah .
Biara
tersebut terletak di Lembah Cahaya. Dalam bahasa Perancis, Lembah Cahaya adalah
“Clairvaux” Biara baru itu kemudian lebih dikenal dengan nama Clairvaux.
Disana
ia mendirikan pertapaan yang lazim disebut Pertapaan Claivaux. Di bawah
kepemimpinannya, biara ini berkembang pesat dan sangat masyur di seluruh Eropa.
Ada sekitar 70 buah biara baru didirikan selama masa hidupnya. Di mana-mana di
seluruh Eropa terdapat banyak biarawan asuhan Bernardus, sehingga Bernardus
disebut juga sebagai pendiri kedua Ordo Sistersian setelah Santo Stefanus
Harding. Bernardus menjadi abbas di Clairvaux hingga akhir hayatnya.
Bernardus
sendiri dikenal luas sebagai seorang pewarta, pembawa damai dan penegak
kebenara. Meskipun ia lebih suka tinggal bekerja dan berdoa dalam biaranya,
kadang-kadang ia harus pergi untuk tugas-tugas khusus. Ia berkhotbah,
mendamaikan para penguasa, serta memberikan nasehat kepada paus. Ia dengan gigih membela hak Paus
Innosensius II (1130-1143) melawan rongrongan Paus tandingan
Anakletus pada 1130, menentang pandangan-pandangan salah dari Petrus Abelard
III (1145-1153) bekas asuhannya di pertapaan Claivaux. Ketika Gereja
membutuhkan sukarelawan untuk mempertahankan tanah suci, Bernardus menjelajahi
Perancis dan Jerman untuk meyakinkan para bangsawan Kristen akan kewajiban
mereka untuk melindungi warisan umat Kristiani di Yerusalem.
Bernardus
diutus ke Jerman dan Prancis untuk berkhotbah menentang ajaran sesat
Albigensia. Khotbah-khotbahnya sangat berpengaruh dan tulisan-tulisannya
mengilhami mistisisme Abad Pertengahan.
Karya
Bernardus yang paling mengagumkan adalah buku-buku yang ia tulis mengenai
pengalaman rohani dan madah pujian dengan syairnya yang amat indah. Ia menjadi
seorang yang amat berpengaruh dalam jamannya. Namun hal yang paling
dirindukannya adalah tinggal dekat dengan Tuhan dalam keheningan di biara. Ia
sama sekali tidak suka menjadi orang terkenal.
Bernardus
mempunyai devosi yang mendalam kepada Santa Perawan Maria. Dikatakan bahwa ia
sering menyapa Bunda Maria dengan sebuah “Salam Maria” ketika ia melewati
patungnya.
Suatu
hari, Bunda Maria membalas salamnya: “Salam, Bernardus!”. Dengan cara demikian
Bunda Maria hendak menunjukkan bagaimana cinta Bernardus dan devosinya telah
menyenangkan hati Bunda Maria.
St.Bernardus
wafat pada tahun 1153. Pesan terakhirnya adalah " Kita bukan anak malam dan kegelapan, Hiduplah sebagai anak
cahaya." Orang banyak merasa sangat sedih
karena mereka kehilangan pengaruhnya yang menakjubkan. St. Bernardus dinyatakan
kudus pada tahun 1174 oleh Paus Alexander III. St. Bernardus juga diberi gelar
Doktor Gereja pada tahun 1830 oleh Paus Pius VIII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar