Kamis, 20 Agustus 2015

Santo Bernardus, 20 Agustus.

Bernardus dari Claivaux (=lembah Hening) berasal dari keluarga bangsawan Perancis dan dilahirkan pada tahun 1090 di kota Dijon, Perancis. Putera dari Tescelin Sorrel dan Aleth Montbard ini digelari Pujangga Gereja dan dikenal juga sebagai Bapa Gereja Terakhir.  Ia dan keenam saudara-saudarinya memperoleh pendidikan yang baik. Hati Bernardus amat sedih ketika ibunya meninggal dunia, saat usianya baru tujuh belas tahun. Ia hampir  membiarkan dirinya larut dalam kesedihan jika saja tidak ada Humbeline, saudarinya yang periang. Humbeline membuatnya gembira dan segera saja Bernardus telah menjadi seorang yang amat populer.  Ia tampan dan cerdas, riang gembira dan humoris. Siapa saja suka berada di dekatnya.

Suatu hari, Bernardus mencengangkan teman-temannya ketika ia mengatakan bahwa ia akan bergabung dengan Ordo Cistercian yang amat keras. Mereka mengusahakan segala cara agar ia membatalkan rencananya itu. Tetapi pada akhirnya, Bernarduslah yang berhasil meyakinkan saudara-saudaranya, seorang pamannya dan keduapuluh-enam orang temannya untuk bergabung bersamanya.

Ketika Bernardus dan saudara-saudaranya hendak meninggalkan rumah mereka, mereka berkata kepada adik mereka, Nivard, yang sedang bermain bersama anak-anak lain: “Selamat tinggal, Nivard kecil. Sekarang semua tanah dan harta benda ini menjadi milikmu.” Tetapi anak itu menjawab: “Apa! Kalian mengambil surga dan menyisakan dunia untukku? Apakah kalian pikir itu adil?” Dan tak lama kemudian, Nivard pun bergabung dengan saudara-saudaranya di biara. St. Bernardus menjadi seorang biarawan yang baik.


Di bawah bimbingan Abbas Santo Stefanus, Bernardus mempelajari Kitab Suci dan giat menulis banyak buku. Kemahirannya dalam bahasa Latin sangat membantu dia di dalam menerangkan dengan jitu makna Sabda Allah bagi hidup manusia.
 Tiga tahun kemudian karena kepandaiannya dan kesalehan hidupnya,  ia ditugaskan mendirikan sebuah biara pertapaan baru serta menjadi abbas (=pemimpin biara) di sana.  Bersama 12 orang rekannya, Bernardus berangkat ke sebuah lembah .
Biara tersebut terletak di Lembah Cahaya. Dalam bahasa Perancis, Lembah Cahaya adalah “Clairvaux” Biara baru itu kemudian lebih dikenal dengan nama Clairvaux.

Disana ia mendirikan pertapaan yang lazim disebut Pertapaan Claivaux. Di bawah kepemimpinannya, biara ini berkembang pesat dan sangat masyur di seluruh Eropa. Ada sekitar 70 buah biara baru didirikan selama masa hidupnya. Di mana-mana di seluruh Eropa terdapat banyak biarawan asuhan Bernardus, sehingga Bernardus disebut juga sebagai pendiri kedua Ordo Sistersian setelah Santo Stefanus Harding. Bernardus menjadi abbas di Clairvaux hingga akhir hayatnya.


Bernardus sendiri dikenal luas sebagai seorang pewarta, pembawa damai dan penegak kebenara. Meskipun ia lebih suka tinggal bekerja dan berdoa dalam biaranya, kadang-kadang ia harus pergi untuk tugas-tugas khusus. Ia berkhotbah, mendamaikan para penguasa, serta memberikan nasehat kepada paus.  Ia dengan gigih membela hak Paus Innosensius II (1130-1143) melawan rongrongan Paus tandingan Anakletus pada 1130, menentang pandangan-pandangan salah dari Petrus Abelard III (1145-1153) bekas asuhannya di pertapaan Claivaux. Ketika Gereja membutuhkan sukarelawan untuk mempertahankan tanah suci, Bernardus menjelajahi Perancis dan Jerman untuk meyakinkan para bangsawan Kristen akan kewajiban mereka untuk melindungi warisan umat Kristiani di Yerusalem.
Bernardus diutus ke Jerman dan Prancis untuk berkhotbah menentang ajaran sesat Albigensia. Khotbah-khotbahnya sangat berpengaruh dan tulisan-tulisannya mengilhami mistisisme Abad Pertengahan.


Karya Bernardus yang paling mengagumkan adalah buku-buku yang ia tulis mengenai pengalaman rohani dan madah pujian dengan syairnya yang amat indah. Ia menjadi seorang yang amat berpengaruh dalam jamannya. Namun hal yang paling dirindukannya adalah tinggal dekat dengan Tuhan dalam keheningan di biara. Ia sama sekali tidak suka menjadi orang terkenal.

Bernardus mempunyai devosi yang mendalam kepada Santa Perawan Maria. Dikatakan bahwa ia sering menyapa Bunda Maria dengan sebuah “Salam Maria” ketika ia melewati patungnya.
Suatu hari, Bunda Maria membalas salamnya: “Salam, Bernardus!”. Dengan cara demikian Bunda Maria hendak menunjukkan bagaimana cinta Bernardus dan devosinya telah menyenangkan hati Bunda Maria.

St.Bernardus wafat pada tahun 1153. Pesan terakhirnya adalah " Kita bukan anak malam dan kegelapan, Hiduplah sebagai anak cahaya." Orang banyak merasa sangat sedih karena mereka kehilangan pengaruhnya yang menakjubkan. St. Bernardus dinyatakan kudus pada tahun 1174 oleh Paus Alexander III. St. Bernardus juga diberi gelar Doktor Gereja pada tahun 1830 oleh Paus Pius VIII.




Referensi :Yesaya - Saints.SQPN.com, http://www.imankatolik.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar