Kamis, 22 Oktober 2015

SANTO PAUS YOHANES PAULUS II


22 Oktober

 Pesta St. Yohanes Paulus II


Siapa diantara kita yang tidak terkesan oleh Bapak Suci Paus Yohanes Paulus II, seorang Paus yang paling menonjol diantara paus-paus lain dalam Gereja Katolik. Dimana saja dan kemana saja beliau selalu disambut antusias oleh seluruh Umat Katolik.
Paus Yohanes Paulus II yang lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di Krakow, Polandia. Nama aslinya adalah Karol Wojtyla, juga dikenal sebagai paus peziarah karena  beliau sudah banyak mengunjungi negara-negara di dunia.
Beliau sangat aktif dan berpengaruh dalam Konsili Vatikan II. Pada tahun 1978 Beliau terpilih sebagai Paus.  Paus Yohanes Paulus II ini sangatlah dikagumi dunia karena beliau merupakan pemimpin moral dan kepeduliannya terhadap kedamaian, kerukunan serta penderitaan manusia amatlah besar sehingga Beliau mewartakan kabar keselamatan kepada seluruh umat manusia di belahan dunia ini tanpa kenal lelah.
Nama Yohanes Paulus II disandangnya sejak 16 Oktober 1978.  Kala itu sang Santo yang nama aslinya Karol Jozef Wojtyla dipilih menjadi uskup Roma sekaligus pemimpin umat Katolik sedunia. Karol Yosef Wojtyla lahir 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia Selatan.
 Karol adalah anak ketiga dari pasangan Karol Wojtyla dan Emilia Kaczorowska. Ayah Karol bekerja sebagai opsir tentara Kekaiseran Habsburg-Austria.

Sejak remaja, Karol suka bermain bola kaki dan tak kepalang tanggung dia merupakan seorang kiper yang terkenal dalam kesebelasannya. Tahun 1939 Karol bersama ayahnya hijrah ke Krakow. Di sana ia masuk Universitas Jagiellonian. Karol memperdalam filologi dan beberapa bahasa asing. Kemampuan menguasai bahasa asing luar biasa. Dikisahkan bahwa pada waktu itu dia sudah menguasai 12 bahasa asing.

Tahun 1941 merupakan tahun kelabu bagi Karol muda. Ayah tercinta meninggal dunia karena serangan jantung, dalam medan tugas. "Saya tidak ada pada saat kematian ibu saya, saya tidak ada saat kematian kakak saya, saya juga tidak ada pada saat kematian ayah saya. Pada usia 20 tahun saya sudah kehilangan semua orang yang saya cintai," desah Karol. Peristiwa kelabu itu membuat Karol muda mulai serius menata masa depanya. Ada niatan untuk menjadi imam atau pastor. Oktober 1942 Karol memperjelas cita-citanya dengan masuk seminari rahasia yang dijalankan oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan. Ia juga selamat dalam sebuah penyerbuan Nazi Jerman ke seminari tempat Karol dan teman-temannya belajar. Karol terkenal juga sebagai seseorang yang banyak menyelamatkan nyawa orang Yahudi yang pada waktu itu dikejar dan dibunuh oleh Nazi Jerman.

Karol ditahbiskan menjadi imam Katolik pada 1 November 1946 oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefann Sapieha di Karedral Krakow. Sesudah itu Karol berangkat ke Roma untuk belajar teologi di Universitas Kepausan Thomas Aquina. Bebera tahun kemudian ia menggondol gelar doktor dengan disertasinya: Doktrin Imam Menurut Santo Yohanes dari Salib. Usai menyandang gelar doktor, Dr. Karol kembali ke negara asalnya, Polandia dan bertugas sebagai pastor di paroki dan juga mengajar di beberapa perguruan tinggi. Ia banyak menulis dan menghasilkan karya ilmia lainnya.

Pada 4 Juli 1958 Pastor Karol diangkat oleh Paus Pius XII menjadi uskup pembantu di Krakow dan saat itu ia termasuk uskup yang termuda di Polandia, dengan usia 38 tahun. 16 Juli 1962 Uskup Karol diangkat menjadi administrator keuskupan karena Uskup Krakow waktu itu Eugeniusz Baziak meninggal dunia dan pada 13 Januari 1963 Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi uskup agung di Krakow. Pada 26 Juni 1967 Paus Paulus VI mempromosikan sebagai kardinal dan dia dikenal dengan imam kardinal "Titulus San Caesareo de Appia".

Sejak Oktober 1962 Uskup Karol Wojtyla terlibat dalam konsili besar Gereja Katolik, Konsili Vatikan II dan memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pengembangan Gereja Katolik dewasa ini. Dokumen itu antara lain: Dignitatis Humanae (Kebebasan Beragama) Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral tentang Gereja dan Dunia).

Kardinal Karol Wojtyla pada 14 Oktober 1978 kembali mengikuti konklaf (rapat pemilihan paus) untuk kedua kalinya dalam jangka waktu tidak terlalu lama. Dalam sebulan itu Kardinal Karol telah mengikuti dua kali konklaf. Konklaf kedua karena Paus Yohanes Paulus I meninggal dunia. Mendiang Paus Yohanes Paulus I hanya 33 hari memimpin Gereja Katolik. Tak disangka dalam konklaf itu Kardinal Karol yang muncul sebagai calon alternatif kompromi justru dipilih oleh para bapa konklaf. Ia muncul sebagai orang yang memediasi kubu konservatif dan moderat dalam Gereja Katolik.
Pada  akhirnya Kardinal Karol Jozep Wojtyla pada saat itu memecahkan rekor "telur tradisi". Hal-hal yang patut kita catat adalah: ia merupakan orang pertama dari luar Italia yang dipilih menjadi Paus semenjak tahun 455. Ia juga merupakan Paus termuda terhitung sejak Paus Pius IX tahun 1846.  Mendiang Paus ini menolak penobatan menjadi Paus dengan tata-cara ritual kerajaan, ia lebih suka menerima penobatan secara grejawi yang sederhana dan dilaksanakan 22 Oktober 1978. Ia telah melakukan kunjungan ke 129 negara, mencatat sejarah menjadi pemimpin dunia yang paling banyak berkunjung ke negara-negara lain.

31 Maret 2005 akibat dari infeksi saluran kemih, Yohanes Paulus II mengalami septic shocksebuah gejala penyebaran infeksi dengan demam tinggi dan tekanan darah turun, namun dia tidak dibawa ke rumah sakit. Namun mendapat pengawasan medis dari tim perawat di tempat tinggal pribadinya. Ini menandakan bahwa paus sudah mendekati ajalnya; kemungkinan juga karena keinginannya untuk meninggal di Vatikan. Hari itu juga, sumber Vatikan mengumumkan bahwa Yohanes Paulus II telah mendapat Sakramen pengurapan orang sakitoleh teman dan sekretarisnya Stanisław Dziwisz. Selama hari-hari terakhir kehidupan Paus, cahaya tetap dinyalakan menerangi malam dimana dia tinggal di lantai atas Istana Apostolik. Puluhan ribu umat berkumpul di Lapangan Santo Petrus dan jalan-jalan sekitarnya selama dua hari. Mendengar kabar ini, paus yang sedang sekarang berkata: “Saya telah mencari untuk Anda, dan kini Anda telah datang kepada saya, dan saya berterima kasih.”

Sabtu, 2 April 2005, sekitar pukul 15.30 CEST, Yohanes Paulus II mengatakan kata terakhirnya, “pozwólcie mi odejść do domu Ojca”(“biarkan aku pergi ke rumah Bapa”), kepada pendampingnya, dan mengalami koma sekitar empat jam kemudian. Misa persiapan Minggu Kerahiman Ilahi memperingati kanonisasiMaria Faustina Kowalska pada 30 April 2000, baru dilakukan di sisi ranjangnya, dipimpin oleh Stanisław Dziwisz dan bersama dua pendamping Polandia. Juga hadir Kardinal dari Ukraina yang pernah melayani menjadi pastor bersama Paus di Polandia, juga beberapa biarawati Polandia dari Kongregasi Suster-suster Hati Kudus Yesus (Congregation of the Sisters Servants of the Most Sacred Heart of Jesus), yang melayani rumah tangga kepausan. Ia meninggal di apartemen pribadinya jam 21:37 CEST (19:37 UTC) karena kegagalan jantung akibat tekanan darah rendah dan kegagalan peredaran darah.

Kematian Paus Yohanes Paulus II diiringi ritual berusia berabad-abad lamanya dan tradisi yang berawal sejak masa pertengahan. Upacara Pengunjungan berlangsung dari 4 April hingga pagi hari tanggal 8 April di Basilika Santo Petrus. Testamen Paus Yohanes Paulus II yang dipublikasikan pada 7 April mengungapkan bahwa paus berkeinginan dimakamkan di tanah kelahirannya Polandia namun tergantung dari para Kardinal, yang memutuskan untuk dikebumikan di gua-gua di bawah basilika.
Pada 8 April, pukul 8.00 pagi UTC, Misa Requiem dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger sebagai Dekan Dewan Kardinal dan dihadiri lebih dari 180 orang Kardinal dari berbagai negara. Misa ini menjadi misa yang memecahkan rekor dunia dalam hal jumlah kehadiran umat dan banyaknya kepala negara yang hadir. Ini adalah moment berkumpulnya para kepala negara terbesar dalam sejarah, mengalahkan pemakaman Winston Churchill (1965) dan Josip Broz Tito (1980). Empat raja, lima ratu, dan sedikitnya 70 presiden dan perdana menteri, serta lebih dari 14 pimpinan agama selain Katolik, menghadiri pemakaman.

Peristiwa ini juga mungkin menjadi ziarah Kristen terbesar dalam sejarah, dengan perkiraan empat juta orang berkumpul dalam perkabungan di Roma. Sekitar 250.000 sampai 300.000 orang mengikuti peristiwa ini di Vatikan. Dekan Para Kardinal, Kardinal Joseph Ratzinger, yang kemudian menjadi paus berikutnya, memimpin upacara. Yohanes Paulus II dikebumikan di gua di bawah basilika, makam para Paus. Ia dikebumikan di liang makam yang sebelumnya dipakai jenazah Paus Yohanes XXIII. Liang itu telah dikosongkan ketika jenazah Paus Yohanes XXIII dipindahkan ke ruang lain di basilika setelah dibeatifikasi.



Sejak wafatnya Yohanes Paulus II, sejumlah imam di Vatikan dan kaum awam di seluruh dunia telah menyebutnya "John Paul The Great"; sepanjang sejarah hanya empat paus yang disebut demikian, dan ia adalah yang pertama pada milenium ini.
Hukum Kanonik mengatakan bahwa tidak ada proses resmi untuk menyatakan seorang Paus mendapatkan gelar "Yang Agung"; gelar ini muncul sendiri melalui penggunaan populer dan terus menerus, seperti juga pada kasus pemimpin sekuler (sebagai contoh, Aleksander III dari Makedonia menjadi populer dan dikenal sebagai Aleksander Agung. Tiga paus saat ini yang diketahui menyandang "Yang Agung" adalah St.Paus Leo I, yang memimpin dari 440-461 dan membujuk Attila (Attila the Hun) untuk mundur dari Roma; St.Paus Gregorius I, 590-604, yang mengilhami penamaan kidung Gregorian; dan Paus Nikolas I, 858-867.

Terinspirasi dari seruan “Santo Subito!” (“jadikan Santo Segera!”) dari kerumunan umat pada saat pemakamannya, Paus Benediktus XVI memulai proses beatifikasi kepada pendahulunya, melewati batasan normal bahwa lima tahun harus berlalu setelah wafatnya seseorang sebelum proses beatifiksi bisa dimulai.Pada audiensi dengan Paus Benediktus XVI, Camillo Ruini, Vikaris Jenderal Keuskupan Roma dan orang yang bertanggung jawab untuk mempromosikan alasan kanonisasi seseorang yang meninggal dalam keuskupan, mengutip “keadaan luar biasa” yang menyebabkan masa menunggu bisa diabaikan. Keputusan ini diumumkan pada 13 Mei 2005, pada Perayaan Our Lady of Fátima dan peringatan 24 tahun percobaan pembunuhan Yohanes Paulus II di lapangan Santo Petrus.
Pada awal 2006, dilaporkan bahwa Vatikan sedang menyelidiki kemungkinan mukjizat terkait dengan Yohanes Paulus II.

Tentang mujizat- mujizat yang terjadi atas doa syafaat Paus Yohanes Paulus II semasa hidupnya telah banyak dicatat, dan demikian beberapa contohnya yang kami sarikan dari artikel Miraculous Healings attributed to John Paul II, dikutip dari majalah Love one Another, number 5, by the Society of Christ, Sterling Heights, Michigan USA, 2005, p. 12-13:
1. Kesembuhan Kardinal Marchisano, pembantu Paus Yohanes Paulus II, dan rektor basilika St. Petrus: Pada tahun 2000 ia mengalami kesalahan operasi arteri lehernya, yang menyebabkan pita suara kanannya rusak, sehingga ia sangat sulit untuk berbicara, dan suaranya tidak dapat terdengar dan tak dapat dimengerti. Pada saat Paus Yohanes mengunjunginya, dan meletakkan tangannya pada tenggorokannya itu, ia berdoa, dan mengatakan, “Jangan takut, lihatlah, Tuhan akan memberikan suaramu itu kembali kepadamu.” Seketika itu juga Kardinal Marchisano mengalami kesembuhan total.
2. Kesembuhan Victoria Szechinskis: Victoria lahir pada tahun 1982 dan didiagnosa mempunyai tumor yang mematikan di dadanya. Keluarga Szechinskis hidup di Toronto Kanada. Pada tahun 1985 dalam audiensi dengan Bapa Paus di Roma, ibunya Danuta, membawa Victoria untuk bertemu dengan Bapa Paus dan didoakan olehnya. Bapa Paus menghampiri mereka dan menggendong Victoria, sambil berkata kepada ibunya, “Berdoalah dan percayalah kepada Tuhan. Jika Tuhan memutuskan agar Victoria harus kembali kepada-Nya, Ia akan mengambil Victoria bagi-Nya. Jika Ia menghendaki Victoria untuk tetap bersamamu, itu yang akan terjadi. Perlakukanlah Victoria sama seperti engkau memperlakukan anak- anakmu yang lain. Itulah yang dikehendaki Tuhan.” Sekembalinya ke Kanada, Victoria merasakan sakit yang sangat sehingga dilarikan ke Rumah Sakit. Keluarga memperkirakan ia akan segera meninggal, sehingga akhirnya ia dibawa pulang ke rumah. Namun kemudian di rumah, mujizat terjadi, kondisinya membaik. Kemudian aneka test dilakukan, dan hasilnya menunjukkan bahwa tumor itu telah lenyap. Victoria bertumbuh normal, dan pada saat artikel dituliskan, ia berumur 22 tahun, sehat, senang berolah raga dan mendaki gunung.
3. Paus Yohanes Paulus II meletakkan tangannya atas kepala seorang anak perempuan yang buta, dalam kunjungannya ke Puerto Rico, Oktober 1984. Sekembalinya ke rumah, anak itu dapat melihat.
4. Pada saat audiensi umum pada tanggal 14 Maret 1979, Paus Yohanes Paulus II mencium Kay Kelly, seorang penderita kanker, yang hidup di Liverpool. Beberapa bulan kemudian kanker itu hilang semuanya.
5. Di bulan November 1980, pada saat gempa terjadi di Italia, Emilio Cocconi, 16 tahun, terkubur hidup- hidup. Walaupun kemudian ia dapat diselamatkan, namun kaki kirinya tidak dapat berfungsi. Paus bertemu dengannya pada saat Paus mengunjungi daerah gempa tersebut dan menghiburnya. Empat tahun kemudian (1984) Emilio bertemu kembali dengan Paus pada saat audiensi di Roma. Paus memberkatinya, dan mengatakan, “Tuhan yang Mahabaik akan menolongmu.” Empat minggu kemudian, anak muda itu sembuh.
6. Pada tahun 1981, dalam kunjungannya ke Manila, Filipina, Paus mendoakan dan meletakkan tangannya atas seorang biarawati, Madre Vangie, 51 tahun yang tubuhnya cacat dan harus bergantung kepada kursi roda. Beberapa menit kemudian, suster tersebut dapat berdiri tegak, sembuh sepenuhnya, dan meninggalkan kursi rodanya.
7. Di bulan Januari 1980 di Castel Gondolfo, Paus bertemu dengan Stefani Mosca, seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang cacat tubuh. Paus menghibur dan menciumnya. Beberapa waktu kemudian ia sembuh.
8. Pada tahun 1990, Paus Yohanes Paulus II memberkati dan mencium Helano Mireles, seorang bocah Meksiko yang berusia 4 tahun, yang menderita leukemia. Penyakitnya hilang seketika setelah Paus memberkatinya. Hal ini disaksikan oleh Kardinal Javier Lozano Berragan, yang kemudian memberikan kesaksian atas mujizat kesembuhan ini.
Di samping mujizat- mujizat ini, kita mengingat bahwa semasa hidupnya, Paus Yohanes Paulus II sangat dihormati, justru karena kesederhanaannya dan ketulusan kasih yang ditunjukkannya, sehingga melalui dia, orang dapat mengalami kasih Kristus. Tak mengherankan, bahwa pada saat pemakamannya, jumlah peziarah yang hadir mencapai sekitar 4 juta orang. Beritanya dicatat oleh sekitar 6000 jurnalis; acaranya dihadiri oleh 180 pemimpin negara dan diliput oleh 137 stasiun televisi dari 81 negara. Para komentator setuju bahwa acara ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah manusia.
Paus Yohanes Paulus II adalah seorang pendoa dan seorang mystic, sehingga Kristus dapat bertindak melalui dia dan menyatakan kasih-Nya. Paus sangat menghormati setiap orang dan menuntut agar hak dasar terhadap kemerdekaan suara hati dihormati, demikian juga hak untuk hidup dari saat konsepsi sampai kematian yang wajar. Paus tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain dan memperlakukan orang lain dengan kebencian. Pada saat yang sama, Ia mewartakan Kebenaran Wahyu tanpa takut…. dengan keberanian yang besar ia mewartakan kebenaran- kebenaran Iman walaupun hal- hal itu tidak nyaman/ tidak populer di telinga para pendengarnya. Ia berjalan menerjang arus, tanpa berkompromi dan tanpa menjadikan kebenaran- kebenaran Tuhan sebagai sesuatu yang relatif…. Pesannya yang terkenal sepanjang pontifikatnya adalah: “Jangan takut untuk membuka pintu hatimu untuk Kristus! Jangan takut untuk memohon kepada Kristus setiap hari, “Tuhan, aku ingin menjadi kudus, yaitu untuk mengatakan, seperti yang Kauingini terjadi atasku.” Jangan takut untuk mengikuti Kristus setiap hari, dan untuk melaksanakan Injil dan perintah- perintah-Nya. Jangan takut untuk memasrahkan dirimu sepenuhnya kepada Kristus….” (lihat artikel He Changed the Course of World History, majalah Love One Another, vol 5, 2005, p. 4-8).
Pesta Santo Paus Yohanes Paulus II dirayakan setiap 22 Oktober.
kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia tahun 1989

Santo Yohanes Paulus II, doakanlah kami. Amin


 sumber: http://www.katolisitas.org, Hubertus Agustus Lidy, www.carmelia.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar